"Udah gak sakit kok, yuk pulang.""Zra, tangan kamu tuh hampir patah! Jangan banyak gerak dulu."
Ezra tersenyum melihat gue terus mencemaskan kondisinya sejak insiden di lapangan dua jam yang lalu. Dimana saat dia dan Bryan tiba - tiba saja ditubruk oleh dua pemain dari tim B sampai terpelanting keras dan keluar dari arena pertandingan.
Saat tragedi berlangsung, yang gue khawatirkan hanya Ezra. Gue gak berpikir panjang dan langsung turun dari tribune untuk menolong dia yang kala itu sedang merintih kesakitan karena lengan kirinya terkilir.
"Kamu gak mau nengokin keadaan Presiden? Kamu kan wakilnya." Ezra gak berhasil menggubris fokus gue pada perban yang meilit siku nya.
"Aku gak pernah simpatik sama dia. Dia brutal, lebih dari Hitler." Ezra shock mendengar fakta yang gue jabarkan.
"D-Dia brutal? Did he hit you? Bully? Verbal abuse??" Semakin banyak pertanyaan yang dilontarkan, semakin dekat wajahnya ke wajah gue.
"Chill dude. Whatever he gon' do, he won't hurt me. Aku udah kebal sama mahluk modelan dia."
"Tell me if he hurts you."
Tatapan pemuda itu gak pernah berubah sejak dulu; sangat hangat dan menenangkan, bagai penawar yang dapat menyembuhkan seluruh penat dalam hidup gue.
"Seandainya itu lo ..." mungkin pernikahan akan menjadi moment paling membahagiakan dalam hidup gue. Seandainya lo yang mengambil alih posisi Bryan sekarang ini, Zra.
"Ara?" Lamunan gue seketika buyar. "You hear that?"
Gue mendekat ke pintu dan mendengar jelas suara langkah kaki yang gak asing, oh gue tahu betul si pemilik sepatu itu.
"HIDE!" Kita buru - buru bersembunyi di bawah kasur sebelum ... cklik.
Si pendatang hanya berdiri di ambang pintu sepersekian detik sebelum pintu tersebut ditutup kembali.
Gue dan Ezra yang sedari tadi menahan napas kini bisa mengudara kembali.
"Kenapa kita harus sembunyi, Ra?" Ezra melindungi kepala gue supaya gak terbentur saat keluar dari bawah kasur.
"Kamu gak tahu apa akibatnya kalo kitaㅡ"
Cklik!
"ㅡketahuan."
"Oh? Lo berdua disini?"
Jantung gue benar - benar berhenti berkontraksi untuk beberapa jenak barusan. Tapi syukurlah, kecemasan gue gak menuai hasil yang nyata.
"DAMN IT JEVANA! I THOUGHT YOU WEREㅡbtw kok lo masih disini??"
"Gue nyariin lo berdua kemana - mana. Ezra tangan lo gimana?"
Senyum Ezra mengembang saat gadis itu bertanya. "Never been better."
"Yaudah bagus deh. Ra, majikan lo udah hampir makan orang tuh! Cepetan sana samperin." Jevana bahkan gak perlu memperjelas subjek yang dimaksud.
"D-Dia belom pulang??"
"Katanya mau evaluasi sama tim panitia, tapi nungguin lo dulu. Gue denger tadi dia juga cedera pas main?"
Gue dan Ezra saling bertukar pandang tanpa berinisiatif untuk menjawab.
"Ya bodo amat sih bukan urusan gue juga. Buruan sana, Diraaa!"
"Iya iya. Ezra, kamu langsung pulang kan? Itu perbannya jangan dilepas sampai besok, oke?"
"Aye aye, Madamㅡaw aduh," baru sedikit saja lengannya digerakkan Ezra sudah mengeluh ngilu.
![](https://img.wattpad.com/cover/140035317-288-k434099.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Wears Bandana [DAY6 YoungK]
Romance#𝐀𝐌𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐢𝐬 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐞𝐧𝐬 𝐰𝐡𝐞𝐧 𝐲𝐨𝐮 𝐦𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐰𝐨𝐫𝐬𝐭 𝐞𝐧𝐞𝐦𝐲. Ibarat karakter novel fiksi yang menjejak realitas, Bryanㅡsang presiden mahasiswa sekaligus bassist band The Devils yang dipuja-puji k...