part. 17

1.6K 29 7
                                    

Riski masih dalam kritis. Sejak insiden itu, marshel tak pernah menegur ataupun menyapa astrid dan bisma. Walau mereka berdua sering mengunjungi kamar riski.

Setiap kali marshel hendak memasuki kamar riski. Dan didalam terdapat bisma atau pun astrid. Marshel mengurungkan niatnya untuk menemui kakak tercintanya. Ia lebih baik menunggu diruang tunggu sembari memainkan handphonenya.

Marshel sudah kembali kesekolah. Seperti biasa, ia selalu membuat kekacauan.

Sesekali ia mematikan lampu toilet jika ada cewek yg ia benci. Hingga akhirnya cewek itu berteriak histeris sesekali mengumpat kata kata kasar. Marshel tertawa terbahak bahak, tetapi habis itu tawanya selalu lenyap entah kemana.

Dan saat ia bermain basket, ia selalu kehilangan konsentrasinya. Hingga berdampak kepalanya terkena bola basket dan kakinya terkilir. Baginya itu hal kecil yg tak perlu diperbesar tetapi azka selalu menjadikannya hal yg luar biasa.

"Lagian elo main basket gk liat kanan kiri" ucapnya sembil memijit pelan kaki marshel. Dan tiba tiba saja kaki marshel serasa dipatahkan oleh azka. Sontak marshel berteriak kencang hingga membuat telinga azka menjadi sakit. Tetapi sesudah itu kakinya terasa mendingan.

"Lo teriak kenceng banget. Telinga gue hampir mau copot nih" ia mengelus elus telinganya.

"Alay lo. Betewe kaki gue kok enakan yak" marshel berdiri lalu melompat lompat layaknya anak kecil.

"Ya tadi dah gue sembuhin. Gimana pala elo dah enakan belom? " azka beranjak dari tempatnya.

"Lumayan, eh lo mau kemana? " tanya marshel yg melihat azka membuka pintu ruangan uks.

"Balik lah, lagian temen elo segala manggil gue".

"Ya udah lain kali gk usah bantuin gue. Lagian lo mau aja bantuin gue sih, gaje" marshel mendengus, ia melipatkan kedua tangannya didada.

Azka mengabaikan perkataan marshel. Ia terus saja melanjutkan pergi dari ruangan tersebut.

Setelah azka benar benar lenyap dari pandangannya. Ia melus elus lembut kakinya itu. Lalu tersenyum sangat tipis.

Bel pergantian pelajaran. Azka sudah sibuk mencoret bukunya, dengan kata lain menulis semua yg ada dipapan tulis. Berbeda dengan marshel, ia sedang asik mengutak atik handphonenya dibawah meja. Untung guru kali ini tidak terlalu rinci dengan muridnya, yg terpenting baginya ia sudah memberikan ilmu pada anak tersebut, seterah anak tersebut mau menerimanya atau tidak.

Sesekali marshel terkikik pelan, dan sontak azka melotot tajam kearahnya. Marshel hanya menunjukan cengiran kuda khas miliknya. Lalu kembali tertuju kelayar handphone.

Setelah pak arif menulis semua dipapan tulis, ia kembali kemejanya. Bukannya memperhatikan kanan atau kirinya, tetapi ia malah sudah asik menonton youtube. Memang guru idaman.

Kesempatan yg baik tidak dilewatkan oleh teman teman marshel, tentunya anak cowok. Dan sang cowok hanya perlu memohon untuk meminta buku catatan milik anak perempuan. Dan, satu anak perempuan yg mirip dengan marshel. Ia pun tak bisa melewatkan kesempatan itu.

"Lo rajin banget ka, coba in dikit kek" marshel melirik azka sekilas. Yg dilirik hanya tetap menyalin yg ada dipapan tulis.

"Ya udah, tapi entar gue liat ye" lanjutnya.

Azka hanya berdahem untuk mengiyakan permintaan marshel.

Setelah pelajaran berakhir bel pulang pun berbunyi. Rencana marshel sehabis pulang yaitu menjenguk riski yg keadaannya masih dalam keritis. Azka pun sama, ia juga akan menjenguk riski bersama marshel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Most Wanted Boy And Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang