IV | JASMINE

5.1K 982 210
                                    


Sebulan setelah tragedi makan malam itu ..... kita resmi menikah.

Sebelum benar - benar diikat janji suci sehidup semati, gue sempat beberapa kali berpikir untuk melarikan diri ke jupiter atau bahkan tinggal di satelit. Yang jelas gak disini, gak di bumi, gak dimanapun seorang Bryan Elskandar berada.

Namun untuk kesekian ribu kalinya, gue harus mengalah dan membiarkan jiwa raga gue hanyut oleh kehendak takdir.

Menjadi istri dari seseorang yang sangat gue benciㅡapa yang lebih buruk dari itu?

Jatuh cinta padanya? Ha ha ha. Tapi sayangnya itu terlampau mustahil.

Akad pernikahan digelar secara sederhana dan hanya didatangi oleh kerabat - kerabat dekat. Seusai acara, gue dan Bryan langsung mengurus keperluan untuk pindah ke apartemenㅡorangtua kita menyebutnya sebagai hadiah pernikahan.

Apartemen itu tergolong baru dan berada di kawasan cukup elit. Dan syukurlah, mereka membeli unit dengan tipe 2BRㅡdimana akan ada 2 kasur terpisah disana. Mungkin ini salah satu kompensasi yang gue dapatkan karena telah menurut.

Sebenarnya, salah satu alasan terbesar kenapa gue memutuskan untuk menyerah adalah ... kalimat Bryan malam itu.

Flashback . . .

"Andira!" Papa bangkit dari kursinya dan berniat untuk mengejar gue.

"Maaf Om, boleh saya aja yang bicara sama dia?" Bryan rupanya telah bersiaga untuk menggantikan peran Papa.

"Terimakasih, Bryan," dengan persetujuan itu, Bryan langsung berlari menyusul gue.

"Maafin Andira ya ..." Mama menangis, Papa juga turut menyesal, namun orangtua Bryan memaklumi hal tersebut.

Gue melepaskan heels terlebih dahulu sebelum melarikan diri barusan, namun nyatanya gue terlalu lelah untuk mencari tempat persembunyian lebih jauh, sehingga gue terasing di toilet wanita.

Pancuran keran wastafel gue biarkan mengalir demi menyamarkan suara tangis gue yang begitu dramatis untuk didengar. Refleksi yang terpantul pada cermin seolah - olah meneriakkan segala penderitaan yang sekarang gue alami.

Let me wake up from this nightmare and

Cklik.

Di penghujung doa yang belum sempat gue amin-kan, sosok iblis itu sudah kembali menampakkan diri. Apakah ini pertanda bahwa doa gue gak akan pernah dikabulkan?

"Why are you being so childish like this, huh?"

Apa? Kok gue yang disalahin??

"Ini toilet cewe, bodoh. Keluar!" Bryan gak bergeming sedikitpun dan masih bersikeras mengunci tatapan gue.

"Last time you cried, I wanted to make you suffer more. But now it makes me wannaㅡ"

"DON'T YOU DARE!"

Gue melangkah mundur saat Bryan mulai mendekatㅡtapi entah bagaimana dia bisa secepat itu menarik pinggang gue dan mendudukki gue di atas meja wastafel. Sebelum gue sempat meronta, tangan Bryan sudah berhasil mengunci pergerakkan gue dari dua sisi. Pemuda ini patut diberi gelar mahluk yang bergerak secepat bakteri.

"M-Minggir!!" Gue mendorong pundaknya dengan kuat namun dia tak bergeser sedikitpun.

Dia masih menghakimi gue dengan sorot mata yang begitu mengerikan. Sedetik kemudian, tatapan itu mulai menjelajah turun sampai pada kedua kaki gue yang tanpa sadar mengapit pinggangnya semenjak duduk di atas sana.

The Devil Wears Bandana [DAY6 YoungK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang