Setelah ini aku berjanji pada diriku
Agar tak menilai seseorang hanya melihat tanpa mau menengok ke dalam hatinya
-Nasya Malika-***
''Huh,'' keluh Nasya sembar melipat kembali mukenahnya.
''Kenapa lo,''
''Ngga, kaget aja. Ternyata banyak orang yang punya problem lebih dari aku ya Shai,''
''Iya lah, lo aja yang kurang bergaul, makanya banyakin bersyukur. Gini-gini gue juga tau lah dan coba aja lo dari masuk sini mau tanya-tanya ke gue. Pasti Zain udah bilang gini, Qobiltu nikaha....'' Shaila tertawa mengejek, memang sengaja Shaila tidak mengatakan sedarii awal jika Shaila kenal baik siapa Zain.
''Ish, kamu apa-apaan sih.'' Jawab Nasya malu, pipinya sudah bersemu merah. Memang bagian mana jika tentang Zain yang tidak menarik untuk diketahui.
''Kan, baper lo,''
''Eh Shaila, tapi kamu harus inget satu hal. Kalo yang ada disini,'' tunjuk Nasya kedadanya lebih tepatnya hatinya.
''Kalo yang ada di sini bukan hanya Zain, dan Zain belum tentu ada di sini. Kamu ngga boleh salah paham. Karena ya kamu tau sendiri, rasanya untuk berharap pada sosok semacam dia nggak pantes buat aku. Ngerti! Awas aja kalo aneh-aneh mikirnya,''
''Iyaiya, kan lo pantesnya ama mang Ujang ya,'' kekeh Shaila. Mang Ujang adalah penjual siomay dekat kampus yang sering meledek Nasya saat membeli siomay.
''Gila!'' jawab Nasya.
''Hihihi, oiya lo mau kemana nanti,''
''Aku mau ketemu Rizky dulu. Dia mau ngomong sesuatu katanya,''
''Widih, jangan-jangan mau dilamar lo,''
''Ngaco, kita kan sahabatan. Lagian sahabat kan ngga boleh cinta-cintaan gitu,''
''Ck, itu Cuma ada di hidup lo. Jaman sekarang ngga ada sahabat yang murni sahabat.''
''Lah aku buktinya,''
Nasya menjawab percaya diri, ibarat sang gadis telah dibodohi oleh keadaan yang memerankan perannya begitu baik sampai-sampai sang gadis tak menyadari kehadiran rasa lebih dari sekedar berteman
''Iya lo, tapi nggak dengan Rizky. Kita tunggu aja, kalo lo dilamar berarti lo harus traktir gue ayam geprek selama satu minggu, dan gue gak terima penolakan. Oke?''
''Ck, aku ngga denger kamu ngomong apa,''
''Jangan pura-pura budek deh, nyata mampus lo,''
''Udah ah, aku duluan ya. Kamu pulangnya hati-hati...''
''Iya Sya... kamu juga sepedaannya yang bener. Jangan suka nglamun,''
''Iyaiya, dah aku duluan. Assalamualaikum,''
''Waalaikummusalam,,''
Nasya berjalan, melewati berbagai macam keadaan sekitar. Kesiur angin melambaikan dedaunan, sesekali bunyi cericit burung terdengar dari balik dedaunan rimbun pohon di sepanjang jalan. Nasya tak sabar untuk kembali bercengkrama dengan sahabat kecilnya itu. Nasya akan menceritakan seluruh kisahnya selama di rumah tahfidz, ia semakin mempercepat langkahnya hingga sedikit berlari agar segera sampai di rumah makan.
Sengaja Nasya tidak memakai sepeda, mereka tidak hanya ber dua. Karena Rizky di temani satu teman laki-lakinya dan satu teman perempuannya.
''Assalamualaikum,'' ucap Nasya saat sampai di bangku tempat mereka duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven In Youre Eyes
SpiritualSedang dalam proses revisi dan perubahan cerita. Mohon maaf apabila menemukan BAB yang sudah dihapus. Akan di update mulai tanggal 5 Mei 2021