❤️❤️❤️
Rose berjalan cepat masuk ke kamarnya. Sedari tadi, ia sudah berusaha keras untuk membendung air matanya. Tapi bagaimanapun, Rosè ingin menangis. Sekarang juga.
TTAKK!!!
Emosi membuat Rosè tanpa sadar membanting pintu kamarnya hingga menciptakan bunyi keras. Rose segera mengunci pintu itu dan langsung terduduk lemas di samping tempat tidur nya.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Entahlah, perasaan kecewa merambat ketika Rosè melihat pemuda itu lagi. Bohong bila Rosè mengatakan bahwa ia tidak merindukan pemuda itu. Karena kenyataannya, tiada hari tanpa wajahnya di hidup Rosè. Tapi saat ini, kecewa punya kedudukan lebih tinggi.
Tok... tok...took...!!!
"Noona!!! Aku mohon buka pintunya..."
Rose tak mengindahkan suara dari seberang pintu yang memanggilnya dari tadi. Jihoon sudah berulang kali mengetuk pintu. Namun, Rosè terlalu sibuk dengan kepedihannya.
Bbrraakk!!!
Jihoon berhasil membuka pintu kamar Rosè. Karena memang ada kunci duplikat yang disimpan bila sewaktu-waktu diperlukan. Untung saja, ayah dan bibi mereka sedang ada urusan di luar. Jadi, hanya Jihoon dan Rosè di rumah ini.
Jihoon langsung menghampiri kakaknya yang terduduk lemas di lantai. Tangan Jihoon tergerak mengelus surai kelam dengan ombre coklat terang milik kakaknya. Gadis itu menoleh, menatap nanar wajah Jihoon dan kembali menangis.
Rose langsung memeluk Jihoon. Rose terisak keras disana. Hatinya tak berhenti meronta atas emosi yang ingin ia luapkan. Kebencian, kekecewaan. Dulu hancur, kini lebur. Begitulah perasaan Rosè saat ini.
"Hiks!... hiks!... Kenapa dia kembali lagi, Jihoon? Kenapa? Hiks... Tidak puaskah dia merampas hati dan jiwaku selama ini? Hiks!... hiks... Apa tak cukup ia menyakitiku dengan cara kejamnya itu?"
Jihoon mengeratkan pelukannya. Mengelus pelan puncak kepala Rosè dan mengusap punggungnya. Meski nyatanya Rosè belum usai dengan tangis itu.
"Dengarkan dia dulu, Noona. Dia pasti punya alasan." Ucap Jihoon lembut.
Rose menggeleng pelan dalam pelukan Jihoon. Ia hanya bisa menangis dan membenamkan wajahnya di dada Jihoon--lelaki yang berusia 3 tahun lebih muda darinya.
Isakan Rosè perlahan mereda dan digantikan dengan dengkuran halus. Pelukannya pada tubuh Jihoon pun mengendor. Jihoon menyadari, bahwa Rosè sudah terlempar ke alam mimpinya. Jiwa dan raganya lelah. Jihoon tau itu.
Perlahan, Jihoon mengangat tubuh Rosè dan merebahkan di ranjang. Kemudian Jihoon menatap wajah sendu kakaknya. Tak sadar dengan butiran bening yang juga mulai mengalir dari manik matanya. Jihoon bahkan merutuki dirinya atas ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi seumur hidup kakaknya.
Jihoon meraih pipi Rosè dan mengusap sisa-sisa air mata itu dengan lembut.
"Aku tau rasa itu masih ada, Noona. Kau amat sangat mencintainya. Aku hanya berharap agar kau tidak membohongi dirimu sendiri."❤️❤️❤️
Hari ini adalah hari dimana Rosè bersama teman-temannya akan pergi ke sebuah tempat untuk refreshing. Rose sempat menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Rosè begitu mengutamakan pekerjaannya hingga lupa untuk sekedar menikmati hidup?
Pagi ini mereka semua sedang berada di rumah Jin dan Jisoo. Rose, Jungkook, Lisa, Jennie. Semuanya telah hadir dengan barang masing-masing, kecuali Suga. Katanya dia memang sedikit terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Failed to Forget You
FanficJIROSE AREA 🔞 COMPLETED (Follow dulu sebelum baca) Sequel from 'One name In my tears' Baca dulu 'One Name In My Tears' ♡♡♡ Park Jimin. Kini pemuda itu kembali hadir di hidup Rosè. Setelah 10 tahun lamanya ia menghilang tanpa berita. Menggantungkan...