Lelah.
Penat.
Itulah yang Athala rasakan setelah sampai di kamarnya,bahkan saat perjalanan menuju kamarnya tadi pun Athala sempoyongan seperti orang mabuk.Athala menghela nafas pelan, dia sangat ingat bagaimana wajah bahagia terpancar di wajah Cakra ketika ia menghukumnya untuk melakukan dribble basket di bawah teriknya panas matahari selama satu jam nonstop.
Belum lagi,dia di suruh Cakra untuk memberikan satu pantun jenaka yang berbeda-beda pada setiap guru yang ada di kantor dan guru itu yang di berikan pantun oleh Athala harus tertawa dan tanda tangan di salah satu buku yang Athala gunakan dengan note yang menyatakan kepuasan atau apapun pada pantun nya Athala.
Kalau saja jumlah guru di sekolah hanya sedikit,Athala tidak masalah tapi ini?ada 20 lebih guru yang bekerja di sekolah ini,bisa di bayangkan betapa besarnya sekolah yang Athala tempati.
Tidak cukup sampai di situ,Athala harus membersihkan seluruh ruangan kelas dan kantor yang ada disekolah nya hanya dengan menggunakan sebatang sapu.Butuh 3 jam setengah sampai semuanya bersih,untung saja saat itu sekolah memulangkan para murid jam 1 siang karena ada rapat penting yang harus di laksanakan di salah satu Aula sekolah.jadi Athala bisa membersihkan semua kelas dengan mudah.
Jam 06.10 tepat.
Athala Baru sampai rumah,jangan di tanya bagaimana penampilan gadis itu sekarang.Bahkan penampilan gembel pun kalah dengan penampilan Athala yang seperti tidak mandi dan tidak ganti pakaian selama sebulan.
"Astaga Athala,kenapa baru pulang?",Bunda Putri bangkit berdiri dari sofa dengan wajah cemas seraya menghampiri Athala.
Athala memutar kedua bola matanya malas dan memilih mengacuhkan wanita itu dan pergi menuju kamar nya,sesampainya di kamar Athala langsung pergi ke kamar mandinya dengan cepat.
Mungkin air hangat akan mengurangi penat dan pegal Athala.
-------
"menurut gue Cakra terlalu kejam gak sih?",Dimas ikut berbaring di samping Cakra.
Kini mereka sedang berada di rumahnya Divin.Ruangan dengan cat dominan berwarna putih dan abu-abu tersebut memang selalu di jadikan tempat markas teman-teman Divin di kala mereka tidak tau tujuan pergi.
Dimas dan Cakra sedang berbaring di atas kasur sambil menatap lelangitan kecuali Cakra,lalu ada Divin dan Gilang yang sedang bermain PlayStation 4 yang terletak di depan kasur berukuran king Size.
"biasa aja",sahut Cakra santai,"dia yang mau,lagian dia gak keberatan sama sekali tuh"
"Bodo amat pala lo kebas", kata Dimas sewot,"cewek lo dia."
Cakra terkekeh,"yang bilang dia Lucinta Luna siapa." Pemuda itu menghela nafas ringan.
"dasar perjaka." gumam Dimas yang bisa di dengar Cakra,namun tidak di balas oleh pemuda itu karena dia sudah sangat ngantuk dan bersiap untuk tidur.
"MENANG LAGI!",sambung Divin yang kemudian tertawa keras karena entah untuk yang keberapa kalinya mengalahkan Gilang dalam permainan bola.
"Damn it",umpat Gilang,"satu ronde lagi"
"Yakin nih?ntar lo ngos-ngosan",ledek Divin,mentiarapkan tubuhnya hingga ia dapat melihat objek di depan tv dengan jelas.
"bacot lo dasar otak mesum",ada jeda sebentar,"kalau mau coli,coli aja sana biar gue main sama Dimas."
"Bangsat.Kaya lo gak pernah Coli aja."
"Nyenyenye."
"Tai Kucing"
"Tapi kalo di pikir-pikir nih ya,menurut gue tu cewek lumayan",kata Gilang
"Siapa?",Tanya Divin,"Athala?"
Gilang menganggukan kepalanya mengiyakan.
"BILANG AJA LO DEMEN!",Semprot Dimas sambil melempar bantal ke wajah Gilang yang kena telak.
"GUE NORMAL ANJENG SUKA YANG PERAWAN"
"Gue sukanya Janda",kata Dimas bercanda sambil tertawa kecil,"kalo lo Vin?"
"Gue?",tanya Divin menunjuk dirinya sendirinya
"Hayoo Abang pilih yang mana,perawan atau jandaaa,perawan masih rapett janda lebih gak rapet",Kedua jempol Dimas bergoyang pelan sambil bernyanyi.
"Gue enggak deng",kata Divin yang mengundang perhatian ketiga sahabatnya.
"DIVIN HOMO ANJAS!"
"Jangan-jangan lo salah satu korban nya Reynhard Sinaga ya"
"Gak ada akhlak." Divin tekekeh.
Diantara mereka ber empat hanya Dimas yang paling heboh,lihat saja laki-laki bernama lengkap Adimas Purnomo itu sedang bernyanyi dengan mulutnya yang berbentuk huruf 'O' penuh sambil sesekali meliuk-liukkan tubuhnya seraya menyamakan dengan nada lagu yang di nyanyikannya.
"bangsat!",Tawa Divin pecah melihat Gilang dan Dimas bernyanyi saling bersahutan,padahal maksudnya dari ucapannya tidak begitu tapi ya mungkin karena sepertinya Otak mesum mereka sudah mulai kambuh ya apa boleh buat.
Dan ia juga menatap ke samping Dimas,disana ada Cakra yang tampak tidak bergerak.Rupanya pemuda itu telah tertidur lelap,Divin menggelengkan kepalanya pelan.
Bagaimana lelaki itu dapat tertidur dengan lelap sedangkan di sekitarnua ribut?.
Cakra memang manusia yang berbeda.