BAB 16

401 19 0
                                    

Mengapa harus aku yang mengerti tentangmu
-Nasya Malika-

Keadaan asing membuatmu melupakan kehadiranku
-Rizky-

Ya Nasya, jangan menyalahkan saya dengan yang terjadi. Karena kamu sendiri yang menarik dirimu agar masuk dalam kehidupan saya
Aku, Zain Mas'ud menyatakan kali ini kamu tidak akan bisa lepas dari saya
Saya punya Allah
-Zain Mas'ud-

***


Pagi harinya, Nasya berjalan tergesa-gesa ke masjid. Berjalan menunduk cepat, sang gadis terlambat ke masjid karena sesuatu yang memang tak bisa ditinggalkan. Tanpa sadar sosok pemuda mengamati pergerakannnya tanpa absen. Ia menggeleng tak percaya jika gadis itu suka sekali terburu-buru dan selalu seperti itu.

''Assalamualaikum Ustad,'' sapa Nasya pada Zain yang berdiri di halaman masjid tempat ia lewat. Bergegas melepas kedua alas kakinya dan langsung menggelar sadjadah. Hari ini adalah hari terakhir setelah satu minggu kegiatan harlah dan akan tiba masanya Nasya dan para santri kembali ke rumah. Ya hari ini, pukul satu siang nanti sang gadis akan menunggu dua malaikatnya yang akan membawanya ke istana mereka. Istana penuh cerita suka, duka, derita dan banyak lagi. Ia sudah tak sabar rasanya.

Zain yang biasa disapa oleh puluhan santri kini menyentuh dadanya, salam dari gadis itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Namun segera ia berusaha menormalkan detaknya sebisa mungkin, teringat pesan singkat yang ditulis Nisa membuat dadanya yang berdebar menjadi sesak,s eolah belenggu derita tengah menanamkan akarnya sedikit pada dadanya.

Nasya menunggu di depan gerbang di temani Khadijah sembari menjinjing koper kecil.

''Kamu hati-hati,'' ucap Khadijah.

''Iya Ning insyaallah,''

''Maaf ya kalo didenger ngga enak, aku dapet kabar dari Abi. Gimana soal Rizky Sya?''

Nasya diam,

''Mm itu masih saya pikirkan Ning, saya takut.''

''Apa yang membuatu takut, katakana padaku. Kalo aku mampu meredamnya maka aku akan meredam takutmu itu. Kalau aku tidak mampu setidaknya aku bisa mengurangi beban ketakutan dalam dirimu. Kita cari solusi ketakutan itu bersama,'' bujuk Khadijah menggenggam tangan Nasya di bawah sinar matahari yang panasnya begitu mempesona.

''Apa boleh seorang mulsimah seperti kita mengidamkan calon suami dengan kriteria tertentu, Ning. Apakah kita boleh mendambakan seseorang untuk menjadi suami kita?''

''Tidak boleh!''

''Iya kah Ning?''

''Emm, menurutku boleh saja Sya. Boleh saja kita mendambakan seseorang untuk menjadi suami kita karena itu manusiawi.''

''Ning, saya mengharapkan lelaki lain yang melamar saya. Dan itu bukan Rizky,''

Khadijah tertenggun, ternyata gadis di hadapannya ini tidak mengharapkan teman kecilnya itu. Ia merasa ikut larut dalam kekecewaan apabila temannya itu tau jika lamarannya tidak berhasil.

''Bagaimana Ning, saya takut sekaligus bingung.''

''Aduh gimana ya Sya, aku kira kamu juga mau nerima Rizky. Semua itu keputusan kamu, coba nanti kamu bicarakan sama orang tua. Nah, itu mereka''

Khadijah mengarahkan telunjuknya pada wanita tua bersama suaminya yang berjalan kea rah mereka berdua sembari melambaikan tangan.

''Dah aku duluan ya Sya, mama kamu dah dateng tuh. Bye, assalamualaikum.''

Heaven In Youre EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang