ㅡ011

1.6K 313 35
                                    

Di dalam kamar, Brigita menggigit kuku ibu jarinya. Merasa sedikit bersalah atas apa yang sudah ia lontarkan akibat emosinya yang hampir tak terkendali―bahkan sudah lepas sedikit. Berjalan mondar-mandir, cewek itu berpikir hal apa yang bisa dia lakukan untuk meluluhkan hati Rajaf sampai akhirnya sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya.

Dengan senyum ceria tanpa dosa, Brigita keluar dari kamar menuju kamar Rajaf. "Rajaf, Rajaf!" panggilnya dengan suara melengking yang membuat cowok itu keluar dari kamar saat teriakan ketiga lolos dari bibir Brigita.

"Kenapa? Mau ngambek lagi?!" tukas Rajaf masih kesal dengan tingkah Brigita yang tidak sopan terhadap ibunya. Dengan ekspresi sok polos, Brigita menggelengkan kepala. Kemudian tangannya terulur, membuat Rajaf kini gantian menatap bingung Brigita.

"Kenapa kamu?"

"Ish, siniin tangan kamu!" Brigita menarik tangan Rajaf agar terulur, kemudian menjabat tangan itu dengan tatapan yang penuh dengan rasa tulus.

"Kita baikan," Rajaf sudah hendak menganggukkan kepalanya, namun urung mendengar lanjutan ucapan Brigita, "aku tahu kok, kamu pasti marah dan cemburu gara-gara Rei. Dia bukan siapa-siapa, kok! Kamu nomor satu di hati aku!"

Rajaf menyentak tangan Brigita, pura-pura muntahㅡkemudian merasa bodoh karena menanggapi otak sinting Brigita.

"Ada lagi, nggak? Pergi sana kalau udah!"

Brigita menggelengkan kepala, lalu berbalik untuk meninggalkan Rajaf dan kembali memutar arah badannya sembari memanggil nama cowok itu.

"Jaf!"

"Apa lagi?"

"Aku kasih, nih!"

Sebuah kecupan jarak jauh atau flying kiss tertuju pada Rajaf. Melihat hal itu, kontan saja Rajaf mengernyit jijik dan melakukan gerakan berpura-pura mengambil ciuman itu dan membuangnya.

Tak lama, debaman pintu kamar terdengar yang membuat Brigita terbahak karena keisengannya berhasil membuat Rajaf sedikit luluh. Walau Brigita sadar, Rajaf masih memendam kekesalan padanya. Meski begitu, Brigita cuek. Dia akan tetap terus menggoda Rajaf, si bukan saudagar arab yang seperti gula jawa.

***

Keesokan harinya, asyik menonton televisi, ponsel Brigita berbunyi yang menandakan datangnya pesan baru. Tanpa tedeng aling, cewek itu segera mengecek layar ponselnya yang menunjukkan pesan dari OA OSIS sekolahnya mengenai pengumuman lomba penampilan bakat.

Tanpa perlu waktu lama, Brigita segera membuka link dokumen yang ada dan mencaru namanya. Setelah membaca satu per satu dari atas, ia menemukan namanya terpampang di daftar peserta yang lolos dan membuat dirinya lepas kendali dengan berteriak kegirangan.

Langkah kaki Brigita bahkan kini menghampiri Rajaf yang berada di dalam kamarnya kemudian mengeluarkan lengkingan bahagianya mengabarkan bahwa dia lolos ke babak selanjutnya.

"Mas Rajaf, aku lolos, nih! Makasih lho semangatnya kemarin meski wajahnya jutek kayak satpam kompleks." Brigita tersenyum manis, senyuman itu pudar seiring dengan munculnya seringaian di wajah cantik itu.

"Udah tahu! Keluar sana!" Rajaf yang sedang tidur-tidur ayam di atas kasur menyuruh Brigita untuk pergi.

Mengabaikan perintah Rajaf, cewek itu malah menggodanya. "Cie, udah tahu! Perhatian banget sih, Mas Pacar?"

Mendengar jawaban Brigita, Rajaf hanya melotot. Melenggang pergi meninggalkan cewek yang sedang merasa bahagia itu.

Brigita sudah menebak bahwa dirinya akan lolos. Suaranya memang tidak perlu diragukan. Kalau sampai dia tidak lolos, malah hal itu yang perlu dipertanyakan. Masih asyik dengan rasa euforia atas kelolosannya serta rasa senang mampu membuktikan pada semua orang bahwa dia masih memiliki kemampuan yang memukauㅡtidak hanya sensasi kenakalan, Brigita harus meghentikannya saat suara seseorang memanggilnya dari depan rumah.

Pretty RebelliousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang