09.Senja

37 15 0
                                    

Sebelumnya gw mohonmaaf kalau misalnya di chapter ini tuh absurd atau agak - agak gimana, maklumin aja. Bener bener gak ada ide soalnya.

So, happy reading 💘

*
*

******

Ujian Nasional sudah selesai beberapa minggu yang lalu, kini Venissa tinggal menunggu hasilnya saja.

Ia berharap akan lulus dengan hasil nilai yang memuaskan, amin.

Venissa kini berada di balkon menikmati senja yang akan muncul.

Senja?

Dramatis, bukan? Venissa kini mempunyai hobi baru, menatap senja.

Ya, menurut Venisaa, Senja seperti mendekatkannya pada Kent.

Ngomong - ngomong Kent, ia jarang berkomunikasi dengan Kent, hanya beberapa kali saja. Itupun masih terhitung oleh jari.

Kent sudah berada di Prancis selama 5 bulan, kurang lebih.

Kabarnya, Kent sudah sembuh dari penyakitnya dan sekarang sedang dibimbing untuk memimpin perusahaan.

Pendidikan Kent sudah diselesaikan sampai SMA saja, untuk kuliah atau semacamnya ia tak akan mencicipi pendidikan itu.

Venissa menyeruput teh hangatnya dan meletakkan gelas itu di meja. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kayu.

Matanya terpejam dan membayangkan wajah Kent disana, bayangan serta kenangan kenangannya tak luput di rekaman otak Venissa.

Sial, rindu lagi.

Kent tidak mempunyai nomor telepon, jika ingin menghubungi Venissa hanya lewat via Line saja.

Venissa membuka matanya perlahan. Matahari mulai tenggelam dan menampakkan pemandangan indah. Gadis remaja itu menghayati suasana ini tiap detik.

" Rindu ini terus bertambah tanpa tahu cara berhenti. "

Memorinya bersama Kent pun terputar, tanpa izin tentunya.

Senyum teduh yang merekah terpancar oleh Venissa ketika mengingat hari pertamanya dengan Kent.

******
" Venissa, tunggu. " Kent berlari kearah Venissa dan berjalan disampingnya.

Keduanya berjalan ke arah parkiran tanpa ada seorangpun yang membuka obrolan.

" Pulang bareng siapa?. " Kent merangkul bahu teman sekelasnya itu, Yaps. Mereka berada di kelas yang sama, 10 IPS 3.

" Kayaknya taxi gw, mah. Papa sibuk lagi, Mama arisan. Davin juga gak bisa di hubungi. " Venissa mendengus kesal. Tatapannya yang semula di handphone kini berada di arah Kent. Tatapannya seperti mengartikan suatu hal.

" Iya, gw anterin. Haha bisa aja lu melas - melas . Tapi temenin ke Starbucks ya? Nongkrong bentar, lagi cair nih. " Kent menepuk saku celana putih abu - abunya dengan kesan yang pamer.

" Lu cair ga cair tetap aja jauh dari kata rakjel, dasar. Traktir gw ya?. " Venissa memelas lagi. Kent mencubit hidung Venissa pelan. Gemas sepertinya.

Setelah tiba di Starbucks, tempat yang dikunjungi oleh kaum - kaum hobi nongkrong. Kent tiba di meja dengan dua gelas minuman pesanan mereka.

" Ntar, punya kita ketuker gak sih?. " Venissa ingin menyeruput minuman miliknya tetapi matanya tertuju pada gelas yang bertulis ' Kent '. Matanya melirik sekilas ke arah minuman milik Kent, disana tertera namanya. Jelas sekali minuman mereka tertukar walaupun rasanya tetap sama.

BR(OK)ENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang