"Makasih ya Saf udah di anterin sampai depan rumah, senang bisa main kerumah lo" ujar Hyunjin disertai dengan senyum tampan diwajahnya
Safira membalasnya dengan seulas senyum dan anggukan "iya sama sama kak, hati hati kalau pulang" ujar Safira membiarkan Hyunjin memakai helmnya dengan benar
"Iya lain kali gue main lagi boleh?" tanya Hyunjin dengan iseng
Safira hanya diam tak bergeming, menurutnya pertanyaan Hyunjin yang satu ini perlu diseleksi lagi maksud dan tujuannya.
Melihat Safira hanya diam dan tak menanggapi ucapannya Hyunjin segera menyalakan motornya "gue duluan Saf. Assalamualaikum" ujarnya tersenyum simpul
"Waalaikumsalam" jawab Safira pelan
Motor Hyunjin sudah menjauh dari rumahnya, ia segera masuk ke dalam rumah. Omong omong tadi Safira memang menemani Hyunjin dan Mark dirunag tamu. Itu semua adalah permintaan Mark yang dengan sengaja menjahilinya.
Padahal yang dia lakukan di ruang tamu hanyalah diam dan menyimak obrolan Mark dan Hyunjin yang terkesan random dan tanpa arah. Kadang membicarakan sekolah, kadang membicarakan spot foto dan lain sebagainya. Dan dari semua pembicaraan yang Safira dengarkan, ia dapat mengambil kesimpulan jika keduanya memang dekat. Dekat dalam arti berteman dekat atau bisa disebut juga sahabat yang lama tidak bertemu.
Safira kembali masuk ke dalam kamarnya, membaringkan tubuhnya di ranjang kamar warna pink miliknya. Ia memeluk boneka spongebob yang selalu menemaninya tidur. Yang dilakukannya hanyalah diam, sesekali wajah Hyunjin terlintas di benaknya. Segera ia menggelengkan kepalanya kuat kuat.
"Apasih kenapa gue jadi mikirin kakak kelas gue" gumamnya sembari menutup kedua matanya dan beralih menuju alam mimpi.
**
Kepulan asap rokok berpadu dengan suara deru motor yang bercampur menjadi satu. Basecamp tempat Hyunjin dan teman temannya menghabiskan waktu di malam hari.
Jagan kaget tentang bau asap rokok yang menyengat di area tersebut, markas tempat berkumpulnya fake goodboy yang beranggotakan 10 orang. Tempat dimana orang yang melihat akan bergidik ngeri dengan asap rokok yang benar benar mengepul.
"Woy bagi satu dong" bisik Hyunjin kepada Felix yang juga asik dengan sebatang rokok
"Ambil noh di laci"
Hyunjin mengangguk dan berjalan mendekat ke arah laci yang di maksud, disitu ia bisa menemukan kotak kotak rokok yang masih terisi penuh. Siapa lagi bandar rokok kalau bukan Felix, memang tak setiap hari mereka merokok hanya di waktu waktu tertentu dan tentunya mereka masih tau batas dalam merokok.
"Lix gue mau nanya" gumam Hyunjin sembari menatap langit malam yang terlihat terang dengan gemerlap bintang dan sinar rembulan yang indah.
"Apaan? Masalah cewek?"
Belum sempat Hyunjin menjawab tapi Felix sudah lebih dulu mengetahuinya.
"Kenapa? Lo jatuh cinta?"
Hyunjin menggeleng pelan "gue gak jatuh cinta. Tapi gue bingung sendiri sama perasaan gue, rasanya gue pingin tau lebih jauh soal dia"
Felix mengangguk faham "yauda ikutin aja apa kata hati lu. Nanti juga pasti ketemu jawabannya dimana lu sadar kenapa lu pingin mengenal lebih jauh" jelas Felix
Hyunjin larut dalam pikiran pikirannya, memahami kembali ucapan Felix barusan. Ada benarnya juga jika ia harus mengikuti kata hatinya. Tapi sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal hal aneh seperti yang ia rasakan sekarang, tidak jarang sekelebat wajah orang yang ia maksud melintas begitu saja di pikirannya.
Satu sisi egonya begitu berat untuk mengikuti apa kata hatinya, salah satu alasannya adalah karena ia terlalu malas untuk kembali merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Bukannya Hyunjin tidak siap untuk membuka hatinya kembali tapi ingatan ingatan masa lalu membuatnya malas untuk kembali mempersilahkan seseorang dengan mudah masuk ke hatinya.
Maka yang ia lakukan sejauh ini adalah bersikap netral dengan orang orang terdekatnya. Ia tidak merasa jika ia menjadi pribadi yang dingin dan cuek atau bahkan arogan, tapi ia juga tidak merasa jika dia adalah sosok playboy yang digemari oleh banyak perempuan cantik. Pada intinya ia hanya menjadi dirinya sendiri, menjadi Hyunjin yang bersikap baik kepada siapapun tanpa menaruh harapan lebih. Ya, itu yang dilakukannya selama ini.
"Cabut Jin udah malem lu gak mau balik" ajak Felix yang sudah memakai jaket denim warna navy miliknya.
Hyunjin mengangguk setuju ia segera menyambar jaketnya dan mengikuti Felix yang sudah menyalakan motor. Fyi, keduanya adalah tetangga sekaligus sahabat dekat sejak kecil. Dan keduanya sering menghabiskan waktu bersama meskipun hanya untuk sekedar ngopi bareng.
Keduanya menyusuri jalanan malam, udara dingin yang menyeruak menembus jaket yang digunakan keduanya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Felix sampai di depan rumah Hyunjin, begitu motor berhenti tepat di depan rumah berwarna putih Hyunjin segera turun dari motor Felix.
"Balik bra" celoteh Felix yang dijawab anggukan oleh Hyunjin.
Hyunjin berjalan masuk ke dalam rumahnya, jam sudah menunjukkan pukul 22:45 dan ia baru sampai di rumah. Sebenarnya tidak menjadi masalah karena tadi sebelum ia pergi keluar ia sudah terlebih dulu izin untuk bermain bersama Felix. Walaupun nyatanya kedua orang tuanya tidak tau jika ia menyalakan sebatang rokok saat bermain atau berkumpul bersama teman temannya.
"Darimana aja lu bang, jam segini baru pulang"
Suara Tasya menginterupsi Hyunjin yang sedang mengendap endap masuk ke kamarnya, tapi naas Tasya sudah berdiri tepat di depan kamar milik Hyunjin. Gadis manis itu melipatkan tangannya kedepan dada dan mengeluarkan tatapan garang yang membuat Hyunjin meneguk lidahnya kasar.
"Darimana ihhh ngeselin udah tau gue dirumah sendirian malah ditinggal main. Udah gak inget kalau punya adek? Udah lupa?" sindir Tasya yang beranjak meninggalkan Hyunjin dengan kesal.
Hyunjin menepuk kepalanya pelan, ia baru ingat jika kedua orang tuanya sedang ada acara di luar kota dan baru akan pulang besok malam. Ia juga lupa juga ia harus menjaga Tasya yang ditinggal dirumah sendirian, sungguh ingatkan Hyunjin untuk mengikat benang di jarinya.
"Dek jangan ngambek dong" ujar Hyunjin sembari mengejar langkah Tasya
"Bodo amaat males gue sama lo. Udah sana tidur" teriaknya dan menutup pintu kamarnya dengan keras sehingga menimbulkan suara 'BLAM' yang cukup keras.
Helaan nafas lelah Hyunjin membuatnya ikut beranjak menuju kamar miliknya. Oke kali ini dia benar benar merasa bersalah karena sudah meninggalkan Tasya. Tapi sebenarnya Tasya juga tidak sendirian, ada Wiwin ART yang bekerja di rumah keluarga Hyunjin dan tentu saja ada Argo yang bertugas untuk menjaga keamanan dirumah. Meskipun begitu tetap saja ia juga salah karena pergi terlalu lama.
"Aelah ada ada aja emang" gumam Hyunjin pasrah jika adik semata wayangnya itu akan memarahinya habis habisan besok pagi. Mulai dari sekarang Hyunjin akan mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi ribuan ocehan dari Tasya ditambah lagi dengan kedua orang tuanya.
Selamatkan Hyunjin dari situasi ini!
***
Kira² ada yg mau jadi Tasya?
Btw itu request temen gw minta di jadiin adeknya Hyunjin:)Fix ini masih berlanjut
Biar yg baca dikit gpp penting sudah berkarya:)Votementnya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionKita dekat tapi aku merasa kita jauh Kita pacaran tapi aku merasa jika kita hanya teman