Jika kau mengira aku akan memakai hijab setelah mimpiku itu, maka tebakanmu benar sepenuhnya. Aku berniat akan memakai hijab selepas keluar dari rumah sakit sebagai penebus rasa bersalahku kepada mama dan Bang Fadli. hei, kau jangan menghakimiku dengan mengatakan aku berhijab bukan karena tuhan. Kau jangan menganggapku tidak ikhlas dalam kebaikan. Harusnya kau ikut senang aku sekarang memakai penutup kepala terlepas faktor apa yang menyebabkan aku memakainya.
Baiklah, tadi pagi aku sudah menghubungi Hamida hari ini untuk menemaniku belanja hijab dan pakaian muslim yang aku perlukan. Dia paling tahu tentang tempat-tempat belanja aksesoris dan pakaian muslim di seantoro NY, mengingat karirnya sebagai seorang kolumnis padu padan baju muslimah di media online muslim. Kebetulan hari ini kami tidak menghadiri kelas kuliah karena dosen sedang memiliki urusan lain.
Tidak menunggu lama, Hamida datang ke apartemenku dengan Honda accord-nya dan tentu saja senyumnya tampak lebih lebar dari biasanya. Bisa kupastikan itu karena dia merasa bahagia karena aku memutuskan memakai hijab.
"Siap berbelanja, sayang?" tanyanya dengan sumringah.
"Aku mengangguk mantap. "Tapi tolong carikan pakaian yang murah dan sesuai dengan isi dompetku."
Hamida mengibaskan tangannya dan mengedipkan matanya, "Jangan khawatir. Aku memiliki hubungan yang sangat dekat dengan banyak owner toko muslim. Mereka biasanya memberiku diskon 30 persen dengan syarat aku harus mereview produk jualan mereka di blogku. Dan aku bisa pastikan diskon itu untukmu, sayang."
Mataku berbinar senang, "Wow! Kalau begitu mari kita beraksi."
Nah, biar aku ceritakan kepadamu bagaimana kami belanja. Well, kami memasuki lima butik di manhattan dan Brooklyn dan pulang dengan membawa tiga tas belanjaan yang sarat dengan berbagai pakaian muslim. Sebagian besar hijab pashmina yang menarik hatiku. Dan sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya panjang lebar disini mengingat kalian semua –wahai para wanita penghuni planet bumi- sangat menyukai acara belanja baju. Demi hal itu kalian sering menghabiskan uang suami, ayah atau pacar kalian, bukan begitu? Dan kalian para lelaki, sepertinya tidak terlalu tertarik untuk membaca narasi panjang tentang acara belanja. Mungkin kalian akan menggerutu, 'Yang benar saja, lebih baik aku skip bagian ini dan lanjut ke part selanjutnya.'
Jadi, mari kita lupakan tentang acara belanja dan lupakan tentang barang apa saja yang berhasil aku beli dengan diskon special ala Hamida. Yang jelas, kalian sudah tahu bahwa mulai besok aku akan menutupi kepalaku sepanjang sisa umur hidupku. Kuharap aku tidak seperti artis indonesia bernama ******* yang begitu mudah mencopot hijabnya begitu saja hanya karena alasan yang tidak masuk akal.
Omong-omong aku merasa berdebar-debar. Apakah aku bisa bertahan dengan penutup kepalaku? Dan sepertinya besok aku harus menghubungi ibu dan Abangku, supaya mereka bangga.
***
Ini hari pertamaku memakai hijab ke kampus. Aku tahu aku akan menjadi pusat perhatian teman-temanku. Dan ternyata dugaanku meleset dari apa yang aku kira sebelumnya. Teman-temanku merasa tidak aneh dengan pakaian baruku. Mereka hanya mengatakan kurang seperti ini,
'Wah, kamu memiliki selera pakaian yang baru ya.' Dari dulu aku selalu memiliki selera yang bagus dalam berpakaian, Honey.
'Wah, jadi aku baru tahu kau seorang wanita muslim.' Nah, sekarang aku baru sadar bahwa hijab memang menjadi identitas paling mencolok bagi seorang muslim selain datang ke masjid dan memiliki nama islam yang umum.
'Apakah kau dipaksa oleh Hamida?' jujur ini pertanyaan Alice dan itu membuat Hamida jengkel kepadanya.
'Apakah kau pindah agama?' Ya ampun, sejak dulu aku seorang muslim dan mereka tidak menganggapku seperti itu mengingat aku tidak memakai hijab.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOR'S SECRET [Rahasia Tetangga]
RomanceMalam pertama Nadia di New York adalah awal mula kengerian dalam kehidupan pertetanggannya dengan seorang pria New Yorker bernama James. Malam pertama itu dia tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara aneh dari ruang sebelah. Selain itu, suara i...