* . . ° . ● ° .
¸ . ★ ° :. . • ° . * :. ☆
° :. ° .☆ . ● .° °★
☆ °☆ . * ● ¸ . ★¸ .
langit mulai berganti, warnanya menjadi begitu jingga. cahaya matahari yang perlahan menghilang dari pandangan.sebuah pantulan bayangan di dekat jendela, terlihat bergerak tanpa henti.
hyunjin, sang empu bayangan tersebut. langkahnya tiada henti, mondar-mandir sambil sesekali melihat ke arah jendela. permen bertangkai mungil, dibalut bungkusan plastik berwarna merah muda masih bertengger di tangannya.
"may, dia terlihat sedih..." gumamnya memperhatikan permen itu.
bibirnya melengkung, memperhatikan kertas kecil berisi pesan singkat yang ia tempelkan disana.
╭─━━━━━━━━━━─╮
화이팅! (ノ'・ω・)ノ
╰─━━━━━━━━━━─╯( semangat! )
begitu bunyinya.
may berjalan lemas keluar dari kelas. kepalanya benar-benar pening, matanya pun begitu sembap akibat menangis terlalu lama. ia meraih sepatunya di rak. hingga gadis itu pun menyadari sesuatu.
sepatunya berbeda.
sepatunya yang putih bersih kini tidak lagi sama,banyak bercak-bercak seperti tumpahan kuah kari. may menghela napasnya berat, baru kali ini ia merasa sebegitunya dibenci oleh dunia.
berbeda dengan dirinya yang populer kala di sekolah menengah dulu.
hancur, rasanya may ingin berteriak sekencang-kencangnya.
sunset mulai menyapa, orang-orang terlihat begitu semangat mengucapkan selamat tinggal kepada sang baskara.
lain dengan may, gadis itu sudah sesenggukan menangis di pinggir sungai sambil membersihkan sepatunya.
"kak mark, aku ingin pindah huhu..."
kalimat yang sudah berkali-kali ia ucapkan.
"MAY! AKU PUNYA PERMEN UNTUKMU!"
may dibuat berhenti menangis, ia tersentak mendengar suara teriakan itu.
mencari sumber suaranya, sampai akhirnya ia menangkap sosok pemuda tinggi sedang melambai-lambaikan tangannya dibawah langit jingga.
pemuda itu berlari menghampirinya.
"may, apa kamu suka permen stroberi? yap, jangan dijawab! aku sudah tau, ini aku bawa permen buat kamu. walaupun hanya satu, tapi rasanya manis sekali jadi kamu jang─"
"diam, hyunjin!" may memekik. membuat pemuda hwang hyunjin berhenti bicara. ia benar-benar terkejut.
"may, jangan bersedih, masih ada aku." nada ucapan hyunjin melembut. tangannya bergerak refleks mengusap bahu sang gadis.
may mengangkat kepalanya, menatap dalam kedua manik milik hyunjin."kenapa dunia ini membenciku, hyunjin?"
mendadak hyunjin membeku.
tanpa may ketahui, ada sesuatu yang sudah kacau jauh didalam dadanya. tepat pada jantungnya.
"m-mungkin, mereka membencimu, k-karena mereka bukan dari dunia ini, may!"