Jika jiwa ini mengharapkan engkau
akankah takdir memihak pada sebuah akhir yang bahagia? Ataukah pada rasa yang meninggalkan bekas luka@aisyadzahra
***
Nasya POVKeheningan selepas kepergiannya menjadi sumber bagi jiwaku yang layu menjadi keindahan yang tak lagi semu, kepergiannya pula yang menjadi alasan pertama aku masih berdiam diri mematung tersenyum tak lagi menatap punggungnya yang bergerak menjauh. Aku merasa jika Allah telah memilihku, Allah telah kembali membuka kisahku hingga aku terlihat di matanya yang selalu penuh dengan kalam-kalam indah milik Allah.
Lihatlah, bahkan keheningan yang tak sengaja kami ciptakan mengundang gelak tawa buku yang terjejer rapih dalam rak-rak kusut berdebu tak terurus, aku merasa mereka tengah mentertawakan sikapku juga apa yang terjadi sebelumnya. Dan, keheningan yang kami ciptakan belum juga berakhir sampai datangnya Shaila yang membuyarkan lamunanku dan senyumku. Ah, hampir saja Shaila mengetahui segalanya,
"Ngapain lo senyum-senyum sendiri. Kesambet apa?" Tanya Shaila padaku sembari berjalan mendekatiku, matanya megisyaratkan kecurigaan padaku, mengintimidasi lewat ekspresiku yang berubah canggung dan aku merasa pipiku memanas.
"Huh, engga. Apa sih Shaila," jawabku terbata saat Shaila berjalan mendekatiku semakin mendekat hingga punggungku sukses menyentuh rak buku kusam yang berdebu itu. Ah, aku sama sekali tak dapat menggambarkan ekspresi Shaila yang kini tengah merangkap menjadi detektif dadakan membuatku rasanya ingin tenggelam saja jika begini.
"Bohong lo, kalo ngga ada apa-apa tu wajah ngga akan berbuah jadi kepiting rebus begitu", Shaila mengalihkan pandangannya, tangannya dia silangkan di depan dadanya, bagiku dialah Shailaku dengan segala tingkahnya yang mampu membuat jiwaku tersenyum tulus.
Aku diam.
"Nasya, lo ngga boleh bohong sama gue titik!" ucap Nasya sekali lagi sembari menghentakan kakinya ke lantai hingga saat itu juga aku terkekeh melihatnya, dia begitu lucu dan menggemaskan seperti anak TK yang tengah merayu ibunya. Kekehanku membuat Shaila merengut juga hendak pergi meninggalkanku yang kini tengah menahan tawa, ah Shailaku.
"Eh mau kemana!" panggilku pada Shaila yang sudah melangkahkan kakinya dan hendak meninggalkan jejak, sungguh aku adalah wanita yang tidak menyukai jejak segala jejak.
"Gue mau pergi, cari temen baru!"
Mendengar jawaban Shaila aku kembali terkekeh kemudian disusul tawa yang ak lagi dapat ku bendung, pikirku benarkah Shaila akan mencari kawan baru? Mustahil bagiku yang telah mengenal siapa Shaila dan bagaimana sikapnya.
"Mmm begitu? Ya sudah, semoga dapat yang cocok yah," jawabku sembari berpura-pura mengacuhkannya dengan mendekati rak-rak buku lalu meminang salah satu di antaranya.
Ku rasakan Shaila meliriku tajam, tak lama aku mendengar pula langkah kaki seseorang mendekatiku dengan hentakan yang tidak biasa.
"Nasya ih apa-apaan sih lo!, lagian lo juga sih kaya gitu. Gue kan ngga mau berteman sama orang yang kesambet gitu"
Aku terkekeh melihatnya,
"Katanya mau cari teman lagi? ngga jadi bu?"
"Ngga" jawab Shaila singkat lalu langsung duduk bersila di depan buku-buku kusam, aku yang melihatnya terseyum lalu ku dudukan tubuhku tepat di sebelahnya bersama menatap kosong apa yang menjadi titik fokus mata kami saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven In Youre Eyes
SpiritualSedang dalam proses revisi dan perubahan cerita. Mohon maaf apabila menemukan BAB yang sudah dihapus. Akan di update mulai tanggal 5 Mei 2021