Setelah 4 hari
14:03 WIB
"Terima kasih semua untuk kerja samanya selama 4 hari ini. Good job," ucap Capt. Budi saat kami semua bersalam-salaman sebelum berpisah dengan crew set yang bergotong-royong selama empat hari ini."Sama-sama, Capt. Terima kasih Capt, juga Mas, buat landing yang mulus terus," sahut Mbak Ninda selaku Cabin One alias pramugari yang paling senior dalam penerbangan kemarin.
Kami pun bersalam-salaman dan cipika-cipiki sebagai ucapan perpisahan sebelum balik ke mess dan menikmati day off yang sudah ditunggu-tunggu kurang lebih seminggu. Ouh, membayangkan bisa tidur nyenyak di antara tumpukan bantal dan guling adalah suatu kemewahan bagi kami yang sering kerja rodi.
"Makasih semuanya, sampe ketemu lagi, ya. Jangan bosen cabin one-nya kena gue mulu," Mbak Ninda melambai-lambaikan tangannya dengan jenaka ke udara. Heum, kalau Cabin One-nya dia, terbang 4 hari landing sehari delapan kali juga gue asyikin aja.
"Makasih juga, Mbak." Mbak Widya ikut melambai ke arahnya.
Sebelum benar-benar pergi, Mbak Ninda menghampiri Mbak Anik—yang ternyata merupakan kawan dekatnya. "Thank you, Anik.."
"Thank you juga cabin one terrrr pokoknya." Mbak Anik membalas pelukan Mbak Ninda.
Kemudian, ternyata Mbak Ninda menghampiri gue dan kami bersalaman, cipika-cipiki, lalu berpelukan.
"Thank you, Re. Semoga betah, ya."
"Makasih juga Mbak 4 harinya. Maaf kalau belum maksimal kinerjanya selama terbang bareng." Gue balas memeluk Mbak Ninda. Seketika aroma parfum miliknya melipir ke indra penciuman.
"No, santai saja. Ini semua cuma soal jam terbang, Shay. Tips dari gue, pas liat schedule, baca sholawat dulu biar nggak ketemu cabin one galak," godanya. Sebelah matanya berkedip manja.
Gue yang melihat itu hanya tersenyum. Senyum yang kemudian dibalas lambaian tangan sekali lagi dari Mbak Ninda. Dia menuju transport yang akan mengantarkannya ke apartement-nya. Apalah daya gue yang tinggal di Bala-Bala karena larangan orang tua untuk tinggal di apart. Nggak masalah juga sih, Bala-Bala tetap berasa surga dengan segala pohon mangganya yang bisa dicuri kapan saja. Eits, canda.
"Yuk," ajak Mbak Anik.
Kami pun naik ke mobil penjemput khusus untuk balik ke mess. Begitulah, mess gratis, bus gratis, gue sayang perusahaan ini.
. . .
Mess Pramugari
Merebahkan badan adalah hal ternikmat saat ini. Punggung rasanya udah kayak setengah rontok. Saat ingin tenggelam ke dunia fantasi, tiba-tiba lagu Wish You Were Here dari Avril Lavigne menggema memenuhi kamar. Ponsel gue berdering dan lagu yang memekakkan telinga itu berhasil membuat gue gagal terlelap dan memutuskan untuk bangun.
Terpampang nyata nama Cece di layar ponsel. Tahu aja gue lagi day off.
Gue geser tombol hijau dan wajah Cece langsung melebar memenuhi layar.
"Heii, how's your day? Your first flight? Do you have an incredible story?" Cece menyerocos dengan tampang double kepo.
"One by one."
"Oke oke. Pertama, lo lagi apa?"
"Gue baru mau tidur sebelum panggilan lo yang pasti berisi omong kosong ini masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Dalam Udara[RE-PUBLISH]
RomancePrintilan kisah Caca, seorang pramugari salah satu maskapai swasta yang terjebak dalam kisah cinta dengan tiga pria yang sama-sama bekerja di Udara. Siapakah yang Caca pilih? Sang Captain? Sang Mayor? Atau Sang Sersan? @2018