ㅡ003

2.8K 456 62
                                    

Malam hari, Brigita sudah dandan secantik mungkin karena dia bersungguh-sungguh mengajak kencan Rajaf. Menunggu Rajaf pulang dari masjid yang tidak jauh dari rumah, Brigita memilih untuk memainkan ponselnya. Satu pesan masuk dari penggemar utamanya yang bernama Haris Mangkubumi. Teman satu angkatan yang begitu gencar mendekatinya dan tidak tahu malu untuk menunjukkannya hingga membuat cewek cantik itu kesal bukan main. Selain namanya yang begitu berat, bagi Brigita, si Haris Mangkubumi itu juga memiliki obsesi yang terlalu berat kepadanya. Namun sayangnya, otak cowok itu tidak seberat namanya, terlalu ringan hingga membuat posisinya berada pada peringkat paling bawah angkatan.

Haris : Hi, Bri.

Haris : Udah makan?

Bree : Ngapain tanya-tanya?

Bree : Kayak mau ngasih makan aja!

Brigita langsung memasukkan ponselnya saat sosok yang ditunggu mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah. Cowok yang baru pulang dari masjid perumahan itu langsung menghempaskan pegangan Brigita saat cewek itu menarik-narik Rajaf.

"Mau ke mana, sih?! Aku banyak tugas, Bri!" Rajaf memang satu tingkat lebih tinggi daripada Brigita.

"Kencan, Mas Rajaf. Kan, Brigita udah bilang tadi sore." Rajaf bergidik ngeri melihat Brigita tiba-tiba memanggilnya dengan sapaan hormat berupa 'Mas" meski memang seharusnya begitu karena cowok itu duduk di bangku kelas sebelas, sedangkan Brigita baru saja memulai masa putih abu-abunya.

"Males. Enggak waras lama-lama kalau deket kamu terus." Rajaf berlari ke kamarnya, mengunci kamar itu dan membiarkan Beigita mengetuk pintunya yang diabaikan begitu saja oleh Rajaf.

Mengetahui Rajaf tidak akan mengikuti permintaannya, Brigita berjalan menuju teras rumah. Duduk di kursi kayu sembari ber-selfie ria karena merasa sayang pada dandanannya yang sudah cetar membahana.

"Miaw ... miaw ... miaw."

Suara sebuah kucing kampung berhasil membuat Brigita terlonjak. Posisinya langsung berubah menjadi turun dari kursi kayu dan bergerak mendekati kucing cantik itu untuk mengusirnya.

"Hush! Minggir kamu pus!" teriak Brigita sembari menggerakkan tangannya seakan kucing itu manusia.

"Woi! Minggir sana pus!" kata Brigita lagi mengusir kucing bercorak putih abu-abu itu. Kucing berukuran sedang mengabaikan Brigita seakan wajah sombong serta seram itu tidak nampak menyeramkan malah mengajaknya untuk semakin masuk ke dalam rumah.

Brigita yang ketakutan dan sok ide berlari ke arah meja makan untuk mengambil tempe goreng yang ada di sana. Berjalan mundur, ia mencoba menarik minat si kucing dengan tempe yang berada di genggamannya. Saat sang kucing terus mengikuti, Brigita meletakkan tempe itu di depan rumah sehingga sang kucing tidak akan masuk kembali ke dalam rumahnya. Bukannya kembali, Brigita ikut duduk saat kucing itu membaui tempe goreng yang diberikannya. Saat sadar bahwa itu bukan makanan yang dia mau, kucing tersebut kembali masuk membuat Brigita berteriak dengan kencang menyerukan nama Rajaf.

"RAJAAAAAF!"

"RAJAAAAAAAF!"

"JAAAAAF!"

Brigita semakin menggila manakala kucing itu malah berniat mengejarnya, membuat dirinya sudah berdiri di atas kursi dan berteriak ketakutan ketika si kucing mencoba naik dan menggapainya. Rajaf yang merasa sangat terganggu langsung menghampiri asal suara titisan setan itu. Reaksi yang diberikan Rajaf hanyalah menggelengkan kepala saat mengerti alasan seorang Brigita berteriak kesetanan saat melihat seekor kucing yang kini mencoba ikut naik ke atas kursi.

Pretty RebelliousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang