8. selalu rindu boleh?

4 0 0
                                    

Remang malam kota bandung bersatu dengan alunan sendu mendayu. Tak sedikitpun terpikat kepada zico yang tampak bersemangat akan bertemu dengan perempuannya.

Ia akan mengesampingkan sejenak masalah yang seakan menjadi parasit untuknya. Bukankah ia juga berhak untuk berbahagia? Sekadar tersenyum hangat walau hanya beberapa saat.

Waktu menunjukan pukul 18.45, azico mengendarakan motornya ke arah rumah brilian, sungguh ia benar benar bersemangat.

Toktok.. azico nampak gugup.

"Ehh zico.." brilian tampak kaget, zico hanya nyengir. "Ko cepet banget kesininya?" lanjut brilian.

"Ehh, emang habis magrib kan?" zico menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Iya jugaa sihh" brilian tersenyum "yaudah, masuk dulu aja. Kayanya ke rumah sakitnya jam tujuhan, soalnya tadi aku nelfon dokter luis bunda masih istirahat" jelas brilian.

"Ohh, okey gapapa" zico melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

"Mau minum apa?" brilian duduk disamping zico. "Emm, pintunya gapapa dibuka? Gak enak sama tetangga soalnya kita cuman berdua"

"Santai aja kyl emang seharusnya dibuka pintunya, emm teh manis boleh deh" pinta zico.

"Yaudah bentar yaa" brilian bangkit berdiri. "Eh atau mau makan juga?" brilian kembali melirik zico.

"Minum aja deh kyl, gak usah repot repot. Nanti aja kalau udah resmi, kan pasti sering main main kesini" zico nyengir.
"Ihh apaan sih zico" brilian nampak bersemu dan buru buru pergi kedapur. Zico yang melihat brilian salah tingkahpun terkekeh.

Selagi brilian membuat teh manis, zico nampak melihat sebuah foto yang membuatnya tertarik, foto berukuran sedang itu menggantung indah di sudut  ruang tamu, zico berdiri dan menghampiri foto tersebut. Bunda dan brili tanpa ada ayah di keterangan foto itu, zico tersenyum melihat brilian kecil yang nampak menggemaskan.

"Eh jangan diliat dong malu tau" brilian datang dengan membawa nampan berisi teh manis dan kue.

"Ehh, kenapa harus malu?" zico nampak sedikit terkejut atas kehadiran brilian.

"Yaa malu ajaa, akunya ompong" brilian tampak sedikit merajuk

"Gapapaa saya suka" ucap zico sambil melirik kembali fotonya.

Sumpah, zico tidak tahu efek perkataannya bagi kesehatan jantung brilian. Wajah brilianpun tiba tiba memanas.

"Yaudah diminum dulu nihh" brilian memindahkan isi nampan ke atas meja.

Zico kembali terduduk, mengambil teh manis dan menyesapnya.

"Manisnya pas, kaya kamu" zico menatap brilian.
"Ehh, apaan sih zico" brilian memalingkan wajahnya yang mulai terasa panas kembali.
Zico yang melihat itupun tertawa.

"Tau gak filosofi teh manis?" ucap zico tiba tiba
Brilian yang bingung menggeleng.

Zico menarik nafasnya,
"Pada Awalnya kamu hanya memegang air yang hambar, kemudian kamu tuangkan gula yang menjadikan air itu manis. Sama kaya kehidupan kyl, hidup kamu bakalan hambar kalau kamu gak cari sesuatu yang bikin hidup kamu manis"

"Terus kamu celupin deh tehnya, semua air akan berubah kan? Yang asalnya bening jadi sedikit kecoklatan. Dihidup itu gak ada yang sempurna pasti ada kekurangan kyl, kamu buat satu kesalahan semuanya akan berubah"

Brilian diam mendengarkan.

"Itu sebabnya saya jadi ketua diwartom, pertemanan saya hancur. hanya diwartom saya bisa dihargai, hanya diwartom saya dianggap hidup, dan hanya diwartom saya menemukan keluarga baru. Dari situ hidup saya jadi gak hambar lagi"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Azico ( SMA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang