.
.
.
Tanpa ia tau seorang mendengarnya dari luar pintu ruangan.•••
Cowok ini mematung melihat objek apa yang ada di depannya. Mematung mendengar penuturan seorang tersebut. Entah ia harus bahagia atau bagaimana, ia tak tahu harus berekspresi seperti apa.
Hatinya kini teremas mengingat kembali masa lalu. Haruskah ia marah? Atau bahagia sekarang.
Juan.
Flashback on
Ingin rasanya Juan menyudahi perang dingin antara ia dan gadisnya, Shivi. Perang dingin dan kesalah fahaman diantara mereka.
Melelahkan.
Kini disinilah keduanya bertemu. Berusaha menyelesaikan masalah. Bukannya berbicara, mereka malah terdiam. Bodoh.
"Shivi.." panggil Juan,
"Hm?" jawaban tersebut berhasil membuat Juan mebghembuskan nafas pasrah,
"Harus aku jelasin berapa kali coba?" katanya memulai,
"Harus aku ingetin kamu berapa kali?" jawaban sakral tersebut berhasil membuat Juan mendengus pelan,
"Oke aku lakuin apa kata kamu dan ya aku mohon kamu mau dengerin apa kataku, bisa?" kata Juan meyakinkan.
Shivi menengok. Menatap Juan datar. Tak lama seulas senyum terbit di bibir gadisnya, membuatnya ikut tersenyum.
"Shivi is mine?",
"Juan is mine" Shivi tersenyum mendengar kalimat yang sudah tak asing lagi ia dengarkan.
Menjalani hubungan dengan seorang gadis populer di sekolah memang sulit. Bahkan bisa dibilang keduanya adalah pasangan paling dikenal satu angkatan, bahkan satu sekolah.
Banyak orang yang mendukung. Banyak juga yang ingin merusak. Melelahkan.
Setelah masalah selesai, keduanya menikmati sisa hari untuk bersama. Pada penghujung hari keduanya memilih pulang sendiri-sendiri.
Motor Juan melaju santai melewati jalanan kota yang tak sepi dan tak ramai juga.
Sebelum pulang ia memilih memutari kota lebih dulu.
"Ada apa disana?" pertanyana itu keluar dari mulutnya saat terlihat beberapa orang menggerombol dan panik menelfon entah siapa.
Juan mendekat.
Deg!.
Ziee. Alenna. Shivi.
Siapa yang bisa menjelaskan ini?
Shivi yang hanya terdiam membatu. Sedangkan Ziee dan Alenna yang berlumur darah dan sedang dibawa ke dalam ambulans.
Juan terdiam. Tak dapat bebicara maupun bergerak. Ziee, adiknya. Alenna, sahabatnya. Siapa yang bisa menjelaskan?. Juan seolah sudah jatuh sejatuh jatuhnya. Kakinya melemas. Matanya memanas. Nafasnya memburu.
Juan melangkah mendekati Shivi saat kerumunan sudah menyurut. Bukannya ia tak peduli dengan adiknya, tapi ia butuh penjelasan lebih dulu.
"Ada apa?" pertanyaan Juan berhasil membuat Shivi terpelojot kaget.
Shivi menengok dengan wajah yang tak bisa di terangkan.
"Ju.. Juan itu adik kamu i..itu di--",
"Iya gue tau! Dan lo bisa jelasin? Lo ada disini kan? Tolong jelaskan" logat Juan berubah dan Shivi tau Juan sedang marah.
"Itu adik kamu tadi? Oh itu tadi, emm maaf ya aku yang jelasin. Dianya diam aja sih" ucap seorang gadis tiba-tiba datang dengan gadis disampingnya,
"Iya silahkan",
"Emm gimana ya, maaf jadi gini tadi cewek itu yang dorong adik kamu. Aku sama temen aku liat gitu. Maaf ya sebelumnya" kata gadis tersebut menunjuk Shivi.
Juan menoleh pada gadisnya, aih mungkin bukan gadisnya lagi setelah ini.
"Eng.. enggak!" bentak Shivi dengan mata yang nampak berair,
"Memang ya kalo orang jahat nggak bakal ngaku. Yasudah kita permisi. Semoga adik kamu cepet sembuh" kedua gadus itu pergi menjauh setelah sebelumnya membungkuk sopan.
Juan emosi. Jelas. Nafasnya tak teratur. Matanya menatap lekat dan menusuk pada Shivi. Hatinya teremas.
"Lo gila ya? Kenapa lo bisa dengan begonya dorong adik gue? Disana juga ada Alenna, lo tau siapa Alenna kan?!"
"Ada masalah apa lo sama adik gue hah? Masalah lo itu sama gue! Jangan lampiasin ke adik gue bego. Kalo lo mau balas demdam itu ke gue!"
"Mereka berdua berharga buat gue. Dan ternyata keputusan gue untuk selesain masalah kita itu salah, karena tetnyata lo munafik" emosi Juan sudah dipuncak.
Sedangkan wajah Shivi memerah padam. Nampak air mata perlahan turun dari matanya.
"Sebego begonya gue jadi cewek, gue nggak sesetan itu!" kini Shivi balik emosi.
Shivi terdiam. Juan menatapnya malas.
"Nggak usah nangis lo. Kita putus. Selesi" ucap Juan dengan bulatan,
"Ke.. kenapa?" tanya Shivi,
"Masih tanya? Seharusnya lo bisa mengerti apa salah lo. Kita putus, selesai kan? Dan ternyata lo sesetan itu" ucap Juan setelah itu beranjak meninggalkan Shivi tapi ditahan oleh gadis itu,
"Gu..gue",
"Penjara penuh kalau lo ngaku" tegas Juan setelahnya benar-benar pergi dengan wajah dan hati yang hancur.
Wajah yang tak karuan menahan emosi. Hati yang teremas sakit dan sesak. Mata yang memanas dan tubuh yang melenas melihat kenyataan.
Flashback off
"Adik gue hidup?" ucapnya dalam hati.
Ya, setelah kecelakaan yang melibatkan sahabat, adiknya dan sebuat bus akhirnya Ziee dikabarkan meninggal dan Alenna kehilangan hampir 100% ingatannya.
Dengan lancang, Juan membuka pintu lebar-lebar.
Shivi menengok dengan wajah terkejut.
"Juan?".
.
.
.
[To Be Continue]Nahlohh apaan lagi kan:v
Masa lalu~~
Tungguin kelanjutannya ya, part selanjutnya masih menguak masa lalu lagi😪
Sekarang dah tau kan ya kenapa ini bisa begini dan itu bisa begitu, tapi masih lanjut di part sebelah kok😊
Typo tebas sendiri, maap yang ini belum di edit🌞
-btw author dah gatel mau nyelesein ini cerita, biar nih otak bisa free dulu gitu kan, tapi apalah daya author yang masih memikirkan bagaimana akhir nasib cerita ini:(
Mari vote+komen teman👣
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective Devil || Completed✓
Fiksi RemajaDevil? Penyiksa yang tak pandang buluh laki-laki maupun perempuan, tua atau muda. Dialah Arsen Casanova. Psikopat? Bukan. Menyiksa adalah suatu kebahagiaan untuk melampiaskan emosinya. Saat cinta pertamanya datang, akankah dia menyiksanya? Atau tak...