Sorakan penonton terdengar begitu ramai di lapangan sepak bola. Dua tim yang tengah bermain sepak bola di jam istirahat, padahal dua kelas itu tidak ada jam pelajaran olaraga. Tapi disaat panas matahari yang tengah bersinar terik dua tim yang berisikan cogan cogan sekolah nampak biasa saja dengan sinar matahari.
Safira yang baru saja kembali dari perpustakaan tertarik untuk melihat pertandingan sepak bola itu. Matanya menyipit melihat ke arah seseorang yang dengan lihainya menggiring bola menuju ke gawang. Orang itu adalah Hyunjin dengan rambut yang basah dan acak acakan. Keringat mengucur di kedua pelipisnya, nampak begitu tampan dan menggoda.
Belum lagi seragam yang sudah tidak beraturan, tidak terkancing dan menampakkam dalaman kaos polos putih yang juga sudah basah karena keringat. Safira dan Anya memutuskan untuk duduk di depan kelasnya yang kebetulan menghadap lapangan sepak bola. Jadi ia bisa melihat pertandingan di bawah terik matahari siang ini.
"Aduuuhhh kesian deh itu Felix jatohh hahahaha rasain tuh haha ngakaka deh" tawa Anya sembari menunjuk Felix yang terjatuh saat berusaha merebut bola, namun sayangnya ia lebih dulu terjatuh dilapangan.
"Eh gak boleh ngetawain Nya, nanti karma loh" sahut Safira mengingatkan tentang hukum karma.
Tengah asyik menonton pertandingan Hyunjin dan kawan kawan bahu Safira ditepuk pelan oleh seseorang dibelakangnya. Ia menoleh untuk mengetahui siapa orang yang barusan menepuk bahunya.
"Loh kak Dilan? Ada apa kak?" tanya Safira saat mengetahui Jaemin sudah berdiri di belakangnya. Fyi, setelah meliahat kemiripan antara Jaemin dan Iqbal, Safira memutuskan untuk memanggil Jaemin dengan sebuatan Dilan. Karena selain cowok itu sekilas mirip dengan pemeran Dilan tapi Jaemin juga mampu menguasai gombalan maut ala Dilan. Tidak salah jika Safira memanggilnya dengan sebutan Dilan.
"Ayo kumpul bentar buat bahas lomba bulan depan. Tadi di tanyain sama Pak Abdi yang biasanya ngatur lomba lomba'" ajak Jaemin
Safira mengangguk pelan "Oke kak bentar ya" jawabnya menyetujui. "Anya gue ke ruang band dulu ya nanti gue balik dadah" tambahnya berpamitan kepada Anya.
Setelah itu ia mengikuti langkah Jaemin menuju ke ruang band. Tidak ada kata sunyi senyap ketika sedang bersama dengan Jaemin, pasalnya cowok itu mempunyai segudang lawakan yang membuat Safira terpingkal pingkal di jalan. Jaemin tidak pernah diam dan selalu banyak bicara, namun bicaranya memiliki kadar humor yang tinggi. Jadi siapapun yang mendengar lawakan Jaemin mungkin tidak akan bisa diam dan terus menerus tertawa.
Keduanya sudah sampai di ruang band dan menemukan Jeno bersama dengan Renjun dan juga Pak Abdi. Safira dan Jaemin ikut bergabung dalam obrolan serius ketiga orang diruangan tersebut.
"Oke kalian udah kumpul semua. Saya cuma mau memastikan kalau kalian ingin mengikuti lomba ini kalian harus benar benar persiapan matang. Saya dengar kalian ini masih baru terbentuk kan? Apakah kalian sudah yakin dengan kemampuan kalian untuk mengikuti lomba ini?" ucapan Pak Ardi sedikit menohok untuk keempat orang yang terdiam memikirkan perkataan guru kesenian di depannya.
"Begini pak kami juga tidak tau pasti pandangan orang luar tentang kemampuan kami. Tapi untuk lomba ini insyaallah kami siap ikut apapun resikonya pak, kalah tidak masalah yang terpenting kami tidak membuat nama sekolah menjadi jelek" jelas Jeno selaku cowok yang mempunyai sikap dewasa dalam pemikirannya.
Guru kesenian itu menganggukkan kepalanya pelan "oke saya akan tes kemampuan kalian. Nanti pulang sekolah saya tunggu disini untuk tes kemampuan kalian. Semoga berhasil" ujarnya sebelum akhirnya melangkah keluar meninggalkan keempat orang yang masih sibuk dengab pikiran masing masing.
"Gue gak mau tau kita harus ambil kesempatan ini. Dia aja yang gak tau kalau kita itu mampu" celoteh Jeno dengan nada yang cukup emosi.
Tidak hanya Jeno yang terpancing emosi tapi ketiga orang disebelahnya juga sama kesalnya dengan guru kesenian tadi. Bukannya kesal dalam arti dendam, hanya saja kesal dengan ucapannya yang menganggap remeh band baru yang dibentuk oleh pelatih band beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionKita dekat tapi aku merasa kita jauh Kita pacaran tapi aku merasa jika kita hanya teman