Tujuhbelas

34 7 0
                                    

Suara alat musik menggema keras di ruang band. Hari ini adalah jadwal kelompok Safira untuk latihan band. Seperti yang sudah diberitahukan Jeno kemarin, standingout akan mengikuti festival band bulan depan. Dan mereka sudah memulai persiapan untuk berkompetisi.

"Satu lagu lagi abis itu kita pulang" ujar Jeno yang disetujui oleh ketiga temannya.

Saat bersamaan sebuah ide terlintas dibenak Safira, lagu The Man Who Can't Be Moved sepertinya akan cocok dinyanyika saat ini. Tapi tentunya ia harus bertanya kepada ketiga personil standingout.

"Kak lagunya The Script yang The Man Who Can't Be Moved kayaknya enak" usul Safira yang mendapat persetujuan dari Jeno sang drummer.

"Gimana? Hafal cord gak?" tanya Jeno kepada Jaemin dan Renjun

"Hafal kok udah buruan mulai" pinta Jaemin.

Dan pada akhirnya di penghujung senja kali ini lagu The Man Who Can't Be Moved mengiringi tenggelamnya matahari.

**

Mark terdiam menatap secangkir kopi hitam yang ada dimeja. Di hadapannya sudah ada Reyna yang berusaha menjelaskan sesuatu yang benar benar tidak ada kebenarannya. Sedari tadi Mark hanya diam mendengarkan ocehan palsu yang dibuat oleh mantan kekasihnya.

Biarlah sekarang ini Mark terlihat seperti orang bodoh yang bahkan tak bergeming ketika sang mantan kekasih mulai menyalahkannya. Hey, siapa yang salah disini? Kenapa seenaknya dia mengatakan jika Mark yang salah.

"Mark please balikan sama aku ya. Aku sayang banget sama kamu" ujarnya dengan wajah penuh memohon

Mark mendengus sebal, ekspresinya masih sedatar saat pertama kali ia bertemu dengan orang asing. Tidak ada tawa dan senyum, hanya ada wajah yang dingin dan angkuh.

"Mark aku ga bisa putus dari kamu" sahutnya lagi dengan isak air mata buaya.

"Rey ini terakhir kali gue ngomong sama lo. Gue gak tau kenapa gue bodoh banget bisa suka sama lo, yang jelas sekarang gue sadar kalau gue salah dan gue minta maaf kalau selama kita pacaran gue banyak kekurangan sampai sampai lo tega buat selingkuh dibelakang gue"

Seulas senyuman miris diwajah Mark menandakan jika dia benar benar kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh Reyna.

"Gue mau lo bahagia sama cowok baru lo, gue gak bakal ganggu hubungan kalian. Tapi lo juga harus pergi dari hidup gue dan gak usah ikut campur urusan gue. Udah cukup gue aja yang jadi kelinci percobaan lo, jangan cowok lain.

Mark menghela nafas lega "Gue pamit, jaga diri baik baik" tambahnya sebelum ia melangkahkan kakinya menjauh dari kafe yang penuh kenangan dengan mantan kekasihnya.

Bahkan hingga hari ini kafe itu masih melukiskan kenangan, hanya saja kali ini kenangan yang pedih dan menyakitkan. Satu dari banyaknya kenangan bahagia yang pernah mereka jalani selama satu tahun dan harus berakhir sampai disini.

Mark tersenyum menatap rintik hujan yang turun membasahi bumi, hatinya menghangat menghangat merasakannya. Ia segera mengendarai motornya menuju tempat persinggahannya.

Angin malam menerpa wajahnya yang terbuka, rasanya segar dan sejuk. Sudah lama ia tidak merasakan terpaan angin yang dingin namun menghangatkan hatinya yang mulai membeku.

Mark tersenyum tipis ketika ia melihat beberapa musisi jalanan yang bernyanyi di perempatan lampu merah. Suaranya terdengar merdu dan kompak yang menggabungkan beberapa instrumen alat musik seperti gitar akustik, angklung dan juga .....

Sayangnya ia hanya bisa menikmati musiknya beberapa detik saja, karena lampu sudah kembali berwarna hijau dan ia harus segera menjalankan kembali motornya.

Deru motor miliknya memasuki rumahnya, langit sudah terlihat gelap. Ia segera melepas helmnya dan masuk kedalam rumahnya. Aroma masakan menyerukan ke hidungnya, seketika perutnya berbunyi keras. Sepertinya sudah saatnya ia memberi makanan untuk cacing cacing yang ada diperutnya.

"Assalamualaikum Mark pulang" sapanya sembari menaruh jaketnya asal. Ia segera mengambil tempat duduk dimeja makan, ia bisa melihat ibunya membawa semangkuk besar sayur sop kesukaannya.

"Laper ya pasti?" tanya Alika menaruh mangkuk yang masih beruap itu di depan Mark.

Mark mengangguk pelan dan mengambil nasi, lauk pauk dan juga sayur sop buatan ibu tercinta. Tidak lupa sebelum menyantap makanan lezat itu ia berdoa terlebih dahulu.

"IIIHHH ABANGG KOK GUE DI TINGGALIN SIH MAKANNYA. JAHAT LUU" teriak Safira mengambil tempat duduk disamping Mark. Ia menyenggol lengan Mark dengan kesal.

"Udah elah tinggal makan aja susah" cibir Mark tidak memperdulikan Safira yang sudah memasang eskpresi kesal.

Alika sebagai orang tua hanya bisa melerai pertikaian kecil kedua buah hatinya. Ia tersenyum menatap Mark dan Safira yang sudah tumbuh dewasa, padahal sepertinya baru kemarin kedua anak itu berjalan lucu dengan tangan yang saling bertautan.

Memang jarak lahir antara Mark dan Safira hanyalah satu tahun, sementara jarak antara Mark dan Taeyong adalah 4 tahun. Ketika Mark lahir Taeyong sudah cukup dewasa dan mengerti untuk menjaga adiknya. Tapi setelah Mark berumur satu tahun Safira lahir dengan normal. Hal itu yang membuat keduanya tumbuh bersama seperti sepasang anak kembar.

Sebagai anak terakhir Safira cenderung dimanja oleh kedua kakaknya. Apalagi dengan Taeyong, kakak laki lakinya itu sangat sangat menyayangi Safira dan apapun yang diminta Safira Taeyong akan membelikannya walaupun ia harus mengorbankan uang sakunya. Tapi selama Safira senang ia tidak masalah.

Lain lagi dengan Mark, cowok itu terlihat cuek dan sering acuh dengan sikap Safira yang hobi mengganggunya. Daripada ia harus  meladeni keanehan adiknya maka ia lebih memilih untuk diam dan tidak memperdulikan tingkah aneh adiknya. Tapi walaupun begitu ia tetap menyayangi Safira, seaneh apapun dan sekonyol apapun kelakuan Safira tetap saja itu adalah adik kandungnya sendiri.

Setelah tiga orang itu selesai makan sudah menjadi kebiasaan Safira untuk membantu mencuci piring. Omong omong tak jarang keluarga kecil itu makan malam dengan tiga orang saja, jika menunggu sang kepala keluarga pulang maka tentu akan terlalu malam. Maklum saja kepala HRD di perusahaan Kontruksi tentu membutuhkan banyak waktu untuk bekerja di kantor. Tidak jarang Angga sebagai kepala keluarga harua meninggalkan keluarganya untuk kepentingan dinas luar kota.

Setelah selesai mencuci piring Safira berjalan menuju kamarnya dan mengerjakan tugas Bahasa Inggris yang diberikan oleh Mrs. Amel disekolah.

Ini baru minggu minggu awal ia sekolah tapi tak dapat terelakkan. Mungkin seterusnya juga akan sama, sekolah, pelajaran dan tugas tugas yang menumpuk.

Alunan lagu Beautiful dari Bazzi yang berkolaborasi dengan Camila Cabello membuat mood Safira menjadi semangat. Ia menyukai jenis musik yang kalem dan selo, beatnya tidak terlalu cepat dan lebih cenderung berdetak santai.

Sesekali mulutnya menirukan lagu yang sedang didengarkan tanpa mengacaukan konsentrasinya dalam mengerjakan soal soal bahasa Inggris. Cukup lama ia berkutat dengan buku buku dan kamus akhirnya soal yang berjumlah 20 soal itu selesai ia kerjakan. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 21:00 dan ia belum melakukan sholat isya.

Safira berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu baru setelahnya ia melaksanakan sholat isya dengan khusyu.

***

Huhu:)
Gw sedang ga ada ide
Entah ini part apaan:)

Mohon.maaf.guys

Jgn lupa vote
Comment

Dibawah sini

👇👇

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang