ㅡ006

1.9K 360 15
                                    

Semua siswa kelas X IPA 4 berhamburan keluar dari ruang kelas ketika jam sekolah usai. Brigita yang masih duduk di tempatnya mengamati jejeran teman-teman noraknya menunggu hingga mereka keluar supaya tidak ikut berdesak-desakan.

"Bri, gimana tawaranku kemarin?" tanya ketua kelasnya yang kemarin menawari Brigita untuk mewakili kelas.

"Oke," balas Brigita singkat.

"Makasih, Brigita."

Brigita hanya mengangguk, mengamati ketua kelasnya yang berjalan menjauh, ia bertopang dagu, kemudian mengotak-atik ponsel, melihat akun Instagramnya yang juga merangkap sebagai akun untuk memberikan rekomendasi atas makanan yang dia pilih. Brigita bercita-cita ingin menjadi food vlogger, tapi sepertinya ia harus rela memendamnya terlebih dahulu dan harus puas dengan sepotong gambar dan tulisan yang memenuhi akun Instagramnya.

Yeah, hari ini Brigita akan pulang sendiri. Rajaf baru saja mengiriminya pesan bahwa dia akan pergi bersama Sashi untuk mencari bahan tugas kelompok. Entah benaran atau hanya karangan, Brigita tidak peduli. Lagi pula, ia lebih suka jika pulang sendiri yang artinya dia bebas untuk ke mana saja tanpa harus diikuti oleh Rajaf.

Rajaf : Langsung pulang! Jangan keluyuran!

Pesan itu hanya dibacanya. Tidak berminat untuk membalasnya apalagi menuruti perintah cowok itu.

Brigita merenung sejenak, berpikir akan ke mana tujuannya setelah ini. Setelah mendapatkan pencerahan, Brigita segera melangkah keluar dari kelas dan menuju halte BRT yang berada tidak jauh dari sekolahnya. Menunggu hampir 15 menit, akhirnya bus berwarna merah itu berhenti di hadapannya, membuatnya segera beranjak untuk menaiki bus itu.

Menkmati duduk di bangku belakang, ia mengamati kota yang ia tinggali untuk beberapa bulan ini dari balik jendela. Sesekali memotretnya dan mengabaikan pandangan beberapa orang yang mungkin menganggapnya haus untuk update sosial media.

Masih asyik mengamati jalanan, ponsel Brigita kini berdering, menandakan sebuah panggilan masuk.

"Halo, Mas?" sapa Brigita sembari tersenyum kecil meski sosok di ujung sana tidak dapat melihatnya.

"Kamu sibuk, nggak? Aku lagi di daerah bawah, nih!" kata sosok itu mempertanyakan keberadaan Brigita.

Cewek itu kemudian menjelaskan di mana keberadaannya, membuat sosok yang meneleponnya berkata, "Oke, aku jemput di sana ya. Sampai jumpa."

Sambungan itu terputus.

Brigita masih tetap anteng di tempatnya, menunggu tempat pemberhentian yang akan menjadi tempat janjiannya dengan sosok yang ia panggil 'mas' itu.

***

Tiba di halte tempat ia berjanjian, Brigita langsung mengirimkan pesan yang mengabarkan bahwa ia sudah sampai. Tak perlu menunggu waktu lama, sebuah mobil SUV keluaran baru berwarna hitam berhenti tak jauh dari halte tempat ia menunggu bersama dengan sosok yang kini keluar dari mobil itu.

Sosok yang melambaikan tangan itu membuat senyum Brigita semakin cerah. Meski kini mereka tinggal satu kota, ia tetap jarang bertemu dengan sepupu jauhnya itu. Masnya terlalu sibuk dengan dunia perkuliahannya.

Langkah kaki Brigita dengan riang menghampiri cowok itu. Ketika sudah dekat, tanpa sungkan Brigita memeluknya.

"Tumben Mas bisa ngajak aku main?" tanyanya sembari melepaskan pelukan. Sebelum menjawab, sepupu jauhnya yang bernama Ghaksa itu menyuruh Brigita untuk masuk ke dalam mobil dahulu.

Di dalam mobil, Ghaksa baru menjawab, "Mumpung ada urusan dan selesainya lebih cepet. Terus inget lo. Ada temen gue tuh. Enggak minat kenalan?" tanya Ghaksa sembari melirik temannya yang duduk di kursi belakang dari kaca mobil yang tergantung di atas.

Pretty RebelliousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang