4. Malaikat penolong

2.7K 157 3
                                    

Langit meledak, juga jantungku

💕💕💕

Satu hal yang menjadi surga bagi para siswa selain pulang sekolah adalah jamkos dan sekarang itu berlaku bagi seluruh kelas, karena semua guru sedang mengadakan rapat untuk membahas UN kelas 12 yang akan di adakan minggu depan.

Suasana gaduh dan riuh seperti pasar menjadi ciri khas tanpa seorang guru yang memimbingnya.
Ada yang sibuk bergosip, main game, mengerjai temannya,membaca novel bahkan ada yang tidur.

Hal ini menjadi keuntungan lebih bagi siswa yang malas untuk belajar tapi menjadi hal yang mengganggu bagi murid yang pintar tetapi sifatnya minta ampun seperti Zahra.

Sejak datang ke sekolah sampai sekarang pandangan Zahra masih pada novel tebal yang berjudul "Dear Allah."

Ifah dan Zila yang melihat aktivitas sahabatnya itu hanya bisa menggelengkan kepala,mereka bahkan sempat berfikir kenapa Zahra bisa menangis saat membaca novel "Dear Allah." Apa sad ending? I know. Zahra selalu bilang

"Kalau kalian membaca novel ini kalian harus mengahayatinya seolah2 kalian menjadi Naira perempuan yang begitu pandai menyembunyikan perasaannya selama bertahun tahun."

"Zahra" panggil Ifah ke arah cewek yang kini sedang meneteskan air matanya dan masih sibuk dengan novel tebalnya itu.

Tak ada jawaban Zahra masih diam sambil mengusap air matanya dengan menggunakan tisue dan tetap fokus membaca novel bercover perempuan berjilbab merah.

Ifah tak menyerah, ia semakin gencar melakukan aksinya suaranya pun sengaja ia keraskan agar gadis disampingnya itu melihat ke arahnya.

Namun hasilnya nihil, Zahra masih fokus pada novelnya itu hingga Ifah menyadari sesuatu.

"Nih bocah pake earphone, pantesan nggak nyaut nyaut."

Dengan cepat ifah menarik benda bulat kecil diujungnya itu membuat Zahra kehilangan kedamaiannya.

"Ishh... kamu apaan si fah?" kesal Zahra lalu berusaha merebut earphone Doraemon itu dari tanga sahabatnya. Namun dengan cepat Ifah melemparkan ke ara Zila dan alhasil sasarannya tepat berhasil ditangkap oleh Zila.

"Ra, kamu bisa nggak sih lepasin novel tebal itu. Dari aku masuk sampe sekarang yang mau hampir jam pulang kamu masih fokua sama tuh benda. Nggak bosen?" Zahra hanya menggeleng pelan,membuat Ifah dan Zila yang melihatnya geleng2 kepala tak habis fikir dengan Zahra kalau sedang membaca novel pasti harus selesai dalam waktu 1 hari.

Kring kring kring

"Yaudah Ra, aku sama Zila duluan soalnya udah di jemput." pamit Ifah dan Zila kepada Zahra.

"Iya fah, zil. Kalian hati hatu di jalan." ucap Zahra lalu berjalan ke halte

13:55 WIB

"Bang Raziq lama banget,dihubungin juga nggak bisa."
"Pak Udin juga kenapa nomornya nggak aktif."
"Ish Zahra pulang sama siapa? Udah sepi lagi dan ini juga kenapa nggak ada angkutan umum lewat."

Zahra gelisah karena tidak ada angkutan umum atau taksi sama sekali yang lewat.

Saat Zahra sedang bermain dengan ponsel. Ia mendengar suara klakson mobil ia merasa asing dengan mobil BMW warna merah tersebut, merasa kesal dengan pemilik mobil BMW itu yang terus membunyikan klaksonnya. Hingga Zahra menghampiri untuk menegur sang pemilik mobil.

"Tin...Tin...Tin"

"Tok tok tok" Zahra mengetuk kaca mobil tersebut.

Saat kaca mobil itu diturunkan Zahra kaget saat mengetahui siapa pemilik mobil BMW itu.

"E-eh pak Fahri maaf." ujar Zahra gugup lalu melangkah menuju halte.

"Zahra." panggil Fahri

"Iya pak?"

"Silahkan masuk mari saya antar sampai ke rumah kamu."

"Maaf Pak tapi saya sedang menunggu jemputan."

"Dari tadi? Enggak baik seorang perempuan duduk sendirian dalam keadaan yang sepi. Emang kamu nggak takut kalau ada preman? Lagian juga saya bawa mobil Ra, bukan motor jadi aman jaraknya tapi saya tidak akan memaksa kamu jadi gimana?." cerosos Fahri

"Insya allah enggak bakal ada apa2 Pak makasih atas tawarannya." ucap Zahra dengan sopan

"Yasudah saya duluan Ra." ucap Fahri lalu melajukan mobilnya dan menemani Zahra dari kejauhan tanpa sepengetahuan Zahra.

"Ehh bro lihat ada cewek cantik lagi duduk sendirian di halte kita samperin yok." ucap laki laki yang agak pendek gayanya menyerupai preman.

"Gua setuju banget bro ayok buruan." ujar teman laki laki tersebut

Orang tersebut langsung berjalan mengahampiri Zahra yang sedang duduk seorang diri di halte.

"Hallo cantik." ucap laki laki pendek itu dengan senyuman yg sulit diartikan

"..."

Zahra hanya diam tak menggubris panggilan tersebut ia hanya berdoa dalam hati semoga ada yang lewat dan berbaik hati untuk menolongnya.

"Wehhh sok jual mahal ternyata." ucapnya lagi lalu mendekati Zahra dan yang didekatinya hanya menunduk sambil meremas rok panjangnya berharap ada yang menolongnya.

"Jangan dekati saya!!" bentak Zahra penuh dengan emosi dan perasaan takut

Saat preman tersebut akan menyentuh khimar yang dikenakan Zahra langsung tersentak karena di dorong oleh seseorang.

"Jangan sentuh wanita itu atau kalian akan masuk penjara." ucap Fahri tegas dan kedua preman tersebut langsung melarikan diri.

"Are you okay Ra?" tanya Fahri lembut

Zahra hanya menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya.

"Ma--makasih Pak kalau tidak ada Pak Fahri mungkin saya akan di jahati oleh kedua preman itu hiks..hiks." ucap Zahra lirih

"Hey sudahlah itu sudah kewajiban bagi sesama manusia harus tolong menolong. So, jangan menangis karena wanita sepertimu tak pantas untuk mengeluarkan air matanya pantasnya untuk tersenyum bahagia." ujar Fahri tersenyum menunjukkan lesung pipinya dan deretan gigi putih yang rapi.

Kenapa dengan jantungku ini mengapa ritmenya begitu cepat saat mendengar perkataan fahri serasa ingin meledak.

"Sekali lagi makasih Pak. Kalau begitu saya pamit duluan karena sudah dijemput oleh supir. Assalamualaikum." ucap Zahra lalu melangkahkan kakinya memasuki mobil sedan hitam milik Abinya Zahra.

"Waalaikumsalam."

Jangan lupa tinggalkan jejak gaes😁
Jejakmu sangat berarti bagiku:v


3,Januari 2019



Syukron ❤

My Teacher Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang