secangkir kertas kopi hangat dan ayunan rantai melengkapi waktu petang di hari ini. tubuhku dibawa mengayun-ayun, bahkan serasa terbang di atas ayunan taman yang rantainya mulai berkarat.
menunggu kedatangan hyunjin, ku mmaklumi, rumahnya lumayan jauh dari taman. terlebih ia hanya menggunakan sepeda kesayangannya itu.
dan panjang umur, tak lama kemudian pria itu berada di hadapanku. tersenyum sumringah seraya memainkan bel sepeda pemberian kakaknya.
ia melambaikan tangannya perlahan, "hai?"
huh?
benarkah itu hyunjin?
tidak biasanya dia terlihat canggung seperti itu. bayangkan saja, aku dengan wajah tak berdosa, melihat kecanggungannya saat melambaikan tangan diatas sepeda.
hening. di detik selanjutnya, suasana mendadak hening. pandangan kami saling bertemu, namun seakan berperang batin dan melawan gengsi masing-masing.
"eh, hehe ... l-lama ya?" katanya membuka percakapan. lalu sepedanya itu distandarkan.
dan? ayunan disebelahku tidak lagi kosong seperti sebelumnya.
hyunjin banyak diam. justru aku terheran karena itu, apa yang membuatnya menjadi seperti itu.
hwang hyunjin merogoh saku mantelnya, dan mengeluarkan sesuatu. tangannya menggenggam benda itu, membuatnya tidak tertangkap oleh netraku.
"stroberi?" tanyanya.
permen stroberi yang dibalut plastik merah muda, lagi. "aku ingin bicara tentang sesuatu, may"
"bicaralah, tidak kularang"
kulihat ia menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. rautnya lamat-lamat berubah. teduh bersama cahaya jingga yang menerpanya.
rahangnya yang semula mengeras, kini melunak. sejuk tatapannya mengantarku menuju dermaga biru.
dan aku terhenyak, sungguh.
tadi, bibirnya sempat terbuka. namun tertutup kembali. terulang beberapa kali, sampai sempat membuatku menyuruhnya untuk tidak bicara.
"ah, sudahlah! jangan bikin penas─"
"b-baiklah, aku sungguh ingin bicara" ucapnya serius.
surainya terdongak menatap cakrawala. kini aku tahu, jikalau itu merupakan kebiasaannya kala merasa grogi.
"aku," hyunjin menggaruk tengkuknya.
"aku suka padamu, may?"
"m-mwo!? kok begitu bicaranya? prank ya?"
hyunjin terlihat panik, aku terkekeh sekaligus─malu.
"maksudku, aku serius. aku benar-benar serius suka padamu. dan kalau aku berbeda dengan laki-laki manapun yang pernah kamu temui,"
"cepat tentukan tanggal kencan kita"