Pertanyaan ketiga : Apa yang terjadi setelahnya? Anda benar-benar dibawa ke rumah sakit?
.
Nyonya Yoon terlihat diam untuk sesaat, pandangannya kembali menerawang, kemudian dia tertawa pelan sambil menatapku.
"Hampir, untung saja aku pintar membuat alasan. Hari itu adalah awal dari semuanya. Yah, siapa sangka..."
.
Begitu ayah dan ibunya melepaskannya, Jeonghan langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Ibunya sempat mengomel saat dia tidak sengaja menutup pintunya dengan kencang. Pandangannya mengedar demi menemukan sosok malaikat maut yang tak jelas juntrungannya itu. Tapi, dia tidak melihatnya dimanapun. Bahkan di luar rumahnya.
"Kemana dia?" gumam Jeonghan.
"Mencariku?"
DUK!
Karena kaget, Jeonghan tidak sengaja menyandung kaki ranjangnya. Untung saja dia jatuh di atas kasur, bukan di lantai seperti tadi. Jeonghan berbalik dan bersiap untuk mengamuk pada Coups tapi batal saat dia melihat penampilan Coups yang berbeda. Tidak ada jubahnya yang hitam kelam dan besar itu, tidak ada juga sabit raksasanya. Hanya ada sosok Coups yang berbalut setelan jas hitam, celana yang sama hitamnya dan juga rambut hitamnya yang tertata rapi. Jika saja Jeonghan tidak tahu, mungkin dia akan berpikir bahwa Coups adalah manusia. Manusia kelewat tampan. Ah, tidak. Tampan saja cukup. Nanti Coups kesenangan kalau dipuji.
"Hahahaha," Coups tertawa lagi dan Jeonghan bingung dengan hal apa yang membuat Coups tertawa.
"Pikiranmu. Lucu sekali. Apa semua manusia memang sepolos dirimu?" tanya Coups dan kedua mata Jeonghan membola saat menyadari bahwa Coups bisa membaca pikirannya.
"Sial! Aku tidak punya privasi karenamu!" omel Jeonghan dan lagi-lagi, Coups hanya tertawa.
Jeonghan membenarkan posisinya di atas ranjang, dia duduk bersila sambil mendekap bantal bersarung ungu polos miliknya dan menatap Coups.
"Apa semua malaikat maut sepertimu?"
"Sepertiku bagaimana?"
"Membawa sabit raksasa kemana-mana, mengenakan jubah, suka mengintili orang padahal orang itu tidak akan mati dalam waktu dekat, jahil, menyebalkan, bisa berwujud menyerupai manusia dan tampan?" Jeonghan mencicit pelan untuk kriteria yang terakhir, dia sedikit tidak sudi mengucapkan pujian seperti itu.
Coups menyandarkan dirinya pada meja rias Jeonghan, "Yang kau bilang sabit raksasa itu adalah barang yang harus selalu kami bawa setiap bertugas, jubah juga. Aku tidak suka mengikuti orang-orang, aku hanya mengikutimu. Aku tidak jahil, tapi melihatmu kesal itu adalah hiburan bagiku. Iya, aku bisa meniru wujud manusia dan iya, tepat, benar sekali, aku tahu aku tampan, terima kasih."
Jeonghan mengeleng-gelengkan kepalanya setelah mendengar jawaban Coups, "Gila."
"Apanya?"
"Kau."
"Jahatnya..."
Jeonghan mencampakkan bantalnya ke sampingnya lalu mulai menegapkan tubuhnya. "Jawab aku dengan jujur. Kenapa kau mengikutiku? Apa aku akan mati dalam waktu dekat?"
Seungcheol menggedikkan bahunya, "Namamu tidak ada di dalam daftarku. Tidak tahu kalau ada di daftar temanku yang lain."
"Lalu kenapa kau mengikutiku? Kenapa kemarin kau kabur saat kutanyai hal yang sama?"
"Tidak ada alasan khusus, ingin saja dan aku kabur karena seperti yang kukatakan sebelumnya, aku suka melihatmu kesal."
"Kau sangat berbakat, Coups," ujar Jeonghan seraya menarik bantalnya tadi.
"Oh, ya? Dalam bidang apa?"
"Dalam bidang membuat orang kesal!" amuk Jeonghan diiringi dengan lemparan bantal ke arah Coups.
.
.
.
To be Continue...
Grey's Chit-Chat : Okay... See you at next chapter 😄
![](https://img.wattpad.com/cover/170714675-288-k5418.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ [JeongCheol] Mrs. Grim Reaper
FantasyA short fiction stories about an interview with the Lady of the Death Angel... Do you want to know more about her? ⚠Warning⚠ This is a SEVENTEEN gender switch fanfiction