Selama ini hubungan bertetanggaku dengan James tidak mengalami kendala yang berarti. Kendala yang terakhir adalah ketika dia menyetel music rock metalnya keras-keras. Tapi pada akhirnya itu semua terbayar lunas oleh satu piring bola daging dan sejak itu si James tidak berani lagi mengusikku dengan suara music sampahnya.
Omong-omong, aku sudah memberinya banyak sekali julukan. Mari kita hitung
Si Pembentur Dinding
Si Playboy
Si Pria Tidak Bertanggungjawab
Si pengganggu
Hmm, kuharap gelar 'si penggangu' adalah gelar terakhir dan aku tidak ingin memberinya gelar-gelar lain. Dia sudah cukup merepotkanku. Tapi syukurlah minggu-minggu ini dia sudah memahami arti penting menghargai tetangga.
Oh ya, pernahkah kau mendapatkan ceramah dari guru agamamu, atau nasihat dari orangtuamu tentang membantu tetangga? Sepertinya aku diuji dengan ujian yang cukup berat ketika Si James meminta bantuanku. Mengingat aku tetangganya dan dia juga tetanggaku, maka kami harus mengamalkan ajaran 'muliakan tetanggamu.'
Ceritanya, pagi ini aku tidak lagi berangkat ke kampus dan James tentu saja tahu aku bolos masuk kampus. Jadi dia juga tahu persis aku akan berada di apartemen sepanjang hari; dari pagi hingga sore hari. Inilah yang menjadi awal masalahnya.
James datang mengetuk pintu apartemenku dan dengan senang hati aku membukanya, berharap dia membawa senampan bola daging untuk kedua kalinya. Tapi tentu saja dugaanku tidak salah, dia membawa daging, tapi daging hidup. James tersenyum lebar dan di pangkuannya terdapat seekor anjing Siberian husky yang menjulurkan lidahnya seakan mengejekku, 'kau-tetangga-cerewet-yang-selalu-menjengkelkan-tuanku.'
"Kau punya anjing?" tanyaku
"Yeah, ini anjing kesayanganku."
Aku mengangguk dan tidak tahu harus berkomentar apa-apa. Tapi aku juga bertanya-tanya di dalam hati, untuk apa lelaki ini membawa anjingnya ke depan pintuku. Maksudnya, apakah dia hendak pamer anjing itu? dan asal kau tahu aku tidak suka anjing. Pertama, anjing itu bisa menjilatku dan itu berarti aku harus mencuci bekas jilatannya pakai tanah. Bisa kau bayangkan aku akan kelabakan mencari tanah di komplek apartemen. Kedua, dia bisa saja menggigitku. Ketiga, guru agamaku bilang anjing itu bisa mencegah malaikat pembawa rahmat masuk ke dalam rumah. Yah, begini-begini juga aku bisa memahami agamaku dengan baik.
"Aku ingin menitipkan anjingku bersamamu, bisa kan?" ujarnya meminta pertolonganku untuk yang pertama kalinya dalam sejarah pertetanggaanku dengan James.
"Kenapa kau harus menitipkan anjing ini kepadaku?" tanyaku. Sebenarnya ini lebih dari pertanyaan, tapi gugatan yang terkesan memojokan.
"Karena aku hendak pergi seharian penuh." jawabnya yakin
"Kemana?"
"Ada sesi pemotretan di sebuah konferensi yang diadakan national Geographic. Oh iya, aku lupa bercerita tentang profesiku ya, aku seorang fotografer.
Pamer lagi.
"Selama kau pergi, biasanya kau menitipkan anjingmu dimana?" sekarang pertanyaanku lebih mirip interogasi
"Well, sebenarnya ini hari pertama aku menitipkan anjingku. Karena anjing ini baru aku miliki dua hari yang lalu. Hadiah dari seorang teman."
"Kenapa kau tidak menitipkan anjingmu di penitipan hewan saja. Aku bukan penitipan hewan." Oke, kali ini pernyataanku sangat sarkastis dan aku mengakui bahwa aku telah gagal menjadi seorang tetangga yang baik hati dan tidak sombong serta suka membantu.
"Ayolah... aku membutuhkan bantuanmu, Nadia." Mohonnya dengan mimic berharap. Kau bisa membayangkannya di benakmu bagaimana seorang James membujukku untuk meluluskan keinginannya. Ini persis seperti seorang bocah ingusan yang membujuk ibunya untuk membelikan eskrim. Oke, sepertinya aku akan memberikan gelar terbaru kepada si James. 'Si Manja.' Cocok kan?
"Jujur saja, aku tidak suka anjing. Aku alergi anjing."
"Oh." Hanya Oh?
"Ya, aku juga takut gigitan dan jilatan anjing." Aku memperjelas arti dari ketidaksukaanku pada makhluk berbulu yang selalu menjulurkan lidah itu. lihat, Siberian Huskynya semakin bersemangat menjulurkan lidah seakan mengejekku, 'Lagi pula siapa yang mau bersamamu. Sumpah, tuanku tidak pantas bertetangga denganmu.'
James mengangguk dan berlalu dari hadapanku. Tapi sejurus kemudian dia kembali dengan senyum yang lebar, "Bagaimana jika aku memasukannya ke dalam kandang? Anjingku punya kandang dan kau tidak perlu takut dia menggigitmu. Lagi pula, dia tidak akan mengigitmu kok. Dia anjing yang baik dan sopan."
Aku memutar bola mataku. Ya Tuhan, kenapa lelaki ini terlalu liat dan banyak akal? Dan satu lagi, dia terlalu bodoh. Jika anjing itu punya kandang, kenapa harus repot-repot menitipkannya kepadaku? Bukankah dia bisa menyimpannya di rumah dan memberi anjing itu pakan di dalam kandangnya?
"Jadi, kenapa tidak kau simpan aja anjing itu di kandangnya, lalu kau beri dia makan, dan kau bisa pergi sesukamu, Tuan."
"Oh yeah, kau benar. Aku tidak berpikir sampai kesana." Serunya dan dia tampak tersipu malu. Entah dia sadar dirinya terlalu bodoh atau memang sadar dirinya tidak bisa memperdayaiku. Aku berasumsi dia ingin menyusahkanku.
'Tidak Nadia, yang sebenarnya dia ingin akrab denganmu sehingga menitipkan anjing adalah satu alasan untuk bisa mengakrabimu.'
'Tapi resikonya dia bisa menggiringmu ke tempat tidur.'
'Itu tidak akan pernah terjadi. Aku bukan gadis lemah yang bisa meleleh oleh tatapan pria ganteng.'
'Apa? Kau mengakui 'Si Pengganggu' sebagai pria ganteng? Jangan-jangan kau tertarik padanya.'
'Stop! Stop.'
'Ah, abaikan semua suara itu. itu suara hatiku yang mulai berdebat dan membuatku semakin jengkel kepada diriku sendiri. itu debat antara si hati, si jantung, si otak, si makhluk bersayap dan si makhluk bertanduk.
Suara batuk kecil membuyarkan debat kecil makhluk tak kasat mata di hatiku.
"Omong-omong, kau tidak bertanya siapa nama anjingku?"
Oh, ternyata 'Si Pengganggu' masih memiliki urusan denganku terkait hal remeh-temeh tentang anjingnya yang sangat-sangat tidak menarik bagiku.
"Aku berpikir itu bukan satu hal yang penting bagiku." Balasku. Ya, kau paham aku tidak akan mati kelaparan hanya karena tidak tahu nama anjing tetanggaku.
"Tapi kau harus tahu." Balas si James dengan senyum jahil.
"Kenapa?"
"Karena namanya sama persis dengan namamu. Aku memberinya nama, Nadia!"
Wahai makhluk bertanduk di hatiku, enyahlah kau dari jiwaku sehingga kau tidak memberiku ilham untuk membunuh pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOR'S SECRET [Rahasia Tetangga]
RomanceMalam pertama Nadia di New York adalah awal mula kengerian dalam kehidupan pertetanggannya dengan seorang pria New Yorker bernama James. Malam pertama itu dia tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara aneh dari ruang sebelah. Selain itu, suara i...