6. sebuah ketenangan

7 1 0
                                    

"Bangsat! Ngapain nyerang sekolah gue!"
Bugh!
Zico berlari memukul carsya hingga tersungkur.

Semua guru guru dan juga satpam tidak bisa mencegah zico, kekesalan kepada mantan sahabatnya tidak bisa ia toleransi. Semua penderitaannya yang selama ini ia pendam akan ia tuntaskan hari ini.

Emosinya melenyapkan alam bawah sadarnya. Ia terasuki amarah.

"Cuihh" carsya meludahkan darahnya yang terkena pukulan zico. Ia terkekeh.
"Gua suka lo kaya gini! Sangar!" sekarang carsya tertawa. Carsya bangkit berdiri.

Bugh!
Carsya memukul pipi zico dengan tiba tiba. Zico yang tidak siap menerima pukulan tiba tiba pun meringis kesakitan.

"Anjing!" zico berlari memukul carsya dengan sangat keras. Kekesalan sudah mengendalikan dirinya.

Semua anak sanko dan wartom saling memukul, saling melempar batu. Murid dan guru yang menyaksikan semua itu hanya bisa menjerit dan menangis ketakutan.

Bughh!! "Ini buat pengkhianat kaya lo!"
Bughh!! "Ini buat saudara gue yang udah lo bikin koma"
Bughh!! "Ini buat lo yang berani beraninya nyerang sekolah gue!"
Azico tampak sangat menyeramkan, rahang yang tegas juga tatapan yang tajam menambah nilai keganasan ketua Wartom itu.

Carsya terkekeh, ia menepuk bahu zico.
"Harusnya lo tanya ke temen temen lo! Siapa yang pengkhianat! Bukannya wartom mau balas dendam? Tapi malah sanko yang balik nyerang" tawa carsya menggelegar.

Zico mengepalkan tangannya, otaknya berfikir keras, pengkhianat.
"Anjing! Bangsat!" zico maju dan kembali memukul carsya.

"Azico!!!!" zico menoleh ke asal suara, ia melihat brilian dengan wajah yang pucat dan air mata yang mengalir dipipinya. Brilian terlihat menutup mulutnya dengan perasaan terkejut.

Ia melihat semuanya. Dengan mata kepalanya sendiri. Azico diam kaku. Hanyut dalam penyesalan. Netranya fokus menatap brilian lemah. Kecewa, kata itu yang berputar dibenaknya. Brilian pasti kecewa.

Bughh!! Bugghh!! Carsya memukul zico bertubi tubi. Diamnya zico menjadi kesempatan untuk carsya.

"Anjir ini pasti bakalan ada korban gimana nih?" Noni tampak panik melihat semua anak Wartom nampak kewalahan. Dia sendiripun sudah babak belur.

"Gue punya ide, ikut gue" Raka berlari di ikuti Noni yang terbirit birit.

"Lo nyalain ini di speaker sekolah, besarin banget volumenya" ucap Raka tergesa gesa
"Apaan nih?"
"Hape goblok!"
"Anjir masih bisa becanda, maksudnya nyalain apaan?"

"Itu sirine bunyi mobil polisi! Kalau ini dinyalain pasti anak sanko kabur ketakutan. Cepetan!" Raka tampak geram dengan kelakuan Noni yang mendadak lemot disituasi seperti ini.

"Seloo bro" Noni memasukan Usb speaker ke handphone Raka.

"Anjir polisi polisi!" seketika semua diam, masih mendengar sirine polisi.
"Kabur goblok!" semua anak sanko kabur terbirit birit, termasuk carsya yang tertatih tatih dengan wajah yang babak belur.

"Lo gapapa?" tanya Rafly.
"Gapapa" zico tertunduk sembari memegang sudut bibirnya yang robek,
"Brilian ngeliatin lo" ucap fahri.
Zico menoleh ke arah gerbang sekolah, ia melihat brilian yang menatapnya begitu dalam, dan kemudian brilian pergi. Zico kembali menunduk. Perasaannya kacau, ia telah gagal, ia benar benar merasa gagal menjadi seorang pemimpin.

"Obatin luka lo semua, setelah ini semuanya ke wartom, ada hal yang penting yang harus gua omongin, terutama untuk pengkhianat!"
Ucapan zico begitu tegas, semua anak wartom menunduk.

°°°°

"Sekarang kenapa lagi zico?" ucap bu Rina sambil menatap intens zico, zico hanya menunduk.

Azico ( SMA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang