"permisi,"
seketika semua pandangan mengarah padanya, pemuda bermarga hwang itu masih setia di bibir pintu dengan sepasang sepatu penuh debun.
bersyukur akhirnya ada yang mendengar.
"renjun? sini sebentar,"
gesturnya terlihat ragu, sedangkan renjun menghampirinya.
ia menatap heran pemuda yang lebih jangkung darinya itu.
"eum, begini," anehnya hyunjin gugup, tangannya terus memelintir tali jaketnya, "aku ingin─"
"─ingin mayquri?" tebak renjun, dan rupanya tepat sasaran.
hyunjin tertegun, kemudian menggaruk tengkuknya asal. yang diucapkan renjun memang benar, dia memang ingin bertemu may.
hyunjin hanya ingin bicara baik-baik dengan gadis itu.
"mayquri ... sebentar,"
renjun beranjak dari tempatnya, masuk kedalam kelas untuk mencari si gadis. namun sayangnya, yang dicari tidak ada didalam sana.
sejauh ini, yang dilakukan gadis itu sebelum pelajaran dimulai, hanyalah terlelap diatas lipatan kedua lengannya.
"aku rasa tadi dia ada, tidak biasanya," ujar renjun santai.
berbanding terbalik dengan lawan bicaranya yang kini terlihat resah, gerak-geriknya seolah mengatakan apa yang harus dilakukannya.
jangan salahkan sikap hyunjin itu, katanya kalau sudah menjadi pasangan itu wajar 'kan, begini?
pasangan katanya, hyunjin geli sendiri memikirkannya.
sudah selesai dengan kegiatan memutar otaknya, mencari tempat tujuan pertama untuk mencari afrodit-nya. pemuda itu melangkahkan kakinya cepat hingga tak tersusun temponya.
hyunjin yakin, ia tidak salah dengar. apa yang barusan dia dengar, sepertinya bersumber tidak jauh dari tempatnya berdiri.
dengan tergesa, ia mencari-cari sumber suara tangisan itu.
jelas tahu, siapa sang empunya.
"akh!" nafasnya tak teratur, hyunjin terlihat frustasi. ia belum menemukan mayquri alias si pemilik suara tangis itu.
kalau hyunjin tidak tahu malu, mungkin ia sudah memanggil gadis itu melalui radio sekolah. tapi, dirinya memilih untuk mengurungkan niat itu.
"hiks..."
langkah hwang hyunjin terhenti, tepat di depan ruang musik. firasatnya sudah kacau.
perlahan, dia membuka pintu itu dengan ragu.
dan dugaannya benar. gadis yang ia cari ada disana.
sebenarnya, hyunjin bahkan masih takut untuk menghampiri may. tapi melihat kondisinya, hyunjin terpaksa menahan rasa takutnya itu.
sedangkan gadis bersurai cokelat gelap itu, sedang menangis tersedu-sedu sambil memeluk kedua lututnya.
"mayquri?" lirih hyunjin sembari menutup pintunya.
"hwang hyunjin ... hiks"