3

85 10 0
                                    

Kini Jessi telah sampai didepan pintu besar mansion, gadis itu terdiam saat melihat pintu besar itu dibuka oleh pelayan dari arah dalam. Beberapa pelayan berbaris rapi sambil membungkuk kepada Jessi dan Charles.
“inikah rasanya menjadi seorang putri? Oh ayolah Jessi, bangun! Kau tentu tidak akan menjadi seorang putri, kau akan menjadi seperti mereka!” batin Jessi.
Seorang pelayan pria mengambil alih koper Jessi dari tangan Charles, saat itu juga Jessi baru sadar bahwa koper yang dibawa Charles adalah koper miliknya.
“oh ya ampun! Maafkan aku tuan Charles, aku melupakan koperku sendiri” ucap Jessi seraya mengambil koper miliknya dari tangan pelayan tersebut.
Charles mengabaikan perkataan Jessi dan menyuruh beberapa pelayan untuk mengantarkan Jessi menuju kamarnya.
“dimana kamar gadis itu, tuan?” tanya Lisa, kepala pelayan di mansion Charles.
“tepat disebelah kamarku” jawab Charles dingin dan langsung beranjak menuju ke lantai dua, tepatnya ke kamar miliknya.
Semua pelayan merasa terkejut lantaran tuannya itu tidak pernah membawa seorang gadis ke mansion miliknya. Biasanya hanya membawa wanita dewasa dari klub malam, itupun hanya semalam. Keesokan harinya wanita-wanita dewasa itu langsung diusir oleh tuannya dengan kejam. Apakah selera tuannya berubah kali ini? Pikir mereka.
Lisa menuntun Jessi menuju ke kamarnya, saat sampai didepan pintu kamar Jessi terkejut bukan main. Kamarnya benar-benar luas dan mirip dengan kamar seorang putri kerajaan. Jessi reflek menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Kamar Jessi didominasi warna putih, didalamnya dilengkapi TV, perapian, sofa, serta tempat tidur yang luas.

“perkenalkan nama saya Lisa, kepala pelayan di mansion ini. Jika anda butuh sesuatu, anda bisa memanggil saya” ucap Lisa sembali meletakkan koper milik Jessi di samping pintu.
“oh, halo Mrs. Lisa, perkenalkan nama saya Jessica. Anda bisa memanggil saya dengan Jessi saja” ucap Lisa.
“oh tidak nona, cukup panggil saya Lisa. Anda nona di mansion ini”
“tidak, aku akan bekerja di mansion ini. Jadi panggil saja aku Jessi ya” ucap Jessi seraya tersenyum manis.
Lisa bingung dengan perkataan Jessi, jika gadis itu akan bekerja di mansion, kenapa tuannya memberikan kamar spesial untuk gadis itu?. Lisa mengundurkan diri seraya membungkuk, lalu beranjak dari kamar Jessi. Tujuan Lisa kini adalah kamar tuannya, Charles. Ia ingin menanyakan tentang status Jessi di mansion ini agar ia tidak kebingungan.
Kini Lisa sampai di depan pintu kamar Charles, Lisa mengetuk pintu itu untuk memanggil tuannya. Tak lama Charles pun membuka pintu kamarnya dan menanyakan alasan Lisa ingin menemuinya.
“tuan, saya bingung dengan nona Jessi. Ia bilang bahwa ia akan bekerja di mansion ini, jika benar seperti itu kenapa anda memberikan kamar spesial untuknya?”
“apa pedulimu?! Kenapa kau bertanya tentang hal itu, huh?!” ucap Charles meninggi, membuat Lisa menundukkan kepalanya karena takut.
“itu membuat saya bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa, tuan. Maaf jika pertanyaan saya membuat anda marah”
Charles tidak menjawab pertanyaan Lisa dan langsung menutup pintu kamarnya, membuat Lisa terlonjak kaget karena hampir terbentur pintu tersebut.

',',',',',',',',',',',',',',',',',',
Jessi baru saja selesai mandi, gadis itu sedang membuka kopernya dan memakai salah satu bajunya. Jessi hendak meletakkan baju-bajunya di lemari, namun ia tidak melihat adanya satupun lemari di kamarnya. Ia baru menyadari bahwa kamarnya tidak memiliki lemari pakaian. Dan rasa penasaran Jessi muncul saat melihat pintu yang ada di samping kiri TV, ia pun membuka pintu itu dan betapa terkejutnya ia saat melihat ternyata itu adalah walk in closet. Gadis itu baru pertama kalinya melihat walk in closet secara langsung, biasanya ia hanya melihatnya di internet.
Walk in closet tersebut masih kosong, belum diisi sehelai pakaian pun. Dengan segera Jessi memasukkan baju-bajunya yang ada di koper tadi ke dalam walk in closet.
Jam sudah menunjukkan waktu menuju makan malam, Jessi yang baru saja selesai membereskan barang-barang miliknya segera beranjak keluar kamar. Gadis itu menuruni tangga dengan tergesa-gesa, untung saja gadis itu tidak kenapa-napa saat selesai menuruni tangga.
Dengan segera Jessi berlari menuju dapur, namun karena mansion yang terlalu besar dan Jessi yang tidak pernah keluar dari kamarnya, membuat gadis itu bingung harus ke arah mana. Ia pun bertanya pada salah satu pelayan yang dijumpainya. Pelayan tersebut menuntun Jessi menuju dapur. Dan kini, sampailah Jessi di dapur. Jessi bertanya kepada pelayan yang sedang memotong buah-buahan, tugas apa yang harus dilakukannya. Pelayan itupun dengan cepat langsung memberikan buah yang dikupasnya tadi kepada Jessi. Pelayan bernama Bella itu mengatakan bahwa tugas Jessi adalah memotong semua buah-buahan yang ada di atas meja sebelum jam makan malam dimulai. Jessi yang melihat betapa banyaknya buah-buahan itu meneguk salivanya dengan susah payah, gadis itu pandai mengupas bahkan memotong buah-buahan tapi yang menjadi masalah untuknya saat ini adalah banyaknya buah yang harus dipotongnya serta waktu yang tidak banyak untuk melakukannya.
Jessi pun lantas melakukan tugasnya dengan cepat, saking terburu-burunya tangan Jessi beberapa kali tergores pisau. Darah dari tangan Jessi sudah cukup banyak mengalir, karena itu ia pun langsung mencuci tangannya di wastafel dan membalut tangannya dengan kain di atas meja yang digunakan untuk mengelap buah-buahan tersebut.

',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',',
Charles keluar dari kamarnya hendak menuju ke kamar Jessi, saat Charles membuka pintu kamar Jessi, ia terkejut lantaran tidak menemukan gadis itu dikamarnya. Dengan cepat pria itu berjalan menuruni tangga dan memanggil Lisa, Lisa datang dan menanyakan apa yang tuannya itu inginkan.
“dimana Jessi?!”



------
------
Kemana Jessi ????!
Jangan lupa klik bintang yaa..
Terimakasih 😊😊

JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang