DAY 3

9 2 0
                                    


Maaf karena baru up sekarang yaaa
Kemaren masi sibuk ngurus sekolah dan sekarang udh free jadi semper nerusin lagi 😘😘

Stop jadi siders sayang. Author suka baper ni woy


Pagi-pagi sekali Jungkook membangunkan Jina. Ia bilang akan kembali ke tempat kerjanya (BigHit Ent) karena sudah mulai produktif. Padahal saat pertama datang, jungkook bilang akan seminggu liburan, tetapi bahkan sekarang masi memasuki hari ke 3 ia sudah harus kembali bekerja. Ada perasaan untuk melarang, tapi Jina tidak akan melakukan itu. Ia sadar, tidak boleh egois dengan keadaan sekarang.

"jangan tinggalkan aku, apapun yang terjadi. "

Ya, kata-kata jungkook pagi itu membuat Jina terngiang. Bayangan negative yang selalu ada di otaknya. Ditambah lagi dengan pertanyaan yang jungkook ajukan di malam kemarin. Jina semakin tidak karuan memikirkan kekasihnya itu. Wajar jika Jina takut Jungkook akan meninggalkannya. Memang bukan hal yang baik bila memaksakan perasaan seseorang. Hanya saja Jina belum memikirkan akan seperti apa saat Jungkook benar-benar meninggalkannya.

Hari ini Jina lebih memilih diam. Dari pagi Jina seperti ini. Disekolah ia juga hanya diam. Tidak ada obrolan dengan Mina atau pertengkarang dengan Taeyong. Hanya sepi yang ada. Seprang Jina yang terkenal "ramai" mulai menghilang lagi. Dan lagi-lagi semua karena Jungkook.

Saat pulang sekolah Jina langsung memasuki kamarnya, ia melewati ruang tamu begitu saja. Padahal disana ada rekan kerja appa nya. Bahkan ada anak dan istri rekan appanya itu. Appa Jina ingin meneriaki anaknya saat itu juga karena dengan tidak sopannya melewati orang tua begitu saja. Tapi tidak mungkin karena situasinya tidak pas.

" maaf, anakku memang kadang seperti itu. Aku akan menegurnya nanti. " kata appa jina.

" hahaha tidak papa. Anak muda memang kadang seperti itu. Anakku juga sering seperti itu." sahut rekannya.

"maaf ahjussi, jika saya boleh tahu putri anda bersekolah dimana?" tanya jongin sopan.

"siapa? Jina?  Ia sekolah di Gyonggi Art Hight School." jawab appa Jina.

"benarkah? Sebentar lagi jongin juga akan pindah kesana. Wah bagus kalau begitu. Kalian bisa berteman baik. " sahut ayah jongin dengan tertawa.

" kau bisa mulai berkenalan dengan Jina sekarang. Susul saja, dia ada di kamarnya." kata appa Jina kepada Jongin.

" tidak perlu ahjussi. Kami akan kenal dengan sendirinya nanti." jawab Jongin sambil tersenyum.

" karena kau sepertinya laki-laki yang kuat. Ahjussi titip Jina padamu ya. Belakangan ini dia sering membangkang. " sahut appa Jina.

Semua berbincang seperti biasa. Dan Jina yang sekarang tetap bertahan di dalam kamar. Ia tidak berniat untuk beranjak sedikitpun dari kamarnya. Jina menghubungin Jungkook tapi tidak ada jawaban. Jina tahu, kekasihnya sudah mulai sibuk sekarang. Dan ia hanya bisa menunggu tanpa menuntut apapun.

Bosan hanya berdiam diri dari tadi sore. Jina memutuskan untuk membersihkan dirinya. Ia juga sudah merasa lapar. Sejak di sekolah tadi ia tidak makan apapun.

***

Jina berjalan menuju dapur. Ingin membuat sesuatu. Tapi sepertinya eommanya sudah memasak banyak. Banyak sekali piring kotor di washtafel. Jina menuju ke meja makan. Sudah ada keluarganya disana. Tapi ternyata rekan appanya tadi juga belum pulang. Mungkin mereka akan pulang setelah makan malam bersama.

" jina cepatlah. Kau ini lelet sekali. Kami sudah lumutan karena menunggumu." teriak wonyoung dan mendapat cubitan di pipi oleh eommanya.

" wonyoung jaga ucapanmu." kata appanya.

Jina cepat-cepat ke meja makan dan duduk. Untung kali ini jina memakai pakaian yang sopan jadi tidak perlu mengganti bajunya lagi. Entah kebetulan atau apa, biasanya jina hanya memakai celana sangat pendek dan kaos oversizenya. Tapi kali ini ia memakai celama selutut dan baju lengan panjang.
Jongin terus memandangi Jina. Jina pun sama. Ia seperti pernah melihat sosok Jongin walaupun ia sendiri tidak yakin. Sampai akhirnya Jongin membuka pembicaraan.

" bukankah kita pernah bertemu? " kata jongin.

" entah." jawab jina singkat.

"kalian sudah saling mengenal? Bagus sekali kalau begitu. Jina, temani jongin nanti ya. Dia sulit mencari teman di sekolah." sahut ibu jongin.

Jina hanya menjawab dengan senyuman. Makan malam kali ini berjalan dengan menyenangkan bagi orang tua masing-masing. Tapi tidak untuk Jina. Jina sudah tidak nyaman sejak awal. Jongin selalu menatapnya. Wajar jika Jina merasa risih.

Setelah selesai makan malam. Tanpa mengatakan apapun, Jina langsung menuju ke balkon belakang rumah dekat kolam renang. Jina hanya diam disana. Appanya sedari tadi sudah geram dengan sifat Jina yang terus-terusan kurang sopan. Ditambah lagi tatapan pria yang menurut Jina kurang ajar. Jina tidak suka dengan sikap Jongin. Makannya ia langsung meninggalkan meja makan.

Tak lama. Appa Jina menyusulnya ke balkon. Jina yang melihat appanya mendekat langsung memperbaiki posisi duduknya. Jina tahu appa nya sedang marah padanya. Dari tatapan yang di berikan ke Jina sudah mengerikan.

" jang jina! " kata appanya yang langsung duduk di samping Jina.

"nde appa." jawab jina sambil menunduk.
" apa pernah appa mengajarkan perilaku tidak sopan seperti itu? " kata appanya tegas.

Jina menggeleng.

" sebenarnya ada apa denganmu. Sejak pagi sudah seperti itu." oceh appanya. Sekarang sedikit melunak.

"tidak." jina mengalihkan pandangannya ke kolam renang.

Sorang ayah pasti tahu apa yang di rasakan anaknya tanpa perlu sang anak mengatakannya.

"karena jungkook?" tanya appanya pelan.
"sudahlah appa. Lebih baik appa mengomel dari pada harus membahas dia." sahut Jina ketus.

Mendadak mereka berdua diam. Hanya diam sambil memandangi kolam renang yang tidak ada istimewanya. Setelah beberapa menit. Akhirnya Jina angkat suara.

" apa jungkook sudah tidak menyukaiku appa?" tanya Jina tiba-tiba.

" kata-kata itu doa nak."

" dia selalu mengatakan hal-hal yang seolah dia akan meninggalkanku." sahut Jina sambil tetap melamun.

"dengarkan appa sebentar. Jika dia memang sudah tidak menyukaimu. Biarkan, lepaskan. Jangan memaksa perasaannya untuk menyukaimu. Jika kamu benar-benar menyukainya. Kamu pasti rela melihatnya bahagia walau dengan orang lain. Tapi, jika kamu ingin sekali memilikinya tanpa peduli perasaannya, itu namanya obsesi, bukan cinta. Jadi pesan appa. Cintailah dia dengan sesungguh sungguhnya cinta. Jangan tercemar dengan obsesi. Karena itu akan sia-sia."

Jina menatap appanya. Ia memeluknya. Selama ini Jina memang lebih dekat dengan appanya. Jina menangkap maksud dari kata-kata appanya. Mencintai tidak kahur memiliki. Dan obsesi hanya menodai arti cinta.


The Pieces Of Me | JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang