"hwang hyunjin, ambil makan siangmu!"
hyunjin mendengus kesal, ia kembali memasangkan kedua earphone-nya di telinga. mencoba mengabaikan panggilan-panggilan dari renjun.
jarinya terus menekan tombol di sisi kiri ponselnya, memperbesar volume hingga membuatnya benar-benar tuli.
"hyunjin, please ... berhentilah bersikap seperti ini" lirih pemuda huang sambil menepuk bahu temannya.
hyunjin menghela, lalu melepas earphone-nya kasar, "diam, huang renjun. aku sedang tidak naf ─"
"HYUNJIN, MAKAN JATAHMU, ATAU TUGASMU MEMBERSIHKAN LAPANGAN HARI INI!"
astaga, hyunjin berani bersumpah hari ini akan menjadi hari terburuknya. ia membangkitkan tubuhnya malas.
tubuh jangkungnya melengos begitu saja melewati wanita paruh baya yang berdiri di bibir pintu, batinnya terus mengumpat tak jelas.
hyunjin bukan anak kecil lagi, yang hal kecil seperti makan saja harus dipeributkan, bahkan dipaksa-paksa.
lagipula, ia sedang tidak ingin berhadapan dengan keramaian kantin, yang bisa membuat kepalanya meledak.
oh tunggu, hyunjin nampaknya berubah seratus delapan puluh derajat. benar?
iya, benar, pemuda itu sendiri mengakuinya.
sesampainya di kantin, atensinya menangkap seseorang yang termasuk salah satu dari alasan mengapa sikap hyunjin berubah.
gadis itu sedang sibuk mengunyah jatah makan siangnya, sedangkan netranya tidak berpaling sekalipun dari buku tebal disebelah rantang.
hyunjin tersenyum getir.
peluh mulai mengucur di tepi wajahnya, tubuhnya kaku, begitu juga dengan lidahnya.
mayquri bagaikan kryptonite untuknya.
kalau superman yang kuatnya bagaikan manusia baja saja bisa dibuat lemah oleh kryptonite, apalagi pelajar bersepeda biasa macam hwang hyunjin ini?
ia mengusap peluhnya kasar, kemudian berlalu dari sana mengambil makan siangnya.
ayolah hyunjin, jangan jadi pecundang, batinnya terus memaki.
kedua kakinya dengan pikirannya seakan sedang berdebat, mempertimbangkan harus melangkah ke mana.
meja mayquri atau tempat lain?
"akh!" akhirnya, pemuda itu memberanikan dirinya untuk menghampiri meja mayquri.
empat puluh persen dari itu masih ada rasa khawatir yang tersimpan dalam dirinya.
hyunjin menarik pelan bangku dihadapan may. untungnya, gadis itu tidak menyadarinya sedikit pun.
"apa yang kau lakukan?"
"ohok!" memalukan, hyunjin malah tersedak sup misonya.
hal yang ditakutkan terjadi, may menyadari keberadaannya. padahal belum ada sepuluh menit ia duduk disitu.
"may, k-kita," hyunjin berdeham, "kita sudah lama tidak makan siang bersama, bukan?" tanyanya, dengan tersenyum terpaksa.
padahal sebenarnya, ia sedang bersusah payah menetralisirkan detak jantungnya.
"lebih bagus, bukan?"
hyunjin tertegun, rahangnya mulai mengeras akibat mendengar jawaban dari may.
sedetik setelahnya, gadis itu bangkit dari sana, dan meninggalkannya.
yang masih terdiam disana, sibuk memukul-mukulkan keningnya, hwang hyunjin bodoh, lain kali tidak usah terlalu percaya diri.