BAB 13 (Sepenggal Kisah Zain Mas'ud)

585 24 0
                                    

Tuanku, Zain Mas'ud
Andai perasaan bisa memilih, maka aku akan lebih memilih tak memiliki. Sehingga tidak timbul rasa semacam ini yang selalu menyumbangkan rasa perih luar biasa dalam hari-hariku.
Zain, sayangnya semua itu hanya angan dan bayang. Karena pada nyatanya, aku hanya menerima takdir darinya.
Maaf, apabila ku dapati ketidakberdayannku menghapus dan membunuh rasa ini dalam lembaranku. Aku terlalu takut jika jiwaku ikut terbunuh dan hidup dalam hati yang mati.
-Nasya M. Jannah-

***

"Aaaa!!" Nasya berteriak bebas dalam hati. Memang pristiwa apa lagi yang sedang menimpanya pagi ini. Padahal hari sebelumnya Nasya merasa senang dan baik-baik saja dengan berpura-pura tidak tau siapa itu Zain Mas'ud Al Khaulani yang ternyata juga menjadi idola santri dan khadimah disini kecuali Ning Khadijah yang katanya sedang mengincar dosen dingin bak kutub utara.

Terakhir kali Nasya melihat wajah pemuda itu saat mengantar makan malam bersama khadimah lain, dan pagi ini sang Gadis merasa sial karena malah melihat wajahnya yang tersenyum. Senyumnya yang menarik perhatian para wanita dimanapun dan tadi Nasya melihat ia tersenyum entah pada siapa, yang pasti bukan untuk sang Gadis, pikir Nasya memang sejak kapan si Ustad itu berani tersenyum padanya, bahkan jika diingat terkahir kali mereka berbicara adalah beberapa bulan yang lalu, hebat kali bukan.

Pagi ini setelah matahari mengambil sisa-sisa mimpi kedua insan tadi malam sampai selesai bersiap ke kampus , Nasya sudah yakin jika harinya akan menyenangkan tapi rupanya berbalik fakta.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit Nasya masih tidak sadar jika Zain tengah mengayuh sepeda hanya berjarak lima meter.

Zain yang dengan perasaan tidak karuan antara ingin mendahului gadis itu atau tetap di belakang gadis itu semakin gelisah karena sekitar lima belas menit lagi kuliah akan dimulai.
Meski tidak terlalu yakin, perlahan Zain mempercepat kayuhan sepedanya berusaha mendahului gadis di hadapannya itu, aneh batin Zain. Ada gadis yang bersepeda sembari melamun seolah tak mengingat jika ada waktu yang akan terbuang sia hanya karena melamunkan sesuatu yang taka da jalan keluarnya.


Zain mempercepat lajunya, canggung dan malu sebenarnya harus mendahului Nasya, karena ketika gadis itu menyadarinya pasti akan lahir keanehan bagi keduanya, tapi mau bagaimana lagi? Masa iya dirinya harus menunggu si gadis melaju cepat hanya jika disadarkan. Maka lahirlah inisiatif Zain setelah jarak sepedanya dengan sang gadis tinggal beberata meter saja.

''Islam tidak mengajarkan menyia-nyiakan waktu apalagi bersantai,'' ucap Zain sedikit berteriak dan langsung mempercepat kayuhannya dua kali lebih cepat. Sedetik Zain melirik respon Nasya yang terkejut dan bibirnya berguman Istigfar lalu tangan kirinya langsung menuju mengusap dadanya khas manusia yang terkejut.

Mendengar teguran Zain, Nasy jadi teringat bahwa bersantai dan malas adalah dua hal yang sama yang merupakan bentuk ketidakpedulian seseorang terhadap kewajiban yang diembannya. Terlebih dalam konteks wanita Muslimah seperti dirnya, wanita yang tidak memperdulikan atau melupakan kewajiabnnya sebagai seorang perempuan dan sebagai hamba Allah dengan hanya sibuk bersolek, yidur, bersantai-santai, membuang waktu hingga lupa ibadah seperti shalat, dll merupakan wanita yang sangar rugi.karena wanita itu pasti tidak tau bagaimana hakikat hidup dan pentingnya hidup.

Bahkan bisa jadi yang mereka pikirkan hanyalah senang-senang tanpa adanya perjuang. Islam juga tidak mengajarkan umatnya untuk bermalas-malasan. Karena islam telah mengajarkan tata cara hidup yang islami agar diberkahi oleh Allah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan berbuah manis menuju surga yaitu dengan berpusat pada Al-Quran yang sudah jelas kebenarannya yang nantinya akan ada hal yang bisa diraih yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang selajutnya yaitu dengan melawan rasa malas, sesuai dengan sabda Rosulullah SAW.

Heaven In Youre EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang