T I G A : Hari Baru

19 2 0
                                    

Makasih vote kalian di part sebelumnya, apapun support kalian itu bagiku sangat berharga!!!

Kritik dan sarannya kutunggu....

Selamat membaca!!!!

*****

Bagi beberapa orang, banyak yang beranggapan bahwa menjadi bagian keluarga Biantara, pastinya sangat beruntung. Bagaimana tidak? Karena hampir seluruh penduduk negeri tahu siapa itu tuan Biantara. Pengusaha yang bukan lagi sukses, lebih dari itu. Rasa kepeduliannya yang tinggi pada mereka yang kurang beruntung dari dirinya sendiri. Hingga tak sedikit yang mengidolakan keluarga Biantara.

Pastinya di dunia ini keindahan dan kemakmuran sesempurna apapun tidak ada sampai benar-benar mencapai seratus persen. Kecuali jika kamu pintar-pintar bersyukur. Sehingga semua yang terasa kurang pun menjadi lebih dari sekadar cukup. Tapi bersyukur bukan berarti membuat kita berhenti dalam mengusahakan yang lebih baik. Begitu pikir Panca Biantara.

Panca mengakui bahwa dirinya jauh dari kata benar-benar taat. Masih banyak orang yang lebih taat pada Tuhannya dibandingkan Panca. Baginya setiap manusia punya masa kelamnya sendiri. Tinggal bagaimana kamu menyikapi. Mau dijadikan pelajaran hidup atau jalan hidup. Sudah pasti lebih baik dijadikan pelajaran hidup. Ya kan?

Seperti apa yang di alami putrinya. Yang kini keluarganya jadikan pelajaran hidup untuk melangkah ke depan. Karena percuma berandai-andai, hanya menyisakan luka yang terus menumpuk tanpa sanggup bangkit berjalan mencari kebaikan.

Setelah perbincangan tadi malam perihal mimpi buruk Alyxa, dia sudah bertekad. Bahwa kini saatnya meninggalkan mimpi buruk itu di belakang. Mengabaikannya, sebagaimana ia menyikapi bunga tidur. Alyxa yakin pada perkataan ayahnya. Dia tak sendiri, ada kedua orang tuanya serta Naresh, putranya.

Hari baru dengan semangat baru sudah Alyxa mulai sejak ia menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Lalu dia membereskan beberapa barang yang ikut dia bawa pulang. Setelah itu dia membangunkan Naresh, memandikan putra kecilnya seperti rutinitas nya selama ini.

Sarapan pertama sejak kepulangannya kemarin pun terasa lengkap. Atau bisa dibilang lebih dari kata lengkap. Ada aura baru yang mengelilingi Alyxa, sesuatu yang menyegarkan dan seolah penuh hal positif. Hingga menguar dan dapat dirasakan dengan mudah oleh Panca dan istrinya. Mereka bahagia, mengetahui putrinya perlahan kembali ceria. Melepas satu persatu hal yang selama ini membebani langkahnya.

Alyxa membalik lembar majalah yang ia baca. Dia sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga dengan meja penuh cemilan di dalam toples. Di sisi kanannya Palupi duduk di single sofa tengah memperhatikan layar televisi. Sedangkan Naresh duduk di hadapan Alyxa, fokus pada lego miliknya.

"Mama jadi minta Alyxa datang ke kantor buat nemenin papa makan siang?" Tanya Alyxa tanpa mengalihkan matanya dari majalah.

Pagi tadi selepas ayahnya berangkat ke kantor, ibunya langsung meminta Alyxa meluangkan waktunya--yang memang luang--untuk menemani makan siang ayahnya. Dan tanpa perlu berpikir dua kali untuk Alyxa menyetujui.

"Jadi dong. Papa kamu itu makin tua kok makin susah di suruh makan. Mama-kan jadi khawatir berlebihan," keluh Palupi yang selalu di buat kesal jika suaminya sudah lupa makan. Lagipula istri mana yang senang melihat suaminya mengabaikan hal penting? Tentu saja makan juga termasuk hal penting.

Naresh melirik neneknya sebentar lalu kembali merangkai lego baru, salah satu buah tangan dari Alyxa. Lagipula tidak baik mencampuri urusan ibu dan neneknya. Bermain lebih mengasyikan, betul kan?

Alyxa tersenyum geli dibalik majalah. Ayahnya pernah mengatakan padanya bahwa dia takut jika ibu sudah mengomel tentang betapa pentingnya makan dan bahaya-bahaya melewatkan jadwal makan. Bukan tanpa alasan ibunya begitu gigih mengingatkan ayahnya, karena sebenarnya beberapa kali ayahnya dilarikan ke rumah sakit karena bertambah buruk pola makannya.

Terdengar helaan napas dari ibunya, Alyxa menurunkan majalahnya memandang wanita yang begitu berharga di hidupnya.

"Kalo liat papamu sakit, mama selalu merasa gagal menjadi istri yang baik untuk papamu," lirih Palupi sedih.

Alyxa tersenyum haru, dia menjadi salah satu saksi cinta kedua orang tuanya. Dia tak akan bosan berdoa untuk kesehatan dan kebahagiaan kedua orang tuanya. Agar mereka diberi kesempatan melihat dirinya membangun rumah tangga. Meski kini Alyxa belum memiliki calon pendamping hidup. Eits tunggu dulu! Alyxa bukan jomblo ... ya, dia itu single.

****

"Boss, kami sudah selesai mengumpulkan semua informasi yang selama ini kita cari!" ujar pria yang baru saja duduk di depan seniornya.

Pria yang tadi di panggil 'boss', tersenyum miring. Dia segera menerima amplop besar dari tangan juniornya. "Bagus. Tuan pasti senang, bonus kalian bakalan masuk sebentar lagi!"

Nada bicaranya memang santai, tapi ada sesuatu yang membuat siapa saja yang mendengar pasti merinding. Meskipun dia berbicara dengan rekan kerjanya sekalipun. Tidak ada minat baginya untuk sekedar beramah-tamah.

Keduanya saat ini duduk di salah satu meja di sebuah cafe. Mereka sengaja memilih meja di luar agar bisa merokok, serta menghindari lebih banyak pasang telinga yang mendengar pembicaraan keduanya. Junior nya itu satu jam yang lalu sempat menelepon, dia meminta bertemu dengannya. Tanpa bertanya, dia tahu bahwa ada hal penting jadi dia memutuskan bertemu di cafe ini. Walaupun suasana ramai saat jam makan siang seperti ini memiliki banyak resiko. Letak cafe yang berseberangan dengan gedung agensi serta kantor-kantor besar membuat banyak karyawan yang memilih cafe yang sedang mereka kunjungi. Musuh mereka tidak sedikit dan tak bisa diremehkan, jadi mereka dituntut untuk mencegah kebocoran informasi.

Tapi, siapa juga yang akan memeriksa daun satu persatu untuk menemukan anak bunglon yang menyamar?

*****

Tbc...

Makasih yang udah vote di part sebelumnya ♡♡♡
Terus vote ya!!☆

Love you,♥

Dhya

Sabtu, 15 Juni 2019

SALAHKAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang