ㅡ008 (A)

1.7K 332 20
                                    

Cewek yang saat ini tengah memoleskan blush on di pipi itu bersiap-siap untik naik ke atas panggung saat peserta yang saat ini tengah membacakan puisi hampir selesai. "Jaf, udah cantik belum?" tanya Brigita sembari memberikan senyuman terbaik kepada seorang Rajaf.

Rajaf yang diberi senyuman itu tentu saja tidak akan terpesona. Tetapi dia hanya menganggukkan kepala. Sudah malas kalau harus kembali berdebat dengan Brigita.

Ah, kenapa ada Rajaf? Tentu saja dia memaksa cowok itu untuk menontonnya. Dia tidak mau datang tanpa seseorang yang menontonnya.

Iya, sih, di sini banyak manusia yang menonton. Tapi itu bukan anak kelasnya. Brigita memang sedikit dendam, teman-temannya sungguh tidak tahu diri. Sudah menyuruhnya ikut, masih bagus Brigita mau! Eh, sekarang tidak ada yang datang untuk mendukungnya―setidaknya tepuk tangan atau teriakkan boleh juga. Begini-begini, dia juga butuh support untuk membanggakan kelas buangan itu. Awas saja sampai Brigita bisa lolos dan teman-temannya yang norak itu tidak mendukungnya. Dia tidak akan mau lagi membantu mereka. Sudah norak, merepotkan lagi!

"Semangat ya, Brigita," suara itu terdengar mendayu, lemah lembut yang seharusnya membuatnya tersenyum tetapi ia malah ingin muntah.

Iya, itu Sashi. Cewek itu diajak oleh Rajaf untuk menonton penampilannya.

"Oke," balasan Brigita sungguh tidak niat. Dan itu juga terlihat dari raut songgongnya yang tidak membalas senyum ramah Sashi dengan senyuman melainkan putaran bola mata malas seakan-akan berkata 'kamu lagi-kamu lagi'.

"Bilang makasih gitu. Udah bagus Sashi mau ke sini," timpal Rajaf yang kesal akan kelakuan Brigita.

"Hih, lagian siapa juga yang minta dia dateng ke sini. Bukan aku, kan?"

Belum sempat Rajaf membalas perkataan Brigita, sebuah suara yang tidak ia harapkan terdengar ke telinganya.

"Baby ... semangat!"

Itu suara Haris.

Si pejuang cinta yang bagi Brigita sungguh norak dan menyebalkan.

"Semangat, ya, Brigita! Kalau lolos aku ajak dinner besok Sabtu, deh. Kan, lumayan buat konten Instagram kamu."

Brigita tersenyum culas. "Boleh, deh! Lumayan gratis. Tapi bertiga, ya? Sama Rajaf?" Brigita mengerlingkan matanya nakal yang langsung direspons dengan sebuah gelengan baik oleh keduanyaㅡRajaf maupun Harisㅡyang tentu memiliki arti berbeda. Rajaf menggeleng karena lelah Brigita kambuh sedangkan Haris menolak ide pujaan hatinya. Dia kan ingin mengajak Brigita untuk kencan, bukan makan bersama-sama apalagi ditambah adanya Rajaf. Dia tidak sudi.

"Ya berdualah, Bri! Kalau sama si anak pembantu ini bukan malam minggu namanya!" protes Haris dengan kesal karena lagi-lagi usahanya gagal.

"Tapi aku maunya sama Rajaf. Jadi gimana, dong? Aku sama dia kan udah kayak Upin dan Ipin yang selalu bersama." Brigita kembali meladeni protesan Haris dengan santai. Terkesan bercanda meski dia tahu lawan di depannya bukan orang yang mudah.

Belum sempat Haris melemparkan kembali bumerangnya, nama Brigita sudah dipanggil oleh sang pembawa acara untuk naik menampilkan bakatnya.

Tepuk tangan riuh sebagai formalitas menyambut kehadira Beigita yang kini nampak tersenyum sopan di depan dewan juri. "Perkenalkan saya Brigita Atmarianti dari kelas 10 IPA 4 akan menampilkan salah satu tembang jawa," kata Brigita memulai intro perkenalannya.

Semua orang mulai saling menatap saat mendengar Brigita akan menyanyikan tembang jawa yang diketahui cukup sulit. Dan siapa yang menyangka, sosok seperti Brigita, dengan tampang cewek modis yang kekinian tahu yang namanya tembang jawa. Rajaf yang ikut menontonnya pun hanya menggeleng tidak percaya, bahkan karena menantikan penampilan cewek itu yang ia kira akan memalukan, dia hingga tidak sadar bahwa Sashi sudah pergi mengundurkan diri.

Tanpa perlu waktu lama, Brigita memulai untuk menyanyikan tembang jawa yang biasa dilakukan saat ujian praktik bahasa jawa. Cewek itu menyanyikan tembang macapat dengan begitu baik. Menghayati tiap bait lagu itu dan tersenyum pada seseorang di belakang sana. Seseorang yang kini tidak jadi dia tertawakan karena realitanya, dia menikmati suara cewek centil dan sinting itu.

'Gusti, kuwi suara bidadari tapi kok kelakuane koyok setan?' batin Rajaf mempertanyakan mengapa Setan Stroberi itu memiliki suara seindah bidadari. Karena seingatnya, saat Brigita iseng bernyanyi di hadapannya, suara cewek itu begituㅡ hingga tidak dapat dijelaskan. Masih bagus fals, ini sama sekali tidak dapat didefinisikan dan melihat cewek itu menyanyi dengan begitu indah.

Rajaf terpukau.
Dia tidak percaya.
Brigita bena-benar pandai bernanyi.
Bukan hanya bualan semata.
Dan dia sudah meremehkan cewek itu.

***

Kali ini tepuk tangan riuh bukan hanya sebagai formalitas, melainkan juga bentuk penghargaan dan apresiasi atas suara merdu Brigita.

"Saya baru tahu ternyata suara kamu bagus. Saya kira hanya bisa bikin guru-guru pusing."

Cewek itu tersenyum sopan, berterima kasih saat juri memujinya―meski juga terdapat sindiran bahwa dia hanya mampu membuat guru di sekolah pusing atas tingkah lakunya. Setidaknya, dengan tampil begini dia bisa memplester semua netizen sekolah yang hobi nyiyir akan kelakuannya.

"Saya boleh minta sesuatu? Coba kalau kamu nyanyi lagu pop. Lagunya bebas mau apa," pinta juri lainnya meminta Brigita untuk menyanyikan lagu pop. Cewek itu menurutinya, dan menyanyikan sedikit reff dari lagu band kesukaannya.

Selesai menyanyikannya, para juri hanya menganggukkan kepala sembari kembali memuji bahwa suara cewek itu bagus. Brigita turun dari panggung saat dipersilakan oleh pembawa acara. Saat turun, tujuan Brigita sudah pasti pada satu orang di barisan paling belakang penonton. Dengan langkah kecilnya namun berlari, Brigita menghampiri Rajaf. Tersenyum sombong sembari mengibaskan rambutnya.

"Gimana suara aku, Jaf? Oke, kan?"

Itu bukan pertanyaan. Melainkan pernyataan dari mulut Brigita yang meminta seorang Rajaf untuk mengakui bahwa suara miliknya te-o-pe-be-ge-te alias top banget. Tanpa gengsi, Rajaf menganggukkan kepala mengakui. Tak sungkan, dia berkata dengan jujur.

"Itu suara kamu bagus tapi kok kelakuannya kayak setan?"

Kuampret! Brigita mengumpat di dalam hati.

Kemudian membalas ucapan Rajaf dengan raut wajah sedih. "Kamu kok jujur banget, sih, Jaf? Aku ngambek, nih! Kalau cewek ngambek menurut pedoman kekinian yang gaul dan hits, cowoknya bakal minta maaf terus bawa kejutan. Kan, repot! Duit aja nggak punya masa kamu mau kasih kejutan?" Rajaf sudah akan membalasnya. Namun, Brigita kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku nggak level sama bunga, lho! Ya, kali! Dipikir bunga bisa bikin kenyang? Mati juga nanti!" hardiknya seakan-akan Rajaf akan memberikan bunga pada dirinya.

Rajaf berdecak, meletakkan jari telunjuknya di dahi lebar Brigita lalu mendorongnya pelan. "Bangun, Bri! Jangan kebanyakan ngayal! Nanti kamu tambah sinting, aku makin repot."

Bukannya tersinggung Brigita kembali berulah. "Nggak, kok! Brigita bakal nurut sama Mas Rajaf buat nggak banyak ngayal. Khayalan aku kan udah jadi kenyataan."

Rajaf diam tidak menanggapi Brigita.

"Tanyain dong apa yang jadi nyata, Rajaf!" pekik Brigita gemas karena tidak ditanggapi oleh Rajaf.

"Apa? Puas?!" sungut Rajaf walau dia tetap saja menuuti permintaan Brigita.

"Jadi pacar kamu. Kapan lagi coba seorang Brigita turun pasaran mau sama orang kayak kamu?"

21/12/2018

hehe. iya brigita ngeselin. sampai jumpa dari manusia yg sedang mengejar target supaya cerita ini bs cepet kelar lol.

Pretty RebelliousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang