BAB 9 (KHADIMAH)

481 28 0
                                    

Zain, kau tau?
Apa yang lebih menyedihkan setelah jatuh pada dirimu.
Adalah tentang DIA
Saat aku menyadari jika DIA tak lagi perhatian padaku karena aku terlalu mencintaimu.
Itulah aku, terlalu bodoh dengan mencintaimu
-Nasya Malika-

Diam saja
Karena cinta tak selalu harus diungkap dengan rangkaian kata
Hanya bukti yang nyata untuk komitmen yang mengekal karenanya
-Zain M. Al Khaulani-

Sama saja
Tak pernah berubah
Aku selalu tertutup kabut sampai tak pernah terlihat di mata gadisku
-Rizky-
@aisyadzahra

****
Rizky POV

"Kamu pernah jatuh cinta?" tanya gadis ini padaku,

Aku tersenyum pias menatapnya yang tengah melihat lapar bintang dengan keindahan tak ada habisnya. Aku hanya meratapi nasib ku yang seperti ini, gadisku bertanya apakah aku pernah jatuh cinta.

Polos, atau benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Artinya, selama aku di sampingnya, menghapus air matanya dengan tawaku, menghentikan isaknya dengan lelucon tak pernah berarti lebih dari gadisku ini.

Gadisku, kata diriku seperti itu. Gadis yang ku temui dalam keadaan terluka ini telah menjadi bagian dari jiwaku, separuh jiwaku adalah tentangnya meskipun separuh jiwa dari gadisku entah ada pada siapa.
Gadis di hadapabku ini yang menjadi sebab tawaku selama ini.

Flashback.

"Hiks hiks," gadis kecil 5 tahun meringkuk sembari menahan perihnya lukisan bercat darah karya aspal tak tahu diri.

"Mamah, sakit lutut Nasya hiks..." gadis kecil dengan celana training yang sudah robek itu tak bergeming berusaha berdiri dan melangkah menuju istana ia berasal, hanya diam dan diam sembari menangis menikmati perih yang tak dinanti sama sekali.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya pemuda berumur 6 tahun setelah lewat dan tak sengaja melihat gadis kecil berpipi chubby sedikit merona dan berhias air mata yang tak kunjung mereda, bibirnya juga tak berhenti bergerak guna terisak menggambarkan batinnya, melihat itu hatinya merasa iba dan berujung pda akhir di sini di hadapan gadis kecil yang tak menjawab sepatah kata saja.

"Hiks.." tangisnya sebagai jawaban.

"Sini, aku obati dulu lulut kamu" ujar pemuda 6 tahun yang menggendong ransel berisi perlengkapan pribadi hasil bunda yang terlalu overprotektif pada putranya.

Pemuda 6 tahun berlutut di hadapan gadis kecil yang masih menangis, perlahan ia turunkan ranselnya dan mengeluarkan air putih juga tissue.

Sebelum melanjutkan mengobati gadis kecil di hadapannya, pemuda 6 tahun itu melirik matahari yang bersinar tak tahu malu, sangat terang dan hawa panas. Ia keluarkan payung kecil lalu di bentangkan, ia letakan pengangan payung itu di antara lehernya untuk melindungi gadis kecil ini dari panasnya matahari.

"Tahan ya, ini tidak akan sakit. Kata Umi-ku jika ada luka berdarah seperti ini harus di bersihkan," ucapnya memberi pengertian.

Gadis kecil mengangguk pasrah, sesekali isaknya beradu dengan rintihan.

"Selesaii!" Girang pemuda 7 tahun penuh semangat,  Gadis kecil itu hanya tersenyum.

"Kamu bisa berjalan tidak?" tanyanya,

Gadis kecil dengan pipi memerah itu hanya menggeleng. Kemudian tak lama pemuda 6 tahun itu berjongkok membelakangi.

Heaven In Youre EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang