Lyra menatap langit-langit kamarnya yang berwarna Abu-abu gelap. Jam sudah menunjukan angka 22.45 dan Lyra belum tertidur.
Setelah tadi abangnya menyampaikan unek-uneknya pada Lyra karena ia pulang telat dan ketahuan sama cowok, Seperti biasa- Evan dan sifat overprotectivenya memberikan -kalau kata saudari kembarnyatuh Ceramah panjang lebar- Evan langsung tepar setelah menemani Lyra makan.
Ia menganbil nafas dalam lalu menoleh menatap potret dirinya dan saudari kembarnya itu. Ia begitu merindukan saudarinya.
Meski usia mereka terpaut 15 menit dan mereka agak berbeda tidak seperti saudara kembar lainnya, tapi Lyra benar-benar merindukannya. Ia memeluk potret itu sambil bergumam,
"Siapa cowok yang kamu maksud dulu mi? Kamu bahagia banget pas pacaran sampe dua tahun sama dia meskipun kamu masih SMP dulu, maaf.. aku ga sekolah disini waktu itu dan lebih milih sama Grandma di eropa utara sana,"
Lyra terus menceritakan semua hal yang terjadi padanya pada potret dirinya dan saudari kembarnya seakan saudarinya itu memang berada disini.
Lalu Lyra teringat, "Kalo inget cerita kamu, aku juga di klaim jadi milik seorang cowok ketua basket loh Mi, Astaga! dia nembak aku di sekolah tadi pas pulang, namanya Ares. Dia nganggepnya pacara sih, tapi kamu tau aku kan yaa, gak semudah itu percaya ke orang, karena-"
Drrrrrt.
Lyra mengerutkan kedua halisnya dalam. "Sape nih?" Ia nertanya pada dirinya sendiri lalu mengangkat bahu -menjawab pertanyaannya sendiri.
Deringan ponsel berhenti, dan ketika Lyra akan menyimpan ponselnya di atas nakas, sebuah notif whatsapp muncul dengan nomor yang sama.
+08275000XXX
Angkat telepon aku Lyra.
its your Ares."He?"
Pop-Up panggilan kembali tertera di layar ponsel Lyra. Ia mengambil Nafas dalam lalu mengangkat telfonnya,
"Hal-" Akan Lyra duga jika Ares akan memotong ucapanannya, "jam segini belum tidur?! besok sekolah!"
"O" Nah, kan.
"Hah? tidur Lyra, jangan dibiasain tidur malem-malem, alesan apapun itu, bisa dikerjain besokan."
"Ya kamu, ngapain telfon? jadinya aku ngangkat kan?" Lyra berujar tidak mau kalah, Ares ini seperti sudah mengenal Lyra lumayan lama saja, padahal kan memang benar. Hanya saja Diam-diam dan tidak mau di ketahui oleh Lyra. hmm,🌝
"Ngecek akutuh Lyy, ternyata bener kan belum tidur. Lagi ngapain sih? Lagi ngobrol kaya biasa sama-"
Suara Ares terhenti membuat Lyra mengerutkan halisnya bingung. Darimana Ares tau dia sedang mengobrol seperti biasa?
"Sama? Sama apa maksudnya?" kejar Lyra meminta penjelasan. Ia mengambil nafas dalam,
"Hhh, Kamu tuh ya! nguntit aku diem-diem kan? Fyi ya Ares Antariksa." ucap Lyra menekan nama pacarnya itu.
"Aku, gapernah suka sama orang yang nyari tau latar belakang aku. Kalo emang kamu nyari informasiku diem-diem, aku yakin kamu tau itu. Aku baru aja bisa nerima kamu jadi pacarku. Hanya Pacar, not else. Dan kamu gapunya hak buat nyari kehidupanku lebih jauh, Belum sampe situ."
Ares terdiam di ujung sana, meruntuki kebodohannya yang hampir ketahuan. "Ly-"
Tut.
Sambungan terputus dan Ares menggeram menahan amarahnya. Marah pada dirinya sendiri. "Bego!" runtuknya sambil mengacak-acak rambutnya kesal.
Ia menyimpan ponselnya di nakas lalu berbaring dan mencoba untuk memejamkan matanya meskipun ia masih berfikiran tentang Lyra.
®
Jam sudah menunjukan pukul 06.45 ketika Lyra sudah sampai di depan sekolahnya. Seperti biasa, Evander- abangnyalah yang mengantarkan Lyra. Meskipun ini baru dilakukan 3 hari berturut-turut Karena Evan dan sikap egoisnya dulu malah pergi ke Eropa untuk menenangkan dirinya dari kabar tentang saudari kembarnya yang meninggal.
Lyra tidak bodoh untuk mengetahui segalanya, tentang bagaimana tiga hari ini Evan memperlakukannya sama seperti Evan memperlakukan saudari kembarnya dulu. Ditambah karena ia di Eropa sana semenjak kelas 5 SD, jadi ia seharusnya tidak sedekat ini dengan Evan.
"Ngalamunin apa?"
Lyra tersentak lalu menoleh, menatap abangnya yang saat ini menatapnya lekat. "Ehm, engga bang" Jelas Lyra terbata. Ia menatap keluar mobil lalu kembali menatap Evan.
"Lya masuk ya. Bye bang, have a nice day!" Ucap Lyra tersenyum cerah lalu turun dari mobil. Evan tersenyum lalu ikut turun keluar dan berdiri di samping pintu kursi penumpang menatap adiknya sedang merapikan seragamnya.
Evan mendekat lalu memeluk Lyra. "Kamu tau kalo abang sayang sama kamu kan?" tanya Evan sambil mengelus rambut bergelombang Lyra yang sekarang berwarna hitam ke abu-abuan.
Lyra mengangguk kaku. Lebih tepatnya jika Evan menjadikannya Mi untuk alasannya menyayangi kan? "Iya bang"
Evander melepaskan pelukannya lalu akan mengusap puncak kepala Lyra jika sebuah pukulan mendarat tepat di pelipisnya dan itu membuat Evan hampir limbung ke tanah jika tangan Lyra tidak keburu menariknya.
"Bangsat. Lyra pacar gue!" geram Ares menarik lengan Lyra agar menjadi di dekatnya membuat Lyra terpogoh mendekati Ares karena tarikannya.
"Ar apasi?! Dia a-"
"Bela aja!" potong Ares menatap tajam Mata Lyra tajam. Lyra tidak membalas tatapan Ares melainkan menatap murid lain yang mulai mengerubungi mereka.
Lalu Lyra seolah tersadar ia menghempaskan pegangan tangan Ares dari lengannya dan mendekati Evander, ketika ucapan Ares membuatnya berhenti melangkah dan membuatnya siap mengabsen seluruh umpatan yang pernah ia gunakan jika Marah. Dulu.
Perkataan Ares ialah..
"Berhenti atau dia bakal abis aku hajar. Aku gamain-main Ly!"
Damn.
Lyra menatap Evan yang sedari tadi sedikit menunduk menekan luka di pelipisnya.
Abangnih kenapa sih?! Biasanya juga gak diem aja.
Yang tidak diketahui oleh Lyra dan Ares aja Evan sedari tadi melihat pertengkaran kecil itu. Ketika tadi ia merasakan Lyra melepaskan tangannya Evan sudah siap untuk mengahajar Ares.
Namun kepalan tangannya berhenti di udara ketika ia tahu jika itu adalah Ares. Dia Ares, seseorang yang pernah dikenalkan diam-diam padanya.
"Lo, Ares?"
Gumaman itu membuat Ares dan Lyra menatap Evan berada. Bisa dilihat, jika tatapan mata Ares melebar- terkejut.
"Bisa kita ngobrol sebentar?" Evan kembali bersuara membuat Ares mengangguk lalu menunduk dengan ekspresi kelam. Dan dua lelaki itu pergi meninggalkan Lyra yang menerka-nerka dalam hatinya.
Abangnya mengenal Ares?
-Tbc-
HOPE YOU LIKE IT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE | [TSC#1] (COMPLETE)
Randompo·se·sif /posésif/ a bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk tujuan pribadi. ➖...