Tak melulu tentang tawa,
Ada banyak hal,
Namun tak sebanyak itu yang diingat,
Dan keputusannya ada padamu,
Mau diingat atau dibiarkan ada tanpa dibuka.~Kenangan~
*****
Langit malam ini begitu gelap. Tidak ada cahaya yang mampu memberi warna dan mengalahkan gelapnya langit. Udara yang berhembus terasa sangat dingin dan menembus pakaian yang orang-orang pakai. Tak terkecuali segerombolan manusia yang sedang berkumpul di halaman salah satu rumah yang ada di kompleks tersebut, rumah yang seakan-akan cerminan dari istana versi modern.
Ada beberapa mobil yang diparkir di dekat orang-orang tersebut. Beberapa dari mereka mengenakan seragam yang sama, menunjukan bahwa mereka bekerja untuk instansi yang sama juga. Suasana disana terasa menegangkan, mereka membahas sesuatu yang begitu penting dan harus segera ditangani.
Salah satu pria yang memiliki wajah lebih dewasa memberi perintah kepada yang lainnya. Sesaat kemudian yang lainnya bergegas masuk ke dalam mobil masing-masing. Dan satu persatu mobil itu meninggalkan halaman rumah mewah tersebut.
"Bapak tenang saja, kami akan berusaha dengan segenap kemampuan kami," ujar pria yang tadi memberi perintah pada bawahannya.
Raut wajahnya nampak tegas dan tegang. Matanya memandang siapa saja dengan tajam terbalut aura kepimpinan yang tidak terbantahkan.
Sedangkan pria yang di ajak bicara lebih memilih diam dan menyembunyikan perasaan khawatir dan gelisahnya. Ia punya tanggung jawab menjaga wanita di sebelahnya agar tetap tenang. Dirinya boleh saja khawatir berlebihan, akan tetapi dia harus bisa menekannya. Menjaga kewarasannya agar tetap stabil menjadi hal yang sulit ia lakukan. Padahal dulu ketika ia menghadapi klien bisnisnya yang seorang psikopat, dia yang kala itu berusia dua puluh tiga tahun sanggup menjaga ketenangannya.
Tapi sekarang berbeda.
Bagian dari dirinya kini terancam keselamatannya. Bahkan dirinya sudah bersumpah, akan memburu siapa saja dalang di balik kejahatan ini. Dia pria biasa yang tidak akan bermurah hati pada siapa saja yang berani mengusik kehidupannya. Orang-orang di negeri ini tahu ... bahwa pria tersebut tidak sebaik yang terlihat sebelumnya.
****
Jeritan kesakitan itu terdengar begitu menyayat. Arahnya dari sebuah lahan terbengkalai yang di tengah-tengahnya berdiri sebuah rumah yang ditinggalkan pemiliknya. Ilalang yang tumbuh subur membantu penguasa rumah itu untuk menyamarkan keberadaan mereka. Letaknya di pinggiran kota dan tak ada lagi masyarakat asli daerah ini yang tinggal di daerah itu.
Sengketa.
Menjadi alasan kenapa wilayah ini kosong oleh hiruk pikuk kehidupan bermasyarakat. Sengketa yang di menangkan pemerintah memaksa masyarakat mencari tempat lain untuk menyambung hidup.
Akan tetapi, sudah satu tahun berlalu sejak putusan pengadilan, daerah ini tak kunjung di rawat juga. Rencana pembangunan rumah sakit kini masih menjadi sketsa tanpa kejelasan. Membuat tempat itu menjadi sarang preman dan anggota geng motor anarkis.
Tiap malamnya akan ada suara ricuh dan jeritan kesakitan dari rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya. Entah suara itu berasal dari pengujian keanggotaan geng atau para preman yang sedang bermain judi dan mabuk-mabukan.
Atau bahkan mereka menemukan mangsa, yang akhirnya menjadi sasaran empuk untuk melampiaskan amarah ... seperti malam ini.
Sudah lebih dari sehari dia diikat dan disiksa. Dirinya tidak tahu pasti berapa lamanya mereka terus memberi luka di tubuhnya. Bahkan ia sendiri mulai kehilangan kendali akan tubuhnya. Dia boleh saja merasa diambang kematian, tapi ia tidak akan memohon pengampunan pada orang yang sepengecut mereka. Dirinya tahu pasti, bahwa penyiksaan ini adalah bentuk ancaman, agar ia menutup rapat mulutnya.
Rahasia yang semestinya dia ungkap ke publik. Melibatkan orang-orang yang saat ini sedang berdiri di puncak.
Dia diikat diatas kursi kayu. Ikatannya tak pernah dilepaskan meskipun saat ia disiksa. Terlalu lama diikat membuatnya tidak lagi merasakan perih, saat tali kasar bertemu dengan kulitnya.
Apalagi mereka membiarkan tubuh atasnya polos dan menampilkan kulit kecokelatan yang penuh luka campuk.
Orang-orang yang mungkin dapat melihat keadaannya pasti mengira dia sudah mati. Tapi mungkin lebih tepatnya di ujung kematian. Namun dia belum ingin mati, sebelum membalas perbuatan orang yang telah mengurungnya.
Telinganya yang masih berfungsi normal tiba-tiba mendengar langkah kaki dan sesuatu yang sepertinya ditarik. Kedua matanya masih terpejam karena rasa lelah dan kantuk yang mendominasi tubuhnya. Lalu suara tadi menghilang, menciptakan sepi yang mencurigakan. Membuat ia bertanya dalam hati, ada apa sebenarnya?
Padahal kurang lebih baru lima menit bajingan-bajingan itu pergi setelah menyiksanya. Jadi bisa dia pastikan bahwa mereka datang bukan untuk menyiksanya. Entah dugaannya benar atau tidak, ia merasa mereka menyiksa dirinya dengan sesuai jadwal. Itu perkiraannya setelah berhari-hari disini.
Belum sempat ia menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri, dia dikejutkan oleh suara pintu dibuka dengan kasar dan sesuatu yang dilempar ..., jatuh di dekat kakinya.
Setelah itu pintu kembali ditutup dan dikunci dari luar. Rasa penasarannya meningkat, dia setidaknya sudah menduga bahwa sesuatu itu bukan makanan.
Selama dirinya disekap disini, tidak pernah sekalipun pengecut-pengecut itu memberinya makan dan minum. Mereka bilang dengan berpuasa maka dia akan memilih tutup mulut dari pada membuang tenaga untuk terus mengoceh dan meminta tolong.
Ya jelas saja, tidak akan ada orang baik yang mendengar dan menolong orang asing sepertinya. Benar bukan?
Memangnya siapa yang mau menyodorkan nyawanya dengan datang ke markas preman demi menolong orang asing?
Lagipula dia cukup tahu diri bahwa dengan dirinya berteriak minta tolong, para pengecut itu malah makin senang dan punya hiburan tambahan. Maka dari itu dia tidak mau melakukannya.
Dengan perlahan dia mencoba membuka mata. Agak susah dirinya memfokuskan pandangannya karena nutrisi yang terus berkurang. Menurunkan fungsi indera penglihatannya. Dia masih berusaha mencari objek apa yang mereka lemparkan di dekat kakinya.
Oh Tuhan! Kini ia seperti orang buta yang baru saja operasi mata. Bajingan itu memang harus mendapat balasan. Ia bersumpah jika ia selamat, dirinya akan menghabisi semua orang yang membuatnya seperti ini.
Belum selesai ia membuat daftar apa saja yang akan dirinya lakukan jika selamat, pandangannya yang kembali pulih menemukan objek yang ia cari. Tapi raut wajahnya langsung menunjukkan keterkejutan, ia terperangah. Menatap tubuh seseorang yang meringkuk tak sadarkan diri dengan tubuh diikat dan penuh luka.
Jika dia bisa melihat keadaan dirinya sendiri, ia pasti akan membandingkan dengan sosok tersebut. Tapi dia tak bisa.
Baju berwarna merah itu sudah robek disana-sini. Celana jeans yang dipakai orang tersebut kondisinya lebih baik daripada baju merah itu. Bisa dia lihat dibeberapa tempat, warna merah itu lebih pekat dari yang lainnya. Darah. Tubuhnya terlihat tinggi meskipun masih tinggi dirinya. Perawakannya kurus dengan kulit berwarna kuning langsat yang tampak kusam, tapi tak bisa menyembunyikan kulit halus yang terawat. Rambutnya pendek dan itu membuat dia langsung kebingungan karena potongan rambut pendek itu begitu terlihat asal-asalan.
Lalu sebuah pertanyaan muncul di pikirannya.
Apa orang itu mangsa baru?
Dan..., dia laki-laki atau perempuan?
******
Tbc...
Terima Kasih
Ditunggu saran dan masukannya ya...2Mei2019
Love you,Dhya♥
5Mei2019*

KAMU SEDANG MEMBACA
SALAHKAH?
ChickLitTak pernah terbayangkan walau hanya sekali, bahwa hidupnya melenceng jauh dari bayangan nya selama ini. Mungkin sebuah rintangan itu hal biasa. Tapi yang ini tidak lagi menjadi hal biasa baginya. Namun itu dulu, sebelum makhluk kecil itu merubah d...