Paham dan telah paham. Tentang kisah yang merangkak di atas nama cinta penuh dusta. Awal yang manis dengan sandiwara bak panggung drama. Aku dijadikan tokoh utama, seolah jiwa ini hanya raga yang tak bernyawa.
Kisah ini bermula di antara senja, dengan isyarat tatap mata dan senyum yang menggelora. Dan, kisah ini terhenti kembali di antara senja, dengan duka atas nama dusta.
Aku merasa pilu, terkejut, dan merasa tak tahu malu. Aku pilu, kisah yang ku rajut atas nama Tuhan telah berkahir pada persimpangan antara lisan penuh dusta hanya karena Tuanku tak mau bertahan lebih lama. Aku berpikir dia jenuh, bosan dengan alur yang terlalu lama. Padahal aku tengah merajutnya begitu indah.Aku malu, mengapa segala tentangnya terlihat menarik padahal setelah ku daki langkah demi langkah, tak ku temukan bahagia. Ku cari keindahan, ku dapati namun semu, abu, mataku tak mampu melihat lebih dalam lagi.
Waktu berlalu, seiring meningginya bukti kerinduan atas nama Tuhan yang ku jaga agar se suci cinta milik Zulaikha. Ku tanami bukit rindu dengan syair doa, ku sirami bukit rindu dengan tangisan sepertiga malam.
Kembali berlau, jiwaku hidup dalam bayang harapan yang katanya adalah pasti. Waktu berlalu, ku dapati kawah luka untuk diriku. Mau tidak mau, aku mati terperosok lebih dalam setelah ku temukan catatan dari akhir kisah.
Tuanku yang ku namai sebagai bagian dari jiwa rupanya telah menjadi sosok lain. Aku terkejut, saat Tuanku ternyata bertopeng kegelapan, sampai rasanya mata ini sulit untuk mengenali wajahnya yang secerah kilatan emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven In Youre Eyes
SpiritualSedang dalam proses revisi dan perubahan cerita. Mohon maaf apabila menemukan BAB yang sudah dihapus. Akan di update mulai tanggal 5 Mei 2021