Selamat Membaca!!!!
*****
Seperti janji Alyxa tadi pagi pada ibunya. Jadi itulah alasan Alyxa sudah ada di kantor ayahnya pada jam makan siang. Panca, pria yang masih berkharisma di usianya yang tak lagi muda. Benar-benar harus mulai di awasi untuk tak melupakan jadwal makannya. Jika dia tidak datang ke kantor, bisa dipastikan ayahnya melewatkan makan siangnya.
Lihat saja sekarang, disaat seluruh orang di kantor sedang menikmati makanan entah itu di kantin atau cafe yang ada di sekitar kantor. Ayahnya, tuan Biantara malah kedatangan tamu. Dua sosok pria yang lebih tua dari ayahnya, perwakilan salah satu partai politik di negeri ini.
Memang apalagi alasan kedua orang itu jika bukan untuk membujuk ayahnya supaya ikut bergabung dengan mereka? Padahal sejak awal ayahnya sudah menolak dengan sopan agar mereka tidak tersinggung.
Namun sebanyak apapun orang tuanya menolak, sebanyak itu juga para utusan dari berbagai partai politik terus datang untuk merayu. Seperti dua pria yang saat ini duduk di sofa yang ada di ruangan ayahnya. Pada jam makan siang mereka malah datang, bahkan Alyxa bisa tebak mereka akan mengatakan kata-kata yang sama seperti sebelumnya. Bahkan di antara orang-orang yang sudah pernah datang, dia hafal beberapa di antaranya.
"Papa!" Tegur Alyxa meminta perhatian, bahkan dia tidak memperdulikan sorot mata dari dua pasang mata yang mengirimkan tatapan tidak suka karena Alyxa sudah menyela pembicaraan mereka untuk ketiga kalinya.
"Sebentar lagi Alyxa." Dan ini juga jawaban yang sama seperti dua jawaban sebelumnya.
Lagi pula kenapa juga, ayahnya masih bisa memasang wajah penuh senyum? Seolah-olah waktu makan siangnya yang terpotong bukanlah hal besar. Seharusnya kedua tamu ayahnya memahami bahwa makan tepat waktu bagi paruh baya yang harus mengatur pola makan adalah hal penting. Tubuh yang perlahan dimakan usia belum tentu kuat jika diminta untuk menahan lapar seperti saat masa muda dulu.
Biarkan saja dia berlebihan menilai kedatangan mereka. Jiwa mudanya tentu tak sebanding dengan ayahnya yang masih bisa ber-ramah tamah meski di dalam hati sangat dongkol.
Baru saja Alyxa hendak bangun dari posisi yang tadinya duduk di kursi kerja ayahnya, dibatalkan karena ayah dan kedua tamu itu keburu bangkit dan bersalaman. Semenit kemudian keduanya angkat kaki dari ruangan ayahnya.
Panca tersenyum maklum dengan sikap Alyxa sembari melangkah mendekati putrinya. Pasti putrinya itu bosan mendapati tamu yang sama di jam-jam penting seperti sekarang. Sebenarnya ia juga lelah, tapi menunjukan ketidaksukaan secara terbuka juga bukan hal yang baik. Dia hanya sedang mencari waktu dan moment yang pas untuk memperjelas penolakannya langsung ke semua partai politik.
Dengan wajah masam Alyxa merapikan meja kerja ayahnya. "Mama minta aku ke sini bukan untuk lihat pria-pria itu datang lagi dan lagi! Aku diminta supaya memastikan kalau papa makan siang dengan baik dan benar."
"Papa juga gak cerita kalau waktu aku di luar negeri, papa sempat dilarikan ke rumah sakit karena makan fast food. Papa itu udah tua tapi masih aja nakal. Dicubit mama baru tau rasa," omel Kayla tanpa henti yang hanya direspon senyum geli oleh ayahnya.
Jika dulu Panca pertama kali jatuh hati karena kesopanan dan kelembutan Palupi. Maka ketika menikah ia dikejutkan oleh perubahan sikap Palupi jika sedang khawatir atau marah. Ketegasan dan seribu macam omelan khas istri sekaligus ibu keluar dari diri wanita yang ia cintai itu. Tak urung sifat lain di diri Palupi membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi. Sebelas dua belas dengan ibunya, Alyxa juga punya sisi tegas dan cerewet. Hanya saja jika sifat itu muncul saat Palupi sudah menikah dan sifat itu muncul saat Alyxa mulai bisa berbicara.
Dirangkulnya pundak Alyxa dengan lembut lalu keduanya berjalan bersama keluar ruangannya. Melewati meja sekrestaris yang sudah kosong dan berjalan lurus ke arah lift. Benda kubus itu terbuka, tanpa ada seorangpun di dalamnya. Keduanya masuk dan Alyxa menekan angka satu. Mobil mereka sudah menunggu di lobby sehingga keduanya tinggal langsung berangkat ke restoran healty food. Tempat langganan ayahnya karena pemilik tempat tersebut adalah anak dari rekan bisnis Panca. Di sana Panca tidak perlu repot-repot memilih menu karena Palupi sudah lebih dulu menitipkan menu khusus untuk Panca.
Inilah sumber kebahagian Panca. Istri yang pengertian dan cekatan. Putri yang menyayanginya dan membanggakan. Serta satu kebahagian baru, cucu yang cerdas dan menggemaskan. Kesuksesan dalam bisnis hanyalah bonus dari Sang Pencipta, yang melengkapi kebahagiannya.
"Om Panca!" Seru seorang perempuan yang usianya dua tahun lebih tua dari Alyxa. Hanya menggunakan kaos polos berwarna merah muda dan celana denim di padukan sepatu snekers hitam, tidak bisa menutupi kecantikan dan kecerian dari pemilik restoran ini--Jessica.
Hanya sepuluh menit perjalanan dengan mobil untuk sampai ke restoran yang tidak pernah sepi pengunjung. Pegawainya yang sangat ramah dan sopan menambah nilai plus. Ruangan dibagi dua, indoor dan outdoor. Jangan khawatir jika memilih outdoor, karena akan ada kubah yang menutup secara otomatis jika hujan turun. Di area outdoor ada kolam kecil berisi ikan koi emas dan beberapa tanaman bunga yang tidak menggunakan pot besar sehingga tidak memakan tempat.
Jessica menuntun Panca dan Alyxa ke area outdoor, tapi masih cukup teduh di cuaca Jakarta yang terik hari ini. Jessica menanyakan kabar Panca karena jarang bertemu di restoran miliknya. Dia sendiri sesekali dalam beberapa minggu, kalaupun datang tidak pada jam makan siang seperti sekarang. Sehingga intensitas berpapasan dengan rekan ayahnya ini sangat jarang. Jessica tidak merasa canggung sama sekali karena Panca sudah seperti ayahnya sendiri. Pria setengah abad itu seringkali datang ke rumah untuk urusan pekerjaan atau hanya mengobrol dan bermain catur dengan ayahnya.
Alyxa sendiri tidak begitu dekat dan kenal dengan Jessica. Ia hanya sesekali mendengar cerita dari ayahnya atau media elektronik yang memberitakan Jessica sebagai perempuan muda yang sukses di dunia bisnis makanan.
"Kapan kamu balik dari luar negeri, Al?" Tanya Jessica saat obrolannya dengan Panca selesai. Senyum manis tidak luntur dari bibir Jessica yang hari ini berwarna merah.
"Baru beberapa hari yang lalu." Alyxa membalas senyum Jessica tak kalah manisnya. "Oh iya, dengar-dengar kamu mau bertunangan dengan kekasihmu itu ya?" Seru Alyxa begitu ia ingat kabar yang sempat dia dengar.
Dengan wajah bahagia dan semburat di pipinya, Jessica menganggukkan kepala. Membenarkan informasi yang Alyxa dengar. Entah kenapa, sampai saat ini jika ada yang bertanya perihal pertunangannya, Jessica akan bersemu. Dia sendiri masih terkejut karena kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama lima tahun ini, secara tiba-tiba mengajaknya bertunangan. Bahkan cincin yang diberikan kekasihnya sudah tersemat di jarinya. Acara yang akan diadakan hanya sebagai simbolis jika keduanya sudah terikat tali pertunangan.
Alyxa langsung memeluk Jessica sebagai tanda selamat, dan Jessica membalas pelukan Alyxa dengan senang hati. "Aku ikut bahagia dengernya. Aku doakan semoga setelah bertunangan, kalian secepatnya ke pelaminan ya," ujarnya tulus.
Alyxa mengurai pelukannya dan lanjut berjalan ke arah meja mereka. Jessica ikut bergabung dengan Alyxa dan Panca. Ketiganya mengobrol tentang konsep pertunangan Jessica atau saling berbagi pengalaman di dunia bisnis. Melihat Alyxa yang bisa mengobrol sebebas ini memunculkan kelegaan di hati Panca. Setidaknya Alyxa punya satu teman baru yang tidak menghiraukan latar belakang putrinya.
*****
Tbc...
Terus tekan bintang dan jangan lupa sarannya!
Lagi musim apa ditempat kalian?
Disini musim flu sama diare, malem juga dingin banget.Semoga sehat selalu... aamiin
Jum'at, 21 Juni 2019
Dhya♥

KAMU SEDANG MEMBACA
SALAHKAH?
ChickLitTak pernah terbayangkan walau hanya sekali, bahwa hidupnya melenceng jauh dari bayangan nya selama ini. Mungkin sebuah rintangan itu hal biasa. Tapi yang ini tidak lagi menjadi hal biasa baginya. Namun itu dulu, sebelum makhluk kecil itu merubah d...