II | PEPPERMINT

5.7K 1K 275
                                    


"Ya, terimakasih untuk kerjasamanya hari ini. Semoga event kita akan berjalan lancar sampai hari H nanti."

"Aamiin!" Koor tim panitia serempak.

"Itu yang di pojok belakang sana, DENGER SAYA GAK?!" Jelas sekali yang dimaksud lelaki berstatus 'Presiden Mahasiswa Fakultas Bisnis' itu adalah gue.

Sejak pagi gue sudah disusahkan oleh banyak hal yang bahkan seharusnya bukan tugas seorang 'Wakil Presiden Mahasiswa Fakultas Bisnis'.

Ya, kalian gak salah baca.

Sejak kejadian; seorang mahasiswi menganiaya mahasiswa peringkat 1 paralel departemen studi bisnisㅡgue langsung dikerjai habis - habisan oleh iblis satu itu. Dia menulis nama gue sebagai pengganti 'wakil presiden' partainya, tanpa persetujuan gue sama sekali.

Pada akhirnya gue disumpah dengan jabatan itu berkat kebiadaban seorang Bryan Elskandar. Sebenarnya jabatan ini menyelamatkan gue dari terjangan fans bar - bar The Devils juga sih, jadi gue sedikit rela saat melakukannya.

Dan disinilah gue sekarang, dimana bernapas bagaikan menghirup gas beracun.

"Iya, DENGER!"

Orang lain gak bisa berkomentar apa - apa atas hubungan 'tidak sehat' diantara kita. Mereka menganggap keputusan gue menjadi wakil Bryan adalah bentuk perdamaian atas tragedi 4 bulan silam.

"Oke kalo gitu, silahkan pulang dan selamat beristirahat semuanya."

Lo lihat gaya nya? Sok bijak, sok perhatian, sok humble. Padahal kelakuannya berbanding terbalik ketika berhadapan dengan gue.

"Jangan lupa istirahat ya, Kak!" Nah, ini adalah salah satu contoh konkret gadis yang tersihir senyum munafiknya iblis itu.

Setelah rapat dibubarkan, tinggalah gue seorang diri di dalam ruangan. Kaki gue sudah terkilir tiga kali hari iniㅡsalah satunya disebabkan oleh kejahilan si presiden sialan itu.

"So you wait for me, babe?"

Astaga, kenapa dia masih disini?

Gue gak ambil pusing untuk meladeni kehadiran Bryan. Mari kita anggap dia mahluk halusㅡoh no no, dia mahluk kasarㅡkasar dan keji.

Bryan menyentuh kening gue tanpa permisi. "Lo sakit ceritanya? Heh, dasar manja. Lo daritadi gak ngapa - ngapain juga." Mendaratlah sentilan disana.

Gue menepis tangan dia jengah sembari mengangkut ransel. Dan yang terjadi di detik berikutnya adalah ransel gue ditarik secara paksa sampai gue harus rela melepasnya.

"For God sake, plis gak usah nyari perkara!! Gue capek tahu!"

"Nyari perkara you say? Ngaca woi! Lo pikir lo siapa pergi gak pamitan sama Presiden? Udah jadi jagoan, hah?" Bryan membahu ransel gue di pundak kirinya sambil berkacak pinggang.

Hanya untuk hari ini gue akan mengalah. "Terimakasih atas kerjasamanya, rekan. Saya mau pulang."

Saat meminta tas gue kembali, Bryan malah melangkah mundur sambil tersenyum jahil. "Lucu juga. Coba sekali lagi." Dia mengeluarkan ponsel dan bersiap merekam wajah menyedihkan gue.

Ya Tuhan ... bunuh aja gue kalo kayak gini terus.

Dengan sisa tenaga yang gue punya, gue berusaha merebut kembali tas itu dari tangan Bryan sekalipun gue harus melompat - lompat. Dan sialnya tali sepatu gue terinjak, alhasil gue jatuh tersungkur dengan posisi lutut yang menghantam lantai duluan.

"Aw ... shit." Malangnya nasib pergelangan kaki gue yang tertekuk lagi.

"Ngapain jatoh segala? Mau sungkem?"

The Devil Wears Bandana [DAY6 YoungK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang