BAB 8 (KONSER RINDU)

547 38 0
                                    

Bolehkah saya membuka hatimu
Saya ingin tahu seberapa sering namaku tersebut dalam batinmu
Karena ini bukan hanya tentang saya dan engkau
-Zain Mas'ud Al Khaulani-

Katanya masa bodoh perihal yang di rasa,
tapi itu murni penipuan.
Aku saja sedang tak baik-baik saja karenanya.
Jauhi cinta, atau kau gila sementara.
-Nasya-

Santai saja,
Aku baik-baik saja.
-Rizky-

@aisyadzahra

****
Matahari telah pergi, tertinggal jauh oleh kekasih hati bernama pagi. Malam hadir, berusaha tak berlalu secepat yang biasanya, berusaha menemani sang Gadis yang menggeraka jarinya di atas keyboard komputer untuk merangkai kahidupan fiksi sebagai penghangat jiwanya yang kadang terlalu dingin.

Beberapa kali, sendu menghampiri jiwanya mencoba merobek lembaran kebahagiaan yang sedang ia rangkau sajaknya. Tapi tetap saja, jiwanya tetap bertahan meski ditampar kenyataan-kenyataan tak seimbang.

Di atas kursi sang Gadis duduk melamun menatap layar komputer yang tergambar hitam di atas putih.
Hufhh, Nasya menghela napas gusar, tak melanjutkan tulisannya sang Gadis melamun, menopangkan dagunya pada kedua tangannya.

Nasya Pov

Nasya POV
Malam ini akan ku coba tulis sebuah kisah fiksi atas diriku untuk mengisi malamku yang itu-itu saja, tanganku masih menari lincah tanpa henti mengikuti alunan melodi dari syaraf otaku. Aku bekerja tanpa henti, sedikit mengalihkan pikiranku dari ustad yang membuatku gelisah sedemikan ini. Ah, rasanya lebih baik aku tak menyadari rasa semacam ini sedari awal.

Aku tak cukup pandai dalam menyembunyikan rasa semacam ini, pasti akan lahir syair-syair receh dari diriku sebagai pelepas sesak dari dadaku. Karena ustad Zain itu, aku melupakan sejenak problem yang menghantui hidupku dengan Umi dan Abi.
Rasanya lebih menyesakan dibandingkan mencintai dalam diam seperti ini, jadi mungkin lebih baik aku melupakannya sejenak dan berlalu pada cabang yang sama yaitu Zain.

Oiya, mengingat perkataan Umi tentang Rizky aku menjadi merasa bersalah, aku merasa mengkhianatinya dengan jatuh hati pada pemuda lain yang baru saja masuk dalam hidupku, aku merasa ak bukan teman yang baik untuknya, aku begitu takut jika Rizky mengetahui apa isi hatiku sebenarnya dan aku tak sanggup untuk membayangkan bagaimana hancur hatinya mengetahui jika aku jatuh hati pada pemuda lain. Allah, rasanya aku ingin kembali saja pada awal dimana aku dan Zain tidak dipertemukan.

Jika kalian bertanya padaku apakah ustad idola itu mencintaiku? Maka jawabannya adalah tidak, karena hanya aku yang jatuh disini, aku terlalu hanyut dalam rasa yang pada akhirnya seperti syair lagu dari penyanyi Once, cintaku bertepuk sebelah tangan.
Mm, memang itu adanya. Itulah yang membuatku merasa derita dalam diriku tak henti-hentinya berkurang, semakin meninggi setinggi harapanku pada illahi agar dialah penghuni hati yang dinanti. Ah, tapi aku mengerti aku juga harus paham jika aku tak boleh terlalu mencintai lelaki itu melebihi cintaku pada sang illahi.

Allah, jaga hatiku. Aku tak akan sanggup apabila harus berjalan sendiri dengan cinta sendiri. Aku tak akan sanggup jika harus berlari mengejar mimpi seorang diri, aku tak akan kuasa menahan panasnya kobaran api didadaku karena cemburu, aku tak sanggup. Allah, aku dengannya bertemu karena takdirmu, cintaku padanya atas dirimu, maka semga saja semesta ikut bersyair padamu agar aku dengannya bersatu dalam kasihmu.

Huh,
Ku katakan dengan indah, katanya. Ku coba saja siapa tau benar-benar berhasil.

Melamun, berkawan secangkir coklat hangat, alunan nasyid pelepas sesak, dan keyboard sebagai pelampiasan. Tak jauh dari apa yang beberapa bulan ini terjadi pada jiwaku.

Heaven In Youre EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang