Beberapa saat setelah Rosè pergi, Jimin memutuskan untuk beranjak meninggalkan teman-temannya. Cari mati jika tetap meladeni mereka yang mempertahankan argumen yang jelas-jelas salah.
Saat Jimin keluar dari pintu villa, dia dapat melihat punggung gadis itu menjauh menyusuri kebun teh. Jimin berpikir bahwa bicara empat mata dengan gadis itu akan lebih baik. Jimin memutuskan untuk mengikutinya.
Hingga Rosè duduk di tepi sungai sambil merendam kakinya. Jimin mengikutinya sampai ke sini. Sejak tadi Jimin sudah berusaha mengumpulkan keberanian untuk menghampiri Rosè, tapi entahlah... dia masih tak sanggup menatap mata gadis itu.
"Aishh... apa aku baru saja menangisinya? Bodoh sekali!"
"Lagipula perasaanya tidak akan seperti dulu lagi."
Jimin tersenyum tipis mendengar suara lembut gadis itu mengatakannya. Sesaat Jimin berharap bahwa kalimat barusan memang ditujukan untuk dirinya. Tapi satu kalimat yang begitu menohok, gadis ini barusan menangisinya?
'Perasaanku padamu masih seperti dulu.' Batinnya.
Bodoh! Harusnya pemuda ini mengucapkannya secara langsung sekarang juga. Bukannya malah duduk mematung menatap punggung Rosè yang tidak menyadari kehadirannya.
Jimin bergeming saat melihat Rose berdiri. Ia nampak terkejut, dan reflek mundur ke belakang. Naas, kakinya tak lagi berpijak pada tembok. Hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sungai.
"Rose...!"
Bbbrruusshhh....
Bbbrruusshhh....
Jimin langsung melompat ke sungai menyusul tubuh Rose. Bahkan gadis itu tak berdaya untuk sekedar bergerak dan membuat percikan air. Ia hanyut dan tenggelam dalam kuatnya arus sungai. Dia perenang yang buruk.
Jimin berusaha sekuat tenaga untuk memacu gerakannya. Mempercepat dayungan tangan agar bisa mengalahkan kecepatan arus. Hingga Jimin bisa meraih ujung jemari Rose dan menariknya. Jimin langsung merangkul Rose dari balakang dan mendekapnya erat.
Namun beberapa meter setelah itu, mereka malah tiba di penghujung sungai. Lebih tepatnya air terjun.
BAAMM!!!
❤️❤️❤️
"Bagaimana menurut kalian tentang mereka?" Tanya Lisa memecah keheningan.
Jennie menghela nafas berat.
"Rasa cinta itu masih besar, aku yakin itu.""Tapi itu sudah sangat lama." Sela Jisoo. "Bahkan aku menyangka bahwa Rose membenci Jimin."
Mereka sempat mengangguk. Namun, kompak mereka semua menoleh kepada Suga yang berjalan ke kamarnya. Lalu beberapa saat kemudian membawa sebuah kamera yang ia pakai kemaren.
"Lihatlah, dan berikan pendapat kalian."
Mereka semua melihat hasil jepretan Suga. Dan betapa terkejutnya mereka. Jika diingat kembali, itu adalah foto disaat Jimin menahan tubuh Rose yang hampir jatuh di bukit.
'eangle-nya bagus sekali...'
'wah, wajah mereka sangat dekat...'
'mereka saling bertatapan.'
Begitulah kata-kata yang terlintas pikiran masing-masing. Tidak akan ada yang bisa menyangkal. Bahwa Jimin dan Rose masih terikat perasaan yang dalam.
"Selama ini Rose bahkan tak pernah membuka hatinya untuk pria lain." Ucap Jungkook.
"Rose tak pernah dekat dengan pria manapun selain Jimin." Ucap Jin. "Bahkan mereka berpacaran saat hari kelulusan."
"Tapi itu sudah sangat lama. Jimin meninggalkannya tanpa pesan. Bagaimana jika Rose membenci Jimin?" Sangkal Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Failed to Forget You
Fiksi PenggemarJIROSE AREA 🔞 COMPLETED (Follow dulu sebelum baca) Sequel from 'One name In my tears' Baca dulu 'One Name In My Tears' ♡♡♡ Park Jimin. Kini pemuda itu kembali hadir di hidup Rosè. Setelah 10 tahun lamanya ia menghilang tanpa berita. Menggantungkan...