Kyungsoo berdiri di suatu hamparan bersalju yang sangat luas hingga dia merasa itu tak berujung. Sendirian. Itu aneh karena matahari menyorot dengan cerah tapi cuaca masih terasa sangat dingin. Dan juga, tenggorokannya terasa kering.
Kyungsoo berjalan menyusuri hamparan tak berujung itu berharap bisa menemukan apapun yang bisa dia minum, tapi berkilo-kilo meter dia berjalan, Kyungsoo tidak menemukan apa-apa, kecuali sebongkah batu besar yang kini menghalangi jalannya. Dilihat darimanapun, dia tidak akan bisa melewati batu itu. Karena itu Kyungsoo memilih untuk berbalik arah, hanya saja, kini salju yang dia pijak mulai berguncang kuat. Saat dia mendongak, dia melihat batu besar yang ada di hadapannya itu kini berguling nyaris menimpa tubuhnya. Kyungsoo panik, dia berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tidak bisa. Baru saat dia mulai pasrah, seekor burung bangau terbang diatasnya. Tanpa pikir panjang Kyungsoo meraih leher burung itu sekuat tenaga berharap dia bisa menyelamatkannya dengan membawanya terbang atau sesuatu.
Tapi mungkin tubuhnya terlalu berat hingga bukannya terbang, dia dan burung itu malah terjerembab diatas salju. Kyungsoo tahu dia tidak akan selamat saat batu itu kini hanya berjarak beberapa centimeter didepannya. Dia akan mati.
Kyungsoo menutup matanya erat, seiring dengan mengeratnya genggaman tangannya pada burung bangau itu sebelum kemudian kegelapan menyelimuti penglihatannya. Batu itu kini telah menimpa tubuhnya, pikir Kyungsoo. Tapi anehnya, dia tidak merasakan sakit sedikitpun, malah tubuhnya jadi terasa hangat, seolah seseorang tengah memeluknya erat.
Saat dia membuka mata, Kyungsoo melihat ada seorang pangeran tampan yang kini melindunginya dari batu besar itu, sedang tersenyum dengan oh-sangat-manis padanya. Burung bangau tadi kini terjepit diantara tubuh mereka, Kyungsoo masih menggenggam lehernya cukup kuat, dia tidak tahu kenapa dia tidak bisa melepasnya. Pada ahirnya Kyungsoo balas tersenyum pada pangeran itu, ingin mengucapkan terimakasih.
Tapi perasaan Kyungsoo saja atau wajah pangeran itu terlihat sangat familiar? wajahnya terlihat seperti wajah yang selalu Kyungsoo lihat hampir setiap hari selama 10 tahun terakhir. Semakin lama wajahnya terlihat semakin jelas.
Secara perlahan bongkahan batu itu menghilang digantikan oleh sinar matahari yang menyorot langsung dari celah jendela.
Hamparan salju yang tadi jadi alas tidurnya kini berubah jadi bantalan sofa yang seidikit keras dan berbau alkohol. Leher burung bangau tadi berubah licin dan mengeras juga.
Kyungsoo mengerutkan keningnya saat dia mendengar sebuah suara yang mirip dengan erangan. Dia bersumpah itu bukan suaranya. Jadi siapa?
"Hngggh Bae.." lirih suara itu.
Tanpa dia sadari tangannya kini bergerak naik turun dileher burung bangau yang licin itu, atau kini bukan lagi, daripada seekor burung bangau, apa yang ada digenggamannya jadi lebih terasa seperti... penis.
Mata Kyungsoo terbuka secara perlahan, dia mengerjap beberapa kali berusaha menyesuaikan bias cahaya pada penglihatannya (dan sial, kepalanya terasa sakit sekali), hal pertama yang dia lihat adalah -bagaimanapun, wajah seseorang yang cukup dia kenal. Seseorang yang baru saja muncul dimimpinya, kini ada dihadapannya, sedang tertidur lelap dengan kedua bibir yang terbuka, mengeluarkan rintihan suara mirip desahan. 'Apa yang Jongin lakukan disini?'
Otaknya masih belum bisa memproses dengan sempurna saat Kyungsoo menyadari tangannya tengah menggenggam sesuatu. Baru saat ia menurunkan pandangannya, dia bisa melihat kalau dia tengah menggenggam penis Jongin.
'Oh. penis Jong- APA?!'
Kyungsoo tercekat. Untuk sesaat, dia memberanikan diri menatap tangannya dibawah sana hanya untuk memastikan lalu ke wajah Jongin secara bergantian, sampai semuanya terasa sangat jelas, saat itulah kesadaran Kyungsoo kembali seutuhnya. Dia bangkit dengan kecepatan kilat seraya melepaskan genggaman tangannya, lalu mendorong tubuh Jongin hingga terjatuh dari sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run to you (KAISOO)
ספרות חובביםawalnya Kyungsoo hanya minta 'di ajarkan' oleh sahabatnya, Jongin. tidak ada satupun diantara mereka berdua yang tahu kalau akhirnya akan seperti itu.