part. 3

1.6K 42 0
                                    

Disaat marshel hendak melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah ia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, ketika ia menoleh kebelakang ia mendapatkan azka yg sedang mengatur nafas tetapi ia tidak sendirian, azka bersama dengan luna.

"Yo" sapa azka.

Marshel hanya berdahem tak memperdulikan azka. "Kenapa? " marshel menaikan sebelah alisnya, manatap heran melihat azka.

"Eng itu, hm" azka menggaruk tengkuknya yg tidak gatal, marshel menatap azka dengan tatapan datar, menunggu azka untuk menjelaskan maksudnya menemui marshel.

"Ka, kita mau ngapain, kenapa gak masuk? " luna menepuk pundak azka, membuat marshel menoleh lalu tersenyum, tetapi senyumannya tak dibalas oleh luna, luna malah membuang mukanya. Marshel berdecak kesal lalu ia meninggalkan azka dan luna.

"Yah kok pergi" ucap azka. Azka melirik luna dan menarik tangannya untuk segera masuk kedalam kelas.

Ditengah perjalanan marshel berpapasan dengan kakak kelasnya yg pernah ribut olehnya hanya karna azka. Marshel mendesah berat dan terpaksa harus menghentikan langkah kakinya.

Kakak kelas itu tersenyum miring melihat marshel. "Kenapa? " tanya marshel dengan muka polosnya.

"Lo masih bilang kenapa? " perkataan kakak kelas itu membuat marshel menaikan sebelah alisnya.

"Maksudnya? "

Ada tiga kakak kelas yg menjegatnya, semuanya tertawa terbahak bahak mendengar perkataan marshel. Marshel bukannya kebingungan ia malah bergedik ngeri melihat kakak kelasnya itu.

"Hahah lucu ya, dengan polosnya lo bilang gitu? Gak inget insiden kemarin ha? " ucap salah satu kakak kelasnya, ia mengusapkan air matanya yg sempat keluar sedikit karna tawanya. Tiga cewek itu biasa dipanggil adel, naila, dan lia, mereka adalah tiga cewek centil yg suka sekali menggoda atau membuat isu dimana mana.

"Gue gak ada urusan apa apa ya sama kalian" marshel melangkahkan kakinya tetapi tangannya dicekal oleh naila.

Plak.

Satu tamparan dari adel tepat mengenai pipi marshel. Marshel memegangi pipinya, air matanya hampir saja akan jatuh, ia menatap tajam kearah adel. Sudah banyak yg mengerumuni mereka dengan bermaksud hanya ingin bernonton saja, mereka tidak ingin berurusan dengan adel, naila, dan juga dengan lia.

Azka yg melihat keramaian itu berlari kecil untuk melihatnya, disaat ia sudah berhasil menerobos keramaian matanya melotot, mulutnya terbuka lebar, ia terkejut melihat marshel ditampar oleh adel.

Marshel tersenyum kearah adel, senyumannya membuat adel terkejut, ia sampai menelan ludahnya sendiri.

"Ke-kenapa lo malah senyam senyum" ucap adel gemetaran. Teman temannya pun tak bisa berkata kata melihat senyuman marshel.

"Wel, gini ya kak, gue gak tau kenapa tiba tiba lo nampar gue, asal lo inget ya, orang yg bermain kekerasan hanya orang yg lemah saja" marshel menekan semua perkataannya, ia tak ingin dipandang lemah oleh semua orang ya walau sebenarnya pipinya terasa cenat cenut.

"Kalo lo mau ngambil azka gue gak peduli, tuh orangnya dibelakang lo" lanjut marshel, lagi lagi marshel menekan perkataannya lalu berkacak pinggang sambil melirik kearah azka. Azka yg sejak tadi tidak tahu kebingungan melihat semua orng berfokus kepadanya, tak mau fikir panjang azka berjalan menuju marshel.

"Kenapa kok gue? " tanya azka sesampainya ditempat marshel.

"Lo tanya aja sama dia" marshel akhirnya meninggalkan tempat kejadian dan menuju kelas, ia yg melihat kanaya langsung menarik tangan kanaya meninggalkan keramaian.

The Most Wanted Boy And Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang