Perlahan, Farrah membuka matanya. Kantuknya masih terasa berat. Tanganya mencari-cari sosok yang malam tadi, menemaninya mencapai nikmat senggama.
Dia menoleh.
"Sayang...," serunya.
Tak jawaban.
Sedikit gerakan, diangkatkan kepala ke arah kamar mandi.
"Sayang...," serunya lagi.
"Iyah. Aku di kamar mandi ini. Mau ikutan gak," balas Melody, dengan suara setengah berteriak.
Farrah tersenyum.
Yang semalam saja, belum tuntas letihku sayang. Tubuhku rasanya remuk. Remuk yang nikmat. Batinnya.
"Mau apa gak nih. Aku bentar lagi kelar," kembali suara Melody terdengar berseru.
Ah, tak pernah ada kekuatan bagi Farrah untuk menolak. Apalagi berkata "Ngak". Baginya, tiap ajakan, adalah cinta. Tepatnya bercinta. Ajakan yang tak boleh Ia sia-siakan, karena waktu untuk bersama kekasihnya, adalah hal langka. Jarak, menjadi pemisah berahi mereka yang seakan tiap detik, meletup dan lalu membakar.
"Aku datang," kata Farrah akhirnya, sembari bangkit dari tidurnya.
Dibiarkannya tubuhnya yang bak pualam, begitu saja. Tanpa sehelai benangpun.
Langkahnya terseret. Agak malas-malasan.
Pelan, dibukanya pintu kamar mandi.
"Hei," serunya.
Melody terlihat tengah menggayung air dari bak mandi.
Tubuh yang sempurna, batin Farrah.
"Mau di situ aja, hemmm ?" Sindir Melody, sembari menyiram bagian dadanya.
"Iyah. Aku di sini aja, sayang. Mau liatin pacarku mandi," balas Farrah.
"Cuma liatin aja kan ?" Goda Melody.
"Sementara liatin aja. Nantilah kalau udah kelar mandinya, aku ajak mandi lagi," balas Farrah, disusul tawa Melody.
"Gak capek, sayang ?" Tanya Farrah.
"Capek. Tapi kalau diminta, gak nolak aku," balas Farrah.
"Aku ajak mandi loh. Bukan ajak enak," timpal Melody, sembari mengusap sendiri dua payudaranya. Seakan menggoda kekasihnya.
Tak sampai di situ. Melody bahkan mulai memainkan putingnya sendiri. Sesekali dipilinnya.
Dan yah. Farrah adalah perempuan yang tidak pernah sanggup menguasai hasratnya, setiap kali kekasihnya mulai menggodanya dengan memainkan putingnya sendiri.
Sekali gerak, tau-tau kedua tangannya ikut memainkan puting berwarna kemerahan, kekasihnya.
"Putingnya bangun sayang," kata Farrah dengan suara bagai bergumam.
"Kelakuanmu kan. Tanggungjawab!" balas Melody dengan mimik pura-pura marah.
"Indah," kata Farrah. Jarinya mulai memainkan puting kiri Melody.
"Suka ?" Goda Melody.
"Selalu suka. Akan selalu suka. Semua yang ada padamu, aku suka. Kamu tau itu," jawab Farrah.
"Mau aku isap ?" Kata Farrah lagi.
"Lakukan apapun yang kamu mau, sayang. Tubuh ini milikmu. Akan selalu jadi milikmu," balasnya, dengan wajah sendu. Berahinya mulai terusik, seiring jari-jari Annisa yang terus menari di area dadanya.
"Pesawatnya jam berapa, sayang ?" Tanya Farrah. Tangan kanannya mulai mengusap bahu kekasihnya.
"Masih lama lah sayang. Sore. Masih banyak waktu buat kita,"
"Rasanya terlalu cepat,"
"Kita nikmati yang sekarang. Aku janji, kalau dapat libur lagi, aku datang. Toh, kamu juga bisa nyusul kalau kangennya udah gak tahan," suara Melody makin sendu. Terdengar mulai bergetar.
Darahnya terasa berdesir. Degub jantungnya semakin cepat. Nafasnya mulai tak beraturan. Getaran berahinya berlahan bergolak. Selalu seperti itu, setiap kekasihnya mulai menyusuri lekuk-lekuk tubuhnya. Meski bukan yang pertama kali, namun yang dirasakannya tetap saja sama. Penuh sensasi keinginan yang lebih dan lebih.
PEMBACA MASIH KUAT ? JANTUNG AMAN ? HAYO, TARIK NAFAS DULU.
Kita rehat sejenak. Ngopi ! 😄
***
KAMU SEDANG MEMBACA
C A N D U
ChickLitAroma terdasyat yang seakan tak pernah ada matinya, ketika hidungku mulai menyusuri lekuk-lekuk tubuh perempuanku. Mengalahkan candu apapun. Wangi. Bahkan saat nafas tersengal pun, tetap saja wangi tubuhnya bagai melambai seolah "nagih". *****