.
.
.
BRAKKKSuara gebrakan pintu dari ruang sebelah berhasil memotong ucapan penting Arsen. Arsen gelagapan harus menyembunyikan Alenna dimana.
Otaknya tak bisa berpikir jernih, yang ada di otaknya adalah kolong meja sebagai tempat paling aman. Arsen menarik Alenna untuk bersembunyi di bawah meja yang bagian depan dan sampingnya tertutup, tak akan nampak dari arah pintu.
Setelah berhasil menyembuyikan Alenna di bawah meja, Arsen memberikan kode agar Alenna tenang dan diam. Alenna hanya mengangguk menurut.
"Arsen!" suara seorang pria terdengar tegas dan menyentak.
Disisi lain Arsen sedang ber-akting dengan berbaring tenang di sofa dekat jendela.
"Arsen bangun! Ada papa disini" seketika Alenna tersentak terkejut dengan kata 'papa', tapi Alenna tetap tak bersuara.
Dengan wajah tenang yang nampak dingin, Arsen terbangun dari baringnya dan berjalan mendekati papanya.
"Kenapa?" tanya Arsen dengan dingin,
"Kamu bawa gadis itu kesini?" Arsen nampak tenang, disisi lain Alenna sedang menetralkan degup jantungnya,
"Dimana? Disini? Anda bisa lihat? Ada tidak?",
"Jangan kamu lupa kalau ruang ini ada cctv. Papa akan cek kamera dan sebaiknya kamu cepat bawa kabur gadismu itu atau kamu tahu sendiri akan seperti apa kejadiannya" nampak senyum licik dari Samee setelah mengatakannya.
Tangan Arsen mengepal. Dilihatnya Samee yang berjalan mendekat padanya dan berisik pelan melanjutkan maksud ucapannya tadi "mama".
Satu kata singkat yang berhasil menaikkan emosi Arsen. Tangannya makin mengepal. Entah kenapa tangannya tak ia layangkan untuk mencekik ataupun menghabisi Samee sebelum orang sialan itu pergi, ia menyesal.
"Anjing!" umpat Arsen sambil bejalan dan merebahkan tubuhnya di sofa besar.
Sekarang otaknya berputar, harus membawa Alenna keluar dari persembunyiannya atau membiarkan Alenna bersembunyi dulu. Tapi jika papanya selesai memeriksa rekaman dan menemukan rekamannya saat menyembunyikan Alenna, maka semuanya akan berakhir.
Dengan gerakan cepat tanpa basa-basi Arsen menarik Alenna keluar dari temat persembunyiannya dan memberi kode agar Alenna tetap diam dan tenang.
Ditariknya tangan Alenna dengan cepat. Diperintahnya gadis itu agar berlari cepat didepannya dan Arsen mengawasi keadaan sambil menjaga gadis itu dari belakang.
Mereka terus berlari keluar rumah besar Arsen. Berusaha berlari tanpa suara. Setelah sampai teras Arsen segera memerintahkan Alenna agar masuk ke mobil dan membawa mobil tersebut dengan cepat menjauh dari rumahnya.
Alenna diam tak bersuara. Diliriknya Arsen yang tengah fokus mengendarai mobil sambil melawan rasa resahnya. Tangan Arsen masih mengepal kuat, dengan ragu Alenna mengelus lembut tangan kekar yang tengah mengepal tersebut.
Alenna memilih memandang kedepan. Tanpa ia tahu, Arsen melirik ke arahnya singkat sambil tersenyum dan sempat pula Arsen menatap singkat tautan tangan mereka.
Tangan Arsen kini terbuka. Kini berganti Arsen yang menggenggam erat tangannya. Jari-jari kekar itu menyelip diantara jari-jari mungil Alenna.
"Maaf" Alenna menengok kala satu kata tersebut keluar dari mulut Arsen.
Arsen menepikan mobilnya di jalanan yang tak terlalu ramai dan tak terlalu sepi. Alenna menengok lalu tersenyum.
"Maaf kenapa?,
"Maaf udah bawa kamu dalam bahaya, kamu takut?" tatapan sendu itu Alenna dapatkan lagi,
Alenna tersenyum dan menggeleng lalu berkata "aku nggak takut, karena aku tau konsekuensi aku mencintai kamu adalah dalam bahaya. Tapi selagi kita masih bisa saling bertukar pikiran, kita masih bisa nyelesein masalah".
Kini Alenna mendapati senyum Arsen mengembang bahagia. Tersirat kebahagiaan dan kesedihan dimata elang itu, Alenna tau. Mungkin saking seringnya bersama, kini Alenna jadi lebih tau Arsen, ya mungkin seperti itu.
"Boleh aku minta ketenangan dari kamu?" tanya Arsen dengan tatapan yang belum lepas dari mata Alenna,
"Ketenangan dari aku? Memangnya aku ngasih kamu ketenangan semacam apa?",
"Semacam ini" Arsen membaurkan peluknya pada Alenna diantara jarak yang ada, menenggelamkan kepalanya di leher Alenna dan menghirup wanginya gadis itu, tangan kirinya ia pakai untuk merangkul gadis itu sedangkan tangan kanannya masih belum lepas menggenggam.
Alenna masih belum terbiasa dengan kebiasaan baru Arsen ini. Tapi Alenna mengerti bagaimana keadaan hati Arsen sekarang dan memilih tak menberontak.
"Makasih" tak lama Arsen melepas pelukan dan tautan tangan mereka.
Alenna hanya balas mengangguk dan tersenyum.
Setelahnya Arsen membawa mobilnya menjauh mengantarkan Alenna pulang.
°°°
Sesampainya di depan rumah Alenna, Arsen belum mengijinkan Alenna untuk turun. Jujur Alenna merasa seikit kesal, tapi karena sedang berbaik hati alhasil Alenna menurut.
"Akhir pekan kerumah aku ya?" tanya Arsen,
"Buat apa gue ke rumah lo?" kata Alenna balik tanya sambil mengembalikan logat mereka,
"Aku-kamu Alenna" mendengar hal tersebut membuat Alenna melengos pasrah dengan peraturan baru Arsen,
"Ada apa emang?",
"Ulang tahunku, yah itu semua rencana sialan papa. Mungkin orang itu nggak ngijinin aku buat lupa soal kejadian malam itu dan akan buat aku gila sendiri sepanjang malam" kata Arsen dengan sisa emosi yang ada,
"Aku akan ada disana, kamu nggak sendiri" kata Alenna menepuk singkat bahu Arsen, "yaudah aku boleh masuk ke rumah?" lanjut Alenna.
Arsen mengangguk tersenyum samar. Matanya tak lepas untuk memperhatikan setiap langkah Alenna. Ditatapnya punggung mungil yang menjauh dan kini menghilang masuk ke dalam rumah seolah ditelan pintu kayu itu.
&&&
Heyoo author kembaliii👐
Lagi rajin update nihh, entah kenapa untuk chap 11 ampe 13 bikinnya dengan otak yang encer. Yang biasanya sehari cuma dapet beberapa paragraf, satu hari itu bener-bener dapet 3 chap💃.
Walaupun begitu semoga bisa nyangkut ya. Semoga suka dan dapet feel nya😄.
Maafkan typo, soalnya belom di edit, hwehwehee:v
Jangan lupa diselipin vote, comment, dan kritik sarannya👀👣
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective Devil || Completed✓
Teen FictionDevil? Penyiksa yang tak pandang buluh laki-laki maupun perempuan, tua atau muda. Dialah Arsen Casanova. Psikopat? Bukan. Menyiksa adalah suatu kebahagiaan untuk melampiaskan emosinya. Saat cinta pertamanya datang, akankah dia menyiksanya? Atau tak...