ㅡ001

7.2K 685 67
                                    

Let's meet our pretty rebellious, Brigita Atmarianti.

Sosok yang saat ini tengah menahan kobaran api yang membuncah di dada akibat melihat―bukan―pujaan hatinya yang mengobrol dan tertawa bersama sosok cewek yang sangat tidak asing di matanya. Dengan langkah kaki yang begitu semangat sampai menarik perhatian beberapa orang, cewek pecinta segala hal berbau stroberi itu mendekati sang tersangka.

"Rajaf!" pekikan itu berhasil membuat Rajaf yang duduk bersama teman-temannya langsung mengalihkan perhatiannya untuk menatap seseorang yang kini sudah berkacak pinggang di sebelah meja makan kantin sekolah. "Kok sama dia lagi?" lanjutnya dengan lirikan maut menatap cewek yang duduk di hadapan Rajaf.

Kesal karena yang ia maksud tidak juga menangkap sinyal bahwa Rajaf adalah miliknya, jari telunjuk Brigita teracung, menunjuk sosok itu sembari berkata, "Iya, kamu! Jangan deket-deket Rajaf terus, deh! Kayak enggak ada cowok lain!"

Sashi yang mendapatkan cacian seperti itu di tempat umum langsung tersenyum sinis. Menatap adik kelasnya dengan rasa ikut tidak suka dan menurunkan jari yang mengarah kepadanya. "Sebelum kamu bilang begitu, kamu nggak lihat kita di sini rame-rame? Berhenti bersikap seakan Rajaf punya kamu, deh!"

Rajaf yang menjadi pokok pertengkaran di antara dua cewek itu langsung berdiri dari bangkunya. Menatap Brigita dengan tatapan jengah, "Enggak usah mulai, Bri!" katanya.

"Kamu yang mulai ya! Aku udah bilang berapa kali coba―" belum sempat Brigita menyelesaikan omelannya, Rajaf sudah membekap mulut itu. Kemudian membawa Brigita untuk menjauh dari kantin karena dirinya merasa tidak nyaman menjadi bahan tontonannya kakak kelas serta adik kelas yang berada di kantin.

Setelah menjauh dari kerumunan, Rajaf segera melepaskan bekapannya.

Brigita segera menarik napas, kemudian mengembuskannya setelah ia berpikir akan mati karena Rajaf membekap mlut serta hidungnya begitu kencang sampai ia susah untuk bernapas. "Aku sesak napas tahu! Kamu mau tanggung jawab kalau aku tiba-tiba pingsan? Kayak mampu aja buat ngasih napas buatan! Pegangan tangan aja bukan muhrim!" omelnya seakan lupa bahwa tadi pokok permasalahan mereka adalah Sashi.

"Ya memang kita nggak boleh pegangan tangan kali," balas Rajaf ikut kesal.

"Halah, kalau sama Sashi gimana? Jangan suka nglali, deh!" kata Brigita mengeluarkan kata-katanya menggunakan salah satu kosa kata jawa.

"Sashi temen aku, Bri! Dia sama kayak yang lain. Enggak usah berlebihanlah. Dan tolong, jangan larang-larang aku." Rajaf masih memiliki toleransi yang sangat tinggi untuk sikap Brigita. Dia masih sadar diri, siapa dirinya dan siapa cewek yang ada di hadapannya. Kalau mengutip kata-kata Brigita, 'kalau kita ada di jaman peradaban Hindu masuk Indonesia, kamu tuh ibarat kasta sudra, aku kasta brahmana. Enggak level.'

"Jangan sebut nama si Tahu Aci, deh. Kuping aku jadi gatel." Brigita dengan gaya congkaknya meletakkan jari telunjuknya ke dekat telinga, menekan-nekan bagia lubang telinganya berlagak bahwa dirinya benar-benar merasa gatal.

"Aku korekin sini," balas Rajaf kesal serta prihatin atas nasibnya yang harus terikat dengan makhluk astral di hadapannya.

"Nih, buruan!"

Brigita memiringkan kepala. Menyodorkan telinganya kepada Rajaf sesuai perkataan cowok itu yang ingin membersihkan telinganya. Rajaf yang kesal bukan main dengan kelakuan cewek sableng di hadapannya langsung mendekatkan jemarinya, lalu menyentil telinga itu hingga membuat Brigita berteriak kesakitan secara berlebihan.

"Heh, Rajaf! Gua tampol ya lu!" kata Brigita mengikuti salah satu tren akibat audisi iklan biskuit yang membuat Rajaf tertawa kecil.

"Cocok kamu. Nanti kalau ada audisi lagi aku anter, deh."

Pretty RebelliousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang