Tutor

437 11 0
                                    

"Ret, disini emang ada murid yang namanya Ken ya?"

"Ken? Kenzo Alvaro?"

"Iya ada kenapa?"

"Kelas berapa sih?"

"12 IPS 1"

"Lo kenal gak sama dia?"

"Gak kenal sih? sebatas tau aja, lo kenapa sih? kok tiba tiba nanyain Kak Ken"

"Gak, kemaren gue pulang bareng dia", Jawab Alana santai tapi langsung membuat Retta kaget setengah mati.

"HAH?! DEMI APA?! gokil lu, baru hari pertama masuk udah di seret ke ruang BK, pulangnya bareng Kak Ken pula, hebat lo Na", Ucap Retta dengan nada bicaranya yang agak tinggi.

"Ngga, ga gitu sebenernya, dia kasian sama gue
luntang luntung sendirian di pinggir jalan, emang gara gara si cowo rese gajelas absurd batu itu", Ucap Alana yang lagi lagi membuat Retta bingung.

"Hahh? cowo rese gajelas absurd itu siapa?"

"Arka", Ucap Alana datar karena kalo boleh jujur Alana sangat malas, bahkan tidak sudi memanggil namanya itu.

"APA DEMI APA LO JUGA BALIK SAMA ARKA?!!", teriak Retta.

"Ehhh sssttt, brisik tau ga lo", Ucap Alana seraya menutup mulut Retta yang sedari tadi menganga

"Dia maksa. Terus dia nurunin gue, emang sinting tu orang". Lanjut Alana.

gila. beneran gila ini. batin Retta tidak percaya.

* * * * * * * * *

Hari hari berjalan seperti biasa, tak terasa sudah 8 bulan Alana bersekolah disini.
Yang berarti Ujian Akhir Semester sudah semakin dekat. Kurang dari 4 bulan lagi.

Oh tidak. Nilai musik Alana masih teramat jelek. Alana tidak suka itu. Walaupun Ia bisa odibilang termasuk anak yang berandal tetapi nilai baginya adalah segalanya. Nilainya harus sempurna, Ia tak suka bila ada C yang mengganggu rapornya.

"Alana lo di panggil Bu Rani ke ruangannya", Ucap Ramdhan sang ketua kelas.

Mendapati berita itu Alana sungguh sangat malas untuk pergi ke ruang guru karena moodnya akan sangat amat hancur bila Ia bertemu Pak Rahmat.

Alanapun jalan menyusuri koridor menuju ruang guru. Saat sampai di ruang guru Ia tidak melihat Bu Rani sama sekali, yang Ia dapati adalah lelaki rese gajelas absurd itu sedang duduk di dalam ruangan. Seperti sedang menunggu seseorang.

"Elo?" Ucap mereka bersamaan.

"Dasar plagiat", Ucap Arka sinis.

"Heh elo kali yang plagiat", Balas Alana tak terima.

"Ya elo lah buktinya lo ngapain disini? ngikutin gue kan lo"

"Ngapain amat gue ngikutin lo, orang gue kesini di panggil guru"

"Ngaku aja elah, ngikutin gue kan lo"

"Udah ge-er, maksa lagi, spesies macem apa si lo"

"Spesies ganteng"

Tunggu tunggu. Apa yang baru saja Arka katakan? berdebat adalah hal yang paling Arka benci, menurutnya membuang buang waktu dan tidak penting, tapi bagaimana bisa Ia sebawel ini bila berdebat dengan Alana?.

"Hih najis amit amit 7 turunan"

Mereka pun berdebat panjang tanpa sadar bahwa mereka sedang berada di ruang guru. Sampai ada teriakan yang menghentikkan perdebatan mereka.

ALANA & ARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang