C A N D U - 2

14.4K 186 5
                                    

Dari begitu banyak perjalanan yang kerap dilalui Melody, perjalanan ke Batam menjadi perjalanan yang paling ditunggu perempuan bermata sipit itu. Jarang mendapat kesempatan ke kota yang dikenal dengan geliat perdagangnya, membuat Melody benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya, demi menikmati Batam, bersama perempuannya. Kekasihnya. Farrah.

Dengan langkah lebar, Melody memasuki Bandara Sam Ratulangi. Meski jadwal keberangkatan pesawat yang akan ditumpanginya masih lama, tersisa dua jam, namun Melody lebih memilih berada di ruang tunggu sembari terus berkabar dengan kekasihnya.

"Aku udah di ruang tunggu, sayang," katannya, sembari menjatuhkan duduk di kursi besi, tak jauh dari area gate pesawat yang akan membawanya transit di Bandara Soeta.

"Jangan lupa makan. Perjalanan kamu masih sangat jauh, sayang," kata suara yang terdengar padat dari ujung telepon.

"Udah tadi. Aku juga bawa bekal roti. Ntar juga dapet jatah makan di pesawat," balasnya.

"Tibanya jam empat kurang lebih, sayang yah?" tanya suara di ujung telepon.

"Iyah. Transit Jakarta, jam dua siang. Kurang lebih sayang kalau gak molor jadwalnya," balas Melody. Disandarkannya bahu, sembari melepas nafas pendek.

"Capek sayang?"

"Lumayan. Semalam kerjaan aku kelarin sampai dini hari. Kalau gak, bisa batal perjalanan hari ini, Tapi, ntar aku balas di pesawat aja. Kamu udah sarapan?"

"Ntar aja. Masih terlalu pagi di sini. Ntar telepon lagi, sayang. Aku beres-beres dulu. Gak asik rumahnya berantakan pas pacar datang,"

"Ah, bisa aja. Biasanya juga berdebu. Yah, udah. Ntar aku kabarin lagi," Dan sambungan telepon pun terputus.

Melody mengarahkan pandangannya ke arah jendela bandara. Hujan mulai turun. Langit sejak pagi tadi gelap. Seperti Desember sebelumnya, hujan menghantar perjalanannya menuju pelukan sang kekasih.

"Semoga perjalanan berjalan lancar, Tuhan," gumamnya.

Cukup lama Melody menghabiskan waktu. Beruntung headphonenya tak ketinggalan, hingga musik yang didengarkannya, mampu membunuh jenuhnya saat menunggu.

Perjalanan sepuluh jam menempuh rute Manado menuju bandara Hang Nadim Batam, memang bukan satu-satunya perjalanan terpanjang yang pernah dilalui Melody. Namun saat rindunya telah begitu memuncak, bahkan perjalanan yang sangat singkatpun, terasa begitu lama.

Tepat pukul 16.00 waktu Batam, pesawat yang ditumpangi Melody pun mendarat. Mendung yang menggelantung di langit, menyambutnya. Sedikit gerimis.

Setelah penumpang yang akan turun semakin sedikit, barulah Melody beranjak dari kursinya. Berjalan dengan langkah buru-buru. Diraihnya handphone dari dalam tas.

"Sayang di mana ? Ini aku baru turun dari pesawat," katanya.

"Aku ada. Ini di terminal penjemputan. Gak usah buru-buru. Kamu udah di Batam," balas perempuan diseberang telepon.

"Kangen,"

"Iyah, aku juga. Ntar kangennya kita bayar. Matikan telepon, ke bagasi, ambil barang. Aku tunggu di sini,"

"Iyah. Aku cari trolis dulu, sayang. Nanti aku kabarin kalau udah jalan keluar,"

Dan keduanya meluap ketika akhirnya bertemu di loby penjemputan. Berpelukan erat. Lama. Tak perduli orang-orang sekitarnya, yang memandang aneh ke arah mereka.

***

C A N D UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang