PERINGATAN TINDAK KEKERASAN DI AKHIR CHAPTER, JADI JIKA TIDAK SUKA ATAU TIDAK INGIN MEMBACANYA, SKIP SAJA :)
HAPPY READING GUYS :)
.
.
.
Jessi yang masih shock berusaha memanggil Lisa yang masih berdiri di depan pintu besar, dan saat Lisa mendengar suara Jessi ia pun menoleh dan tersenyum hangat kepada Jessi seakan-akan tidak terjadi apapun barusan.
"apa ada yang anda butuhkan?" tanya Lisa sesampainya di samping sofa.
"bolehkah ku tahu siapa mereka?" tanya Jessi takut-takut.
"mereka adalah orang-orang yang berani menyusup ke mansion ini, nona. Tapi anda tenang saja, mereka tidak akan melukai anda. Anda aman selama tetap di dalam jangkauan tuan Charles."
Jessi menghembuskan nafas lega, lalu berterima kasih pada Lisa. Lisa pun pamit undur diri karena ada hal lain yang harus ia kerjakan.
Entah karena apa, tiba-tiba saja Jessi teringat bahwa ia belum mengabari orang tuanya. Dengan segera gadis itu menekan nomor telpon ayahnya. Namun, hingga pada deringan terakhirpun sambungan telpon darinya tidak diangkat oleh ayahnya.
"mungkin ayah sibuk, kalau begitu telpon ibu saja"
Dan sama saja, hingga pada deringan terakhir pun ibunya juga tidak mengangkat sambungan telpon darinya. Hal ini lantas membuat Jessi khawatir, apa yang terjadi dengan orang tuanya. Jessi gelisah, ia pun berjalan mondar-mandir dan tentu saja pergerakan Jessi terlihat oleh beberapa pelayan yang berjalan melewati Jessi.
Salah seorang pelayan bernama Titian yang baru saja melewati Jessi, dengan berani bertanya apa yang dikhawatirkan majikan barunya itu. Jessi yang tersentak dengan kehadiran Titian yang tiba-tiba, langsung menggelengkan kepalanya dan tersenyum palsu. Namun dengan kepekaan tinggi, Titian yakin ada sesuatu yang Jessi khawatirkan. Dengan senyum hangat, Titian berjalan mendekati Jessi dan langsung memeluk gadis itu dengan lembut.
Perbedaan umur Titian dan Jessi tidak terlalu jauh, Titian lebih tua dua tahun dari Jessi. Titian juga merupakan pelayan termuda yang ada di mansion Charles, yang bertugas merawat taman yang berada di belakang mansion.
Entah dorongan dari mana, Jessi membalas pelukan Titian dengan erat dan menangis. Titian yang sadar jika seragamnya basah karena air mata Jessi, mengelus pundak Jessi dengan sabar. Ia yakin Jessi telah menjalani hari yang cukup melelahkan.
"tidak apa nona, jika anda membutuhkan sesuatu katakan saja pada saya."
Jessi menggelengkan kepalanya di dalam pelukan Titian, membuat Titian tersenyum. Entahlah, Titian sudah menanggap Jessi seperti adiknya sendiri. Setelah hampir lima menit Jessi menangis, kini tangisannya sudah reda. Gadis itu melepaskan pelukannya secara perlahan dan menatap manik hijau milik Titian.
"cantik."
Satu kata itu yang terucap di batin Jessi, ia kagum dengan manik hijau milik Titian yang menunjukkan kehangatan dan kesedihan sekaligus. Jessi paham, mungkin menjadi pelayan sangat menyusahkan bagi Titian. Gadis itu merasa Titian tidak seharusnya bekerja berat menjadi pelayan.
"bolehkah aku tahu siapa namamu?" tanya Jessi dengan senyum lembutnya.
"tentu, perkenalkan nama saya Titian." jawab Titian formal sambil membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat.
"Titian, kumohon jangan terlalu formal denganku. Dan... aku ingin berteman denganmu, bolehkah?"
Pertanyaan Jessi membuat Titian terkejut, baru kali ini ada yang ingin menjadi temannya. Selama ini, Titian hampir tidak pernah memiliki teman karena kesibukannya sebagai pelayan dan banyak pelayan lain yang memusuhi Titian entah karena apa. Beruntung Titian adalah pelayan taman, jadi ia bisa mengobrol dengan tanaman di taman belakang yang sudah ia anggap sebagai temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jessica
Teen FictionMy First Story ⤵ ✨Jessica✨ Sinopsis : "bagaimana rasanya jika kau mengetahui bahwa selama ini kebahagiaan yang kau miliki merupakan hasil dari sebuah hutang? Hutang yang tak kunjung terbayar dan berakhir dengan kaulah yang menjadi 'pelunas' hutang...