nyalain musiknya ya
"kamu kok aneh sih?"
"kok aku aneh?"
hyunjin mengayuh pedal sepedanya, membawa kami bergerak dari posisi sebelumnya. tubuhku sedikit gemetar, melihat kearah aspal membuat mataku ikut berputar pusing.
aku mencengkram bahu hyunjin, "kamu aneh, tiba-tiba sok kenal denganku"
"memangnya dosa?" dia tertawa manis, membuatku lupa betapa konyolnya dia.
aku tidak menjawab pertanyaannya, pandanganku malah teralih ke sebuah bel sepeda yang tertera di atas stangnya.
"k-kenapa harus captain america?" aku menolehkan kepalaku, menatap wajahnya.
hyunjin sadar apa yang kumaksud, ia tertawa lalu membunyikan bel sepedanya yang bergambar lambang khas captain america.
"ini, pemberian minhyun hyung." katanya begitu.
membuat ku semakin bertanya-tanya.
seolah membaca pikiranku, hyunjin menjawab. "minhyun hyung itu kakakku."
aku membenarkan syalku. "aku baru tau, kalau kamu punya kakak."
"jelas, kita kan baru kenal. omong-omong kakakku tampan sekali loh!" ia sumringah, aku mengangguk.
desiran angin musim gugur menyapa semesta, membuat rambutku terombang-ambing menutupi sudut bibirku yang kini tertarik.
penyebabnya yaitu tidak lain selain oknum hwang hyunjin ini.
ia terus bercerita tentang semua hal konyol yang pernah ia lakukan selama hidupnya.
semisal, seperti dirinya yang pernah menangis karena tidak bisa turun setelah menaiki sebuah pohon.
"kamu belum menjawab pertanyaanku, may" katanya setelah beberapa detik hening.
alisku menukik. "apa? yang mana?" tanyaku balik sambil menggigiti sedotan yang tertancap di kardus susu.
"apa aku dosa kalau sok kenal denganmu?"
aku terdiam, alias menahan tawa mendengar pertanyaan polosnya itu.
astaga, aku pikir dia sudah jauh lebih dewasa dariku. tampangnya itu tidak menjamin.
"kamu mau melawak ya?" tanyaku lagi.
"enggaakk! aku serius!"
"ya, tidak dosa lah! ada-ada saja deh." lantangku sambil menarik telinganya pelan.
tidak terasa aku dan hyunjin sudah berkeliling dengan begitu lamanya. beberapa tempat pun sepertinya ada yang sudah kami lewati lebih dari sekali.
tanpa sadar sudah pukul tiga sore.
"istirahat dulu ya, aku capek." ia menghentikan sepedanya di taman, lalu menghempaskan dirinya di ayunan.
kaki panjangnya dijenjangkan, sambil meringis-ringis tidak jelas.
aku terkekeh, lalu duduk di ayunan sebelahnya. jari-jari kakinya terlihat memerah karena terlalu lama mengayuh sepeda.
aku merogoh saku mantelku, "ini, pemberianmu 'kan?" seraya mengeluarkan plester biru bergambar kelinci yang ia berikan padaku saat itu. entah kapan.
"terima kasih" jari kaki kanannya itu ia balut dengan plester, kecuali jempolnya.
kemudian memasukkan kembali kakinya kedalam sepatu. ia menoleh padaku, "kamu senang?" tanyanya.
aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal, maksudnya aku sedikit merasa canggung. karena pertanyaannya itu.
"i-iya, sangat. oh iya! soal tipuan ban kempes itu sudah ku maafkan."
ia tertawa puas, hampir menjengkang kebelakang. untungnya tidak jadi karena teriakkanku.
"habisnya aku bingung, bagaimana caranya supaya kamu mau bertemu denganku selain di sekolah"
hyunjin menghela, lalu tersenyum.
"aku kan juga mau melihatmu memakai baju lain, selain seragam kucelmu itu."
tunggu.
ke mana arah pembicaraannya?