"selamat untuk apa, lee felix?"aku bicara dengan sosok yang mengejutkanku ini. lee felix, teman sekelasku.
di depan loker saat itu, aku sedang mengambil sesuatu di loker. tiba-tiba saja felix muncul disebelahku.
dan katanya "selamat ya, may. wah tidak kusangka."
keningku mengerut keheranan, tidak paham dengan ucapannya itu.
seingatku, aku tidak pernah memenangkan kompetisi atau apapun itu sampai membuatnya mengucapkan 'selamat'.
dia tertawa, "ah, tidak usah pura-pura."
"pura-pura? aku paham saja tidak apa yang kamu bicarakan" balasku acuh.
sesaat setelahnya, lelaki bersurai kuning kecokelatan itu melambai-lambaikan tangannya, menyuruhku untuk mendekat.
"sini deh," katanya. aku pun memajukan kepalaku sedikit.
"kamu berpacaran, 'kan, dengan hyunjin itu?" bisiknya. sontak aku terkejut. netraku membulat hebat ketika felix mengulang kalimat itu lagi.
alasan pertama, jelas aku tidak ada hubungan apapun dengan hwang hyunjin itu. lagipula aku mengenalnya baru sekitar tiga minggu.
kedua, bagaimana bisa felix tahu hyunjin?
kelasnya hyunjin jauh, lalu modelan felix juga tidak mungkin mau berkawan dengan hyunjin. anak itu hanya se-level dengan yang high class saja seperti lee jeno atau lai guanlin.
"huh? jadi benar?" dia tertawa lagi, dan lagi.
aku menggeleng ribut, bergegas meraih barang-barangku.
"jangan seperti itu, sekolah ini sudah tau kamu dekat dengannya. hebat juga!" katanya, kemudian menyender di loker.
"dekat apanya? aku baru saja─"
"MAYQURIII~~~"
ucapanku terpotong, sekaligus aku tersentak. suara barusan menggema di seluruh lorong.
felix menyeringai, "tuh datang, 'kan! semoga nasib baik hari ini." ia berlalu setelah sebelumnya menepuk-nepuk pundakku.
aku mematung di tempatku berdiri, memejamkan mata pasrah.
"kenapa dia? bicara apa tadi?" tanya hyunjin dengan wajah polosnya. matanya masih menatap punggung felix yang kian menjauh.
aku menghela, "katanya ─"
"─ apa?"
"katanya kamu jelek, hyunjin"
mata hyunjin membulat. "a-apa-apaan?!"
bodoh sekali, dia malah percaya.
aku tidak membalas ucapannya, malah mengalihkan fokusku kepada tangannya yang menggenggam sebungkus katket strawberry.
"buat aku ya?" celetukku sambil terkekeh.
"iya nih, keluaran baru dan aku sangat merekomendasikan ─omong-omong, felix benar bilang aku jelek?"
"aish, bodoh!" aku merebut katket di tangannya, kemudian membalikkan badan besar itu. "sana, balik ke kelas!" lalu mendorong tubuh jangkungnya itu.
"terima kasih ya, katketnya"
di sini aku masih terdiam, sendirian, menatap lekat setiap tulisan di lembaran yang ku pegang.kompetisi debat bahasa inggris
impianku sejak dulu, bisa mengikuti kompetisi debat bahasa inggris. kini, aku dapat kesempatan.
siapa yang tidak senang mengetahuinya?
namun, satu yang membuatku ragu.
teman-temanku.
aku tidak siap dengan respon mereka, akan seperti apa jika tahu orang sepertiku ini mengikuti sebuah kompetisi besar.
buru-buru kulipat kertas itu, memasukkan sembarangan ke dalam tasku. aku mengurungkan niat itu.
"tentu, aku tidak akan pantas mengikuti kompetisi itu."